Ustadz Shamsi Ali Nasehati Fahri Hamzah

Ustadz Shamsi Ali Nasehati Fahri Hamzah
Fahri Hamzah

JAKARTA – Dalam akun IG-nya @fahrihamzah membuat judul: Fungsi Imam Mendamaikan, Bukan Provokator

Kemudian, Fahri menulis, “tekun saja sebagai ustadz, ini kerjaan kasar, berdarah, sumpah serapah, gak cocok buat ente. Satukan ummat. Kalo mau berpolitik praktis, masuk partai. Contoh yang lebih muda kayak UAH itu, fungsi ustadz mendamaikan, bukan ikut-ikut jadi provokator. Lagian ente gak paham situasinya.”

Shamsi Ali, Imam Masjid di Newyork AS

Di akhir tulisan, Fahri menulis, “Shamsi Ali dinasehati @fahrihamzah.”

Apa tanggapan Ust Shamsi Ali? Berikut tulisan Shamsi Ali, dalam komentar di kolom komen @fahrihamzah:

“Nampaknya Mas Fahri menuduh saya provokator ya. Kadang kebenaran yang disampaikan ditafsirkan sesuai hawa nafsu. Karena saya sampaikan tentang hawa nafsu dan keserakahan anda, anda menilai itu provokasi,” tulis Ust Shamsi Ali.

Ia melanjutkan, “jadi intinya:

1). Saya memang bukan politisi. Tapi saya harus berpolitik, karena saya tahu politik, dan politik bagian integral dari hidup dan agama saya. Jadi anda tidak berhak membatasi hak seseorang.

2). Setiap ustadz punya kepribadian dan metodenya. Saya tdk bisa diam kalau ada yang saya anggap salah. Saya tidak punya otoritas merubah kebijakan (Jokowi) yang selama ini anda kritik keras, dan sekarang memujinya setinggi langit. Tapi saya punya lisan/tulisa untuk mengoreksi (kebijakannya).

3). Saya mendukung bukan buat sesuap nasi. Kalau itu tujuannya pasti saya dukung yang punya buaaanyak duit dan punya kekuasaan. Tapi (saya mendukung) karena sebuah nilai dan idealisme.

4). Anda mengatakan saya tdk paham. (Isu-isu dalam negeri). Apa ada jaminan anda lebih paham dari saya yang di luar? Untuk melihat keindahan atau keburukan sebuah gedung, biasanya anda perlu keluar dari gedung itu. Kalau sudah di dalam pasti sudah terkelilingi (oleh rasa) comfort zone…bahkan kepentingan.

Intinya Bung Fahri, selamat berpolitik. Saya hanya ingatkan, istafti qalbak. Sering-seringlah menengok hati nurani. Karena semua itu akan dipertanggungjawabkan dunia akhirat.

Dan (jangan lupa) kalau ke NY (New York), kita ketemu ngopi-ngopi. Kita bicara data-data. Dan (karena) saya bukan pejabat publik, kita bisa di ruang tertutup sambil ngopi. Kalau Prabowo jangan.., kan dia pejabat publik, harus di publik. Hehe…”

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K