Syawalan Pencerahan

Syawalan Pencerahan

Oleh: Muhammad Chirzin

Idul Fitri identik dengan syawalan, karena hari raya Idul Fitri selalu mengawali bulan Syawal, bulan halalbihalal, bulan maaf-memaafkan, bulan saling menguatkan, bulan resolusi tahun depan. Setelah sebulan berpuasa, setiap muslim kembali sarapan pagi, apakah dengan roti, nasi, atau cukup dengan segelas kopi.

Kita merayakan hari Idul Fitri pasca pergantian Presiden Republik Indonesia. Jokowi sudah diganti, tapi jejak-jejaknya masih mencolok di sana-sini. Prabowo pun sempat memekik, “Hidup Jokowi!” Ini paradoks Prabowo atau anomali Jokowi?

Bangsa ini merindukan insan penerang sejarah, bukan penumpang gelap atas penderitaan umat. Walaupun urung jadi Presiden RI, Anies Baswedan dielu-elukan di mana-mana, tanda kerinduan akan perubahan. Semoga Allah swt memberikan bimbingan dan kekuatan lahir dan batin kepada para pemegang amanat di negeri ini.

Laisal ‘id liman labisal jadid, walakinnal ‘id liman taqwahu yazid – hari raya bukan milik mereka yang berbaju baru, tapi milik mereka yang bertambah takwa. Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.

Hari raya adalah saat yang tepat untuk memperkuat tali persaudaraan dan persatuan, momen melakukan perubahan dan peningkatan, momentum revolusi mental dan akhlak kolektif, menjadikan masyarakat lingkungan yang saling menguatkan, mandiri, adil, dan berdaulat secara nilai dan budaya.

Syawalan identik dengan maaf-memaafkan. Meminta maaf secara tulus tidaklah mudah, begitu pula memaafkan. Keduanya bukan sekadar untaian kata di bibir, melainkan cerminan kejernihan hati, buah pengendalian diri, dan kemenangan ruhani. Maaf sejati lahir dari pengakuan kesalahan dan tekad untuk memperbaiki diri, mengendalikan emosi, dan membersihkan hati.

Dengan berlapar-lapar di siang hari, pikiran menjadi lebih jernih, hati terdorong untuk jujur, dan kesalahan-kesalahan yang tertutup kabut nafsu menyeruak untuk evaluasi. Kejujuran bukan sekadar slogan, dan kepedulian bukan sekadar retorika. Setelah sebulan penuh menjalani proses menanggalkan lapisan kegelapan jiwa, kita kembali ke fitrah manusia yang suci, jujur, dan penuh empati.

Jika di bulan Ramadhan kita qiyamullail, tilawah, dan shadaqah, maka tidak ada akhir bagi kita dengannya, sebab ibadah tidak berakhir dengan datangnya hari raya, tapi dengan ajal tiba.

Para malaikat akan turun kepada mereka yang bertakwa dan berkata: “Janganlah khawatir dan jangan sedih; terimalah berita gembira tentang surga yang dijanjikan kepadamu.” (QS 41:30); bagi orang yang bertakwa segala keinginan hati akan terpenuhi. (QS 78:31); orang-orang yang bertakwa akan dibawa ke dalam surga berbondong-bondong, dan para penjaganya berkata: “Salam sejahtera bagimu, berbahagialah, dan masuklah, kekal di dalamnya.” (QS 39:73)

Dalam setiap momen halalbihalal hampir selalu dibacakan ayat wasari’u, yakni janji Allah kepada mereka yang bertakwa dengan ciri-cirinya menafkahkan hartanya di waktu lapang maupun sempit, menahan marah, dan memaafkan orang; bila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri segera mengingat Allah, dan memohon ampunan atas segala dosanya, serta tidak meneruskan perbuatannya. (QS 3:133-136)

Dalam kesempatan halalbihalal keluarga besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 8 April 2025, Prof. M. Amin Abdullah menarasikan, bahwa pesan inti halalbihalal itu tiga: (1) suka berinfak, jangan kikir; (2) jangan marah, kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja; dan (3) jadilah pribadi yang melimpah, suka memaafkan dan berbagi.

