Yahya Zaini: Konsistensi, Kaderisasi, dan Jalan Panjang Seorang Politisi

Yahya Zaini: Konsistensi, Kaderisasi, dan Jalan Panjang Seorang Politisi
Wakil Ketua Komisi IX DPR-RI Yahya Zaini

Oleh: Budi Puryanto, Pemimpin Redaksi

Di tengah gemuruh politik yang kerap diguncang oleh gelombang populisme dan pragmatisme, Yahya Zaini muncul sebagai salah satu figur langka: politisi yang dibentuk oleh proses panjang kaderisasi dan konsistensi berorganisasi. Bukan politisi instan, bukan pula petualang politik. Namanya tak selalu menghiasi tajuk utama, tapi kiprahnya nyata di banyak lini.

Lahir di Gresik, Jawa Timur, Yahya tumbuh dalam atmosfer nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan keorganisasian. Tak heran bila sejak muda, ia sudah akrab dengan diskusi, organisasi, dan dinamika mahasiswa. Perjalanan intelektual dan politiknya benar-benar ditempa dari bawah.

Ditempa di Jalan Kader

Yahya adalah alumnus Universitas Airlangga, Surabaya, kampus yang juga melahirkan banyak tokoh nasional. Namun, bukan semata kuliah yang membentuknya. Ia naik panggung nasional melalui organisasi mahasiswa Islam terbesar: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tak tanggung-tanggung, ia terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar HMI (PB HMI) — sebuah posisi yang hanya bisa diraih melalui proses politik internal yang ketat, adu gagasan, dan integritas.

Dari PB HMI, langkah Yahya berlanjut ke jalur politik formal. Ia masuk ke Partai Golkar bukan sebagai penumpang gelombang kekuasaan, tapi sebagai kader. Aktif di Kosgoro, organisasi kemasyarakatan yang menjadi salah satu pilar pendiri Golkar, Yahya membuktikan dirinya sebagai organisator yang sistematis dan komunikatif.

Empat Kali Menjadi Anggota DPR

Yahya Zaini adalah salah satu dari sedikit politisi yang terpilih menjadi anggota DPR RI hingga empat kali — sebuah pencapaian yang bukan hanya mencerminkan elektabilitas, tetapi juga kepercayaan dan konsistensi. Ia pernah duduk di berbagai komisi strategis, termasuk Komisi IX DPR RI, yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan kependudukan — isu-isu yang bersentuhan langsung dengan kehidupan rakyat.

Kini sebagai Wakil Ketua Komisi IX, Yahya aktif mengawasi dan memperjuangkan peningkatan layanan kesehatan, perlindungan tenaga kerja, serta penguatan program keluarga berencana dan kesehatan ibu-anak. Dalam berbagai rapat, Yahya dikenal tenang namun tajam — lebih memilih menyampaikan argumen sistematis ketimbang retorika kosong.

Politisi dengan Otot Organisasi

Bagi Yahya, politik bukanlah panggung sandiwara lima tahunan. Ia meyakini bahwa pengkaderan dan pendidikan politik adalah urat nadi keberlanjutan demokrasi. Selama puluhan tahun di Partai Golkar, ia menjabat berbagai posisi penting di DPP dan ikut merumuskan arah kebijakan partai. Ia bukan sekadar pengguna sistem, tetapi pembentuknya.

Tidak banyak yang tahu bahwa Yahya juga aktif membina organisasi-organisasi sayap dan pemuda. Di balik layar, ia turut menyiapkan generasi penerus — tradisi kaderisasi yang ia dapat dari HMI kini ia tularkan di partai dan parlemen.

Politik Tanpa Gimik

Di era politik media sosial yang penuh sensasi, Yahya Zaini tetap teguh pada gayanya: tenang, tak reaktif, tapi selalu hadir dalam isu-isu mendasar. Ia lebih sering tampil di forum kebijakan, kunjungan kerja, dan diskusi substantif ketimbang mengejar headline. Ia memilih membangun kepercayaan jangka panjang, bukan popularitas sesaat.

Penutup: Jalan Sunyi Seorang Kader

Dalam biografi singkatnya, Yahya pernah berkata: “Politik bukan hanya tentang kemenangan, tapi tentang warisan nilai dan sistem yang berkelanjutan.” Sebuah kalimat yang merangkum jalan sunyi yang ia pilih: menjadi politisi kader, bukan selebritas politik.

Dalam dunia yang makin dipenuhi politisi karbitan, kehadiran Yahya Zaini menjadi pengingat bahwa jalan panjang, disiplin organisasi, dan kesetiaan pada nilai tetap memiliki tempat — meski sering kali tak riuh, tapi justru membentuk fondasi demokrasi yang kuat.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K