Oleh: Soegianto, Fakultas Sain dan Teknologi

Memasuki Pikiran Orang Kuno
Bab 2 dalam buku “The Secret History of the World” membawa kita ke dalam imajinasi dunia kuno, di mana kita diajak untuk melihat dunia dari perspektif orang-orang pada zaman dahulu. Mark Booth, penulis buku ini, mengajak pembaca untuk menutup mata dan membayangkan sebuah meja yang ideal. Dengan melakukan ini, Booth ingin menunjukkan perbedaan antara kenyataan yang ada dalam pikiran kita dan objek fisik di dunia nyata. Ini mengarah pada pertanyaan filosofis yang telah lama diperdebatkan: mana yang lebih nyata, pikiran atau materi?
Pandangan Dunia Plato dan Dunia Kuno
Pada zaman kuno, ide-ide dianggap sebagai hal yang paling nyata, lebih nyata daripada objek fisik. Plato, misalnya, menyebut ide sebagai “hal-hal yang benar-benar ada”. Orang-orang pada masa itu mengalami dunia dengan cara yang berbeda, mereka percaya bahwa objek dalam pikiran lebih abadi dan nyata dibandingkan dengan objek fisik yang mereka lihat.
Pengalaman Kuno dengan Alam
Booth menjelaskan bahwa orang-orang kuno tidak mempercayai dunia berbasis pikiran sebelum materi hanya karena mereka telah mempertimbangkan argumen filosofisnya, tetapi karena mereka benar-benar mengalami dunia dengan cara tersebut. Ketika mereka berjalan melalui hutan, mereka merasa bahwa segala sesuatu di sekitar mereka hidup dan memiliki makna. Setiap angin yang bertiup, setiap suara di hutan dianggap sebagai pesan dari dewa-dewa atau roh-roh.
Perjalanan Imajiner ke Dunia Kuno
Dalam bab ini, Booth mengajak pembaca untuk membayangkan diri mereka sebagai seseorang yang hidup dua setengah ribu tahun yang lalu, berjalan melalui hutan menuju kuil suci. Segala sesuatu di hutan dianggap hidup dan mengawasi mereka. Mereka merasakan hubungan mendalam dengan alam, di mana setiap fenomena alam dianggap sebagai manifestasi dari kehendak kosmis.
Perbandingan dengan Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan Modern
Pandangan Dunia Kuno
Mark Booth membawa pembaca ke dunia kuno di mana realitas dan pengalaman manusia sangat berbeda dari cara kita memandang dunia saat ini. Orang-orang pada zaman dahulu melihat dunia tidak hanya sebagai sesuatu yang fisik dan material, tetapi juga penuh dengan makna spiritual dan pesan dari para dewa atau roh. Setiap elemen alam, seperti angin yang bertiup atau suara di hutan, dianggap memiliki makna khusus dan berhubungan dengan kekuatan kosmis.
Orang-orang kuno percaya bahwa ide dan pikiran adalah hal yang paling nyata. Ini adalah pandangan yang berasal dari filsafat Plato, di mana ide-ide (atau bentuk-bentuk) dianggap sebagai realitas tertinggi, lebih nyata daripada objek fisik yang hanya merupakan bayangan dari ide-ide tersebut. Pengalaman hidup mereka penuh dengan kesadaran akan alam yang hidup, di mana setiap bagian dari lingkungan mereka dianggap memiliki jiwa atau roh.
Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan Modern
Ilmu pengetahuan modern, di sisi lain, mendekati dunia dari perspektif yang sangat berbeda. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara pandangan dunia kuno seperti yang dijelaskan dalam Bab 2 dan sudut pandang ilmu pengetahuan modern:
Materialisme vs. Idealisme:
Ilmu pengetahuan modern cenderung berpijak pada materialisme, yang menganggap bahwa segala sesuatu yang ada dapat dijelaskan melalui materi dan hukum-hukum fisika. Alam semesta dilihat sebagai kumpulan objek-objek fisik yang berinteraksi melalui kekuatan-kekuatan alam. Sebaliknya, pandangan kuno lebih mengutamakan idealisme, di mana pikiran dan ide dianggap sebagai dasar dari realitas.
Objektivitas vs. Subjektivitas:
Ilmu pengetahuan modern menekankan pentingnya objektivitas dan pengukuran yang dapat diulang untuk memahami dunia. Pengalaman subjektif individu dianggap kurang dapat diandalkan dan seringkali diabaikan dalam penelitian ilmiah. Dalam pandangan kuno, pengalaman subjektif sangat penting, dan dunia dilihat melalui lensa kesadaran individu yang terhubung dengan alam semesta.
Reduksionisme vs. Holisme:
Pendekatan ilmiah modern sering kali bersifat reduksionis, mencoba untuk memecah fenomena kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk dipahami. Misalnya, untuk memahami pohon, seorang ilmuwan mungkin mempelajari sel-sel dan proses biokimia yang ada di dalamnya. Sebaliknya, pandangan kuno bersifat holistik, melihat pohon sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar dan memiliki makna spiritual dalam konteks alam.
Kausalitas Mekanis vs. Makna Simbolis:
Ilmu pengetahuan modern cenderung mencari hubungan sebab-akibat yang mekanis untuk menjelaskan fenomena. Setiap kejadian dianggap memiliki penyebab yang dapat dijelaskan secara fisik. Sebaliknya, pandangan kuno melihat kejadian-kejadian sebagai simbol dengan makna yang lebih dalam. Angin yang bertiup atau burung yang berkicau mungkin dilihat sebagai pesan dari para dewa atau pertanda tertentu.
Desakralisasi vs. Sakralisasi Alam:
Dalam pandangan modern, alam sering kali dianggap sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi untuk kepentingan manusia. Proses desakralisasi ini telah menghilangkan aspek-aspek spiritual dari alam. Sebaliknya, pandangan kuno melihat alam sebagai sesuatu yang sakral, penuh dengan makna dan terhubung dengan kehidupan spiritual manusia.
Analisa
Bab ini menekankan bahwa dengan membayangkan dunia seperti yang dilihat oleh orang-orang kuno, kita dapat memahami betapa dalamnya hubungan mereka dengan alam dan bagaimana mereka menafsirkan setiap aspek kehidupan sebagai bagian dari makna kosmis yang lebih besar. Ini menawarkan perspektif yang berbeda tentang bagaimana kita bisa melihat dunia kita sendiri dan menyadari bahwa mungkin ada lebih banyak hal dalam realitas daripada yang bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern semata.
Perbandingan ini menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan modern dan pandangan kuno memiliki pendekatan yang sangat berbeda terhadap realitas. Sementara ilmu pengetahuan modern memberikan kita kemampuan untuk memahami dan memanipulasi dunia fisik dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, pandangan kuno mengingatkan kita bahwa ada dimensi lain dari pengalaman manusia yang mungkin telah kita abaikan. Dengan memahami cara pandang orang-orang kuno, kita bisa memperoleh wawasan tentang hubungan yang lebih dalam dan bermakna dengan dunia di sekitar kita, dan mungkin menemukan kembali elemen-elemen spiritual yang telah hilang dalam proses modernisasi.
Melalui bab ini, Mark Booth mengajak kita untuk melihat kembali cara-cara kuno dalam memahami dunia, tidak hanya sebagai nostalgia tetapi sebagai sumber kebijaksanaan yang berharga yang dapat memperkaya perspektif kita dalam melihat realitas dan keberadaan kita di alam semesta ini.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri


No Responses