JAKARTA – Lonjakan kasus keracunan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) membuat DPR angkat bicara. Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Yahya Zaini, menegaskan bahwa ahli gizi di setiap Sekolah Pengelola Pangan dan Gizi (SPPG) harus benar-benar bekerja optimal sebagai garda depan pengawasan makanan.
“Selama ini ahli gizi di SPPG tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kalau mereka menjalankan tugas dengan baik, kasus keracunan tidak akan terjadi. Kita harap evaluasi ini menjadi momentum perbaikan menyeluruh,” ujar Yahya seperti dikutip Parlementaria, Rabu (1/10/2025),
Evaluasi Program MBG
Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto langsung memanggil jajaran menterinya ke kediaman Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, usai kunjungan luar negeri (28/9). Pertemuan itu khusus membahas evaluasi MBG menyusul maraknya kasus keracunan yang menelan ribuan korban di berbagai daerah.
Prabowo menegaskan keselamatan anak-anak adalah prioritas utama. Ia memerintahkan perbaikan tata kelola MBG, mulai dari disiplin prosedur, kebersihan dapur, hingga pengawasan kualitas air. Bahkan, setiap dapur penyedia MBG atau SPPG diwajibkan memiliki Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS).
Ahli Gizi Kunci Keamanan Makanan
Menurut Yahya, pengawasan ketat oleh ahli gizi diperlukan di seluruh tahapan pengolahan makanan. Dari bahan baku, proses pemasakan, pemorsian, hingga distribusi ke anak-anak sekolah.
“Badan Gizi Nasional (BGN) sudah menugaskan tiga orang di setiap SPPG, yakni seorang ketua, satu ahli gizi, dan satu ahli akuntansi. Artinya, fungsi pengawasan ada, tinggal benar-benar dijalankan di lapangan,” tegas politisi Fraksi Golkar ini.
Angka Keracunan Jadi Sorotan Nasional
Data Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) per Jumat (26/9) menunjukkan korban keracunan MBG sudah mencapai 7.368 orang. Akibatnya, 56 dapur penyedia MBG ditutup sementara untuk evaluasi dan investigasi.
Langkah ini mendapat dukungan penuh Komisi IX DPR. Yahya menegaskan bahwa tujuan program MBG mulia, yaitu mencetak generasi emas 2045 melalui perbaikan gizi anak sekolah, sehingga tidak boleh gagal hanya karena masalah tata kelola.
Sertifikat Bukan Formalitas
Lebih lanjut, Yahya menekankan bahwa penerapan sertifikat higienis tidak boleh hanya sekadar formalitas administratif. Sertifikat harus benar-benar menjadi jaminan bahwa dapur MBG aman, bersih, dan mampu menjaga gizi yang layak bagi anak-anak.
“Yang paling penting adalah mutu menu dan kualitas pengawasan. Kita ingin sertifikat benar-benar menjamin bahwa makanan yang sampai di anak-anak sehat dan aman,” katanya.
DPR Akan Terus Mengawal
Komisi IX DPR berkomitmen melakukan pengawasan ketat terhadap program prioritas Presiden Prabowo tersebut. DPR akan memastikan laporan periodik, transparansi proses sertifikasi, serta jaminan bahwa setiap anak Indonesia mendapatkan makanan bergizi sesuai standar.
“Keselamatan dan kesehatan anak harus menjadi prioritas utama. DPR akan terus mengawal agar tidak ada lagi penyimpangan sistemik dalam pelaksanaan MBG,” pungkas Yahya.
EDITOR: RENA
Related Posts

Sikap Arogan Ketua Tim Reformasi Polri Justru Tak Hendak Mendengarkan Suara Rakyar

Sutoyo Abadi: Memusingkan

Tantangan Transformasi Prabowo

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri

Subuh, Kolaborasi, Kepedulian, dan Keberkahan

Dukung Revisi PP 50/2022, Ketua Umum APKLI-P: Praktek Tax Planing PPH 0,5% UMKM Puluhan Tahun Dibiarkan

LPG, LNG, CNG dan Kompor Induksi, Solusi Emak Emak Swasembada Energi Di Dapur



No Responses