Oleh: Sutoyo Abadi
Presiden Prabowo masih memberikan ilusi bahwa masa depan Indonesia cerah. Mungkin Prabowo hanya terinspirasi prediksi Goldman Sachs, perusahaan investasi dan keuangan dunia, yang memproyeksikan Indonesia sebagai egara dengan