Pada halalbihalal trah dari pihak ibu kami adik Prof. Siti Syamsiyatun mengisi acara dengan mengajukan kuis kepada generasi anak-cucu-buyut usia di bawah 20 tahun, dan kuis kepada anak-cucu berusia di atas 40 tahun dan membagi kertas untuk menuliskan jawabannya.

Kepada anak-anak yang berusia di bawah 20 tahun diajukan pertanyaan: Apa yang Anda paling senang kalau orang tua ngapain? Kepada mereka yang berusia di atas 40 tahun diajukan pertanyaan: Anda sebagai orang tua paling suka anak ngapain?

Berikut suara anak-anak berumur di bawah 20 tahun. Mereka suka bila orang tua… “Memasak makanan kesukaanku”, “Membolehkan bermain HP setiap hari”, “Mendengarkan anaknya cerita”, “Jalan-jalan”, “Membolehkan makan cokelat”, “Mengajak makan di luar”, Ngasih uang.”

Mereka yang berusia di atas 40 tahun menjawab suka anak-anak… “Membantu orang tua”, “Mentaati orang tua”, “Rajin ibadah”, “Shalat tepat waktu”, “Sesekali ngobrol, bercanda, berdiskusi”, “Tidak menunda-nunda shalat”, “Bila diberi masukan bilang, “Iya Bu, iya Pak”, “Bercerita”, “Mengurangi main HP”, “Belajar, mengajar, mengisi pengajian, aktif di organisasi.”

Selanjutnya penulis bertugas memandu untuk berdoa, “Tuhan, kami telah menganiaya diri kami, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami, pasti kami termasuk orang yang rugi.” (QS 7:23)

“Tuhan, janganlah menghukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan; Tuhan, janganlah memikulkan kepada kami beban berat seperti yang Engkau bebankan kepada mereka yang sebelum kami; Tuhan, janganlah memikulkan kepada kami beban yang tak mampu kami pikul; hapuskanlah segala dosa kami, ampunilah kami, rahmatilah kami. Engkaulah Pelindung kami, tolonglah kami atas golongan kafir.” (QS 2:286)

“Tuhan, jadikanlah pasangan-pasangan hidup kami dan keturunan kami cendera mata bagi kami, dan jadikanlah kami teladan bagi orang yang bertakwa.” (QS 25:74)

“Tuhan, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari Engkau. Sungguh Engkau Maha Mendengar segala doa.” (QS 3:38)

“Ya Tuhan, anugerahilah kami rahmat dari pihak-Mu, dan dalam perkara kami berikanlah kepada kami jalan yang benar.” (QS 18:10)

“Tuhan, jangan sesatkan hati kami setelah Kaubimbing kami, berilah rahmat kepada kami, Engkau Maha Pemberi.” (QS 3:8)

“Tuhanku, berilah aku peluang untuk bersyukur atas nikmat-Mu yang Kau-limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku, dan supaya aku dapat mengerjakan perbuatan baik yang Kau-ridhai; berilah aku kebaikan bagi anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada-Mu, dan sungguh aku tunduk kepada-Mu.” (QS 46:15)

“Tuhanku, masukkanlah aku ke jalan masuk yang benar dan terhormat, dan keluarkanlah aku dari jalan keluar yang benar dan terhormat, dan berilah aku dari pihak-Mu kekuatan yang dapat menolongku.” (QS 17:80)

“Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia ini, dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari azab api.” (QS 2:201)

Semoga Allah swt menerima amal kita, mengampuni dosa kita, dan menjadikan kita pemenang sejati: insan fitri penebar rahmat dan cahaya Ilahi, bertambah takwa, dan dikaruniai panjang umur, sehingga bertemu Ramadhan tahun depan dengan ketaaan yang berlipat ganda.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K