Tan Paulin dan Bisnis Batubara Triliunan: Ketika Lobi Lebih Tajam dari Alat Berat

Tan Paulin dan Bisnis Batubara Triliunan: Ketika Lobi Lebih Tajam dari Alat Berat
Ilustrasi : PLTU Paiton mengunakan bahan bakar batubara

JAKARTA — Di balik hiruk pikuk industri tambang Kalimantan, satu nama terus mencuat dalam pusaran bisnis energi fosil bernilai triliunan rupiah: Tan Paulin. Ia bukan pemilik tambang, bukan pula pengelola alat berat. Namun setiap bulan, ia mampu menggerakkan lebih dari 1 juta ton batubara—senilai tak kurang dari Rp 2,5 triliun.

Tan Paulin adalah murni trader batubara, sosok yang mengandalkan jaringan, modal, dan kecermatan membaca peluang pasar global. Ia membeli dari banyak pemilik tambang di Kalimantan Timur, mengonsolidasikannya, lalu menjual ke pasar ekspor—yang memang menawarkan harga lebih tinggi dibanding pasar domestik.

Namun, bisnis menggiurkan ini sempat terguncang hebat saat pemerintah Indonesia, pada awal tahun lalu, menerapkan larangan ekspor batubara demi menjaga pasokan dalam negeri. Bagi banyak eksportir, ini adalah kabar buruk. Tapi bagi Tan Paulin—yang tak punya tambang sendiri dan sepenuhnya bergantung pada ekspor—itu adalah bencana bisnis.

Bayangkan: kapal-kapal sudah siap berlayar, pembeli luar negeri menunggu, cuan triliunan sudah di depan mata—tiba-tiba, semua harus berhenti.

Tapi bisnis besar tidak berjalan hanya dengan menunggu nasib. Tan Paulin, seperti pebisnis besar lainnya, bergerak cepat di balik layar. Sumber internal menyebut, sejumlah pelaku industri langsung melakukan pendekatan ke berbagai pihak, melobi agar kebijakan larangan ekspor itu ditinjau ulang.

Dan hasilnya? Tak butuh waktu lama. Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mencabut larangan ekspor itu dan menggantinya dengan pengawasan lebih ketat terhadap kewajiban pasokan dalam negeri (DMO).

Dengan kebijakan baru itu, bisnis Tan Paulin kembali mengalir deras. Triliunan rupiah pun kembali berpindah tangan. Ia kembali memainkan perannya sebagai “raja tanpa tambang”, membuktikan bahwa dalam dunia energi, kekuatan sesungguhnya tidak selalu berasal dari kepemilikan lahan—melainkan dari kelincahan mengatur jaringan, pengaruh, dan strategi.

Kini, Tan Paulin bukan sekadar nama di balik ekspor batubara. Ia adalah simbol bagaimana kekuatan lobi dan strategi bisa menggerakkan industri bernilai raksasa di tengah ketidakpastian kebijakan pemerintah.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K