Tujuan Sebenarnya Ekspansi Wilayah

Tujuan Sebenarnya Ekspansi Wilayah

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Jet-jet tempur Israel membobardir gedung Kementrian Pertahanan Suriah dan Istana Kepresidenan di ibukota Suriah Damaskus pada hari Rabu tanggal 16 Juli 2025. Serangan Israel yang dikecam banyak pimpinan dunia itu beralasan untuk melindungi minoritas Druze yang berada di wilayah selatan Suriah berbatasan dengan Israel. Masyarakat Druze adalah sekte Arab yang jumlahnya sekitar satu juta orang yang tinggal di wilayah Suriah, Lebanon dan Israel dimana mereka merupakan minoritas kecil tapi berpengaruh dan digunakan oleh pemerintah zionis Israel untuk alasan ekspansi wilayah dengan menciptakan zona penyanggah di wilayah selatan Suriah itu. Komunitas Druze di Israel dianggap loyal, karena banyak anggota komunitasnya menjalani dinas militer Israel.

Druze adalah minoritas di antara warga Arab yang juga tinggal di Israel. Bahasa Arab adalah bahasa utama mereka dan budaya Arab adalah bagian integral dari identitas mereka. Pada tahun 2019, ada 143.000 orang Druze yang tinggal di Israel dan Dataran Tinggi Golan di wilayah Suriah yang diduduki Israel; mereka terdiri dari 1,6% dari total populasi Israel. Mayoritas Druze Israel terkonsentrasi di Israel utara, terutama di daerah Galilea, Karmel, dan Golan.

“Markas militer di Damaskus adalah lokasi dari mana komandan rezim Suriah mengarahkan operasi tempur dan mengerahkan pasukan rezim ke daerah As-Suwayda,” menurut pernyataan tentara Israel – IDF. “Selain itu, target militer di daerah istana kepresidenan rezim Suriah di Damaskus dipukul.”
Suriah sejak jamannya pemerintahan Basar Al Asaad mengalami konflik antar golongan yang berkepanjangan dimana pemerintahan waktu itu didominasi kelompok Alawite yang memarginalkan kelompok Muslim Sunni. Selain kedua kelompok itu ada Badui dan Druze.

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan tentara Israel terhadap Suriah adalah tindakan membantu kelompok minoritas. Pernyataan itu nampak “mulia”; namun kenyataannya berbeda, karena tentara Israel – IDF juga mengebom satu-satunya gereja Katolik di Gaza. Ummat Katolik merupakan kelompok minoritas di Gaza.

Seperti diketahui Gereja Keluarga Kudus, satu-satunya Gereja Katolik di Jalur Gaza, dihantam tank pada hari Kamis pagi tanggal 17 Juli 2025. Tiga orang dinyatakan meninggal karena luka-luka mereka. Yang lain dilaporkan terluka lebih ringan, termasuk pastor paroki, Pastor Gabriel Romanelli. Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, sebelumnya berbicara kepada Vatican News: “Apa yang kami tahu pasti adalah bahwa sebuah tank, IDF mengatakan secara tidak sengaja, tetapi kami tidak yakin tentang ini, mereka menghantam Gereja secara langsung, Gereja Keluarga Kudus, Gereja Latin,” katanya. “Ada empat orang yang terluka parah, di antara empat orang ini, dua berada dalam kondisi yang sangat dramatis dan nyawa mereka dalam bahaya serius.”

Pemerintah Indonesia secara resmi mengutuk serangan udara Israel terhadap Gereja Keluarga Kudus di Jalur Gaza, menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional, kesopanan manusia, dan kesucian tempat ibadah. “Indonesia mengutuk serangan terhadap Gereja Keluarga Kudus di Gaza, satu-satunya Gereja Katolik di Gaza, yang mengakibatkan hilangnya nyawa warga sipil yang tidak bersalah,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenkeling) dalam sebuah posting di platform X pada hari Jumat. Kementerian menekankan bahwa situs keagamaan, fasilitas medis, dan semua infrastruktur sipil tidak boleh menjadi sasaran dan dilindungi oleh hukum internasional.

Tujuan Israel membela kelompok minoritas Druze sebenarnya merupakan alasan saja, karena itu merupakan pretex untuk memperluas wilayahnya dengan meluluhlantakan Gaza, wilayah Tepi Barat dan ingin menguasai Lebanon dan Suriah. Pemerintah Zionis Israel percaya bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan itu memiliki wilayah dari wilayah Palestina sampai ke Lebanon, Suriah dan Irak.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K