WTO memproyeksikan ketidakpastian tarif akan menyebabkan penurunan 0,2% dalam volume perdagangan global pada tahun 2025

WTO memproyeksikan ketidakpastian tarif akan menyebabkan penurunan 0,2% dalam volume perdagangan global pada tahun 2025

Kombinasi tarif timbal balik dan penyebaran ketidakpastian kebijakan perdagangan dapat menyebabkan penurunan total 1,5% dalam perdagangan barang global tahun ini, kata laporan WTO

ISTANBUL – Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan pada hari Rabu bahwa volume perdagangan barang global diproyeksikan turun sebesar 0,2% tahun ini karena prospek perdagangan global memburuk tajam karena meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan.

Sementara WTO memperkirakan volume perdagangan global akan meningkat pada tahun 2025 dan 2026, tarif skala besar yang diumumkan sejak Januari tahun ini telah mendorong para ekonom di badan regulator dan fasilitator perdagangan internasional yang berpusat di Jenewa untuk menilai kembali keadaan perdagangan saat ini, menurut laporan Prospek Perdagangan Global WTO.

Penangguhan tarif timbal balik AS selama 90 hari meredakan kontraksi dalam perdagangan, tetapi risiko penurunan tetap ada.

Penurunan perdagangan diperkirakan akan sangat tajam di Amerika Utara, di mana ekspor diperkirakan akan turun sebesar 12,6%.

Risiko terhadap prospek perdagangan barang global tetap ada karena pemberlakuan kembali tarif timbal balik yang diumumkan oleh AS, yang kemudian ditangguhkan selama 90 hari, dan kemungkinan meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan yang memengaruhi hubungan perdagangan non-AS.

Jika diberlakukan, tarif timbal balik AS diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan perdagangan barang global sebesar 0,6% tahun ini, sementara kontraksi ini dapat mencapai 0,8% jika ketidakpastian kebijakan perdagangan meningkat.

Kombinasi pemberlakuan tarif timbal balik dan penyebaran ketidakpastian dapat menyebabkan penurunan total sebesar 1,5% dalam perdagangan barang global tahun ini.

WTO memperkirakan ekspor Amerika Utara akan turun sebesar 12,6% dan impor sebesar 9,6% tahun ini, sementara ekspor dan impor Asia dan Eropa diperkirakan akan tumbuh masing-masing sebesar 1% dan 1,9%.

“Gangguan dalam perdagangan AS-Tiongkok diperkirakan akan memicu pengalihan perdagangan yang signifikan, yang meningkatkan kekhawatiran di antara pasar ketiga tentang meningkatnya persaingan dari Tiongkok,” katanya.

Ekspor barang Tiongkok diproyeksikan meningkat sebesar 4% hingga 9% di seluruh wilayah di luar Amerika Utara karena perdagangan dialihkan.

Sementara itu, impor AS dari Tiongkok diperkirakan akan turun tajam di sektor-sektor seperti tekstil, pakaian, dan peralatan listrik, yang menciptakan peluang ekspor baru bagi pemasok lain yang mampu mengisi kesenjangan tersebut.

“Hal ini dapat membuka pintu bagi beberapa negara kurang berkembang (LDC) untuk meningkatkan ekspor mereka ke pasar AS,” katanya.

SUMBER: ANADOLU
EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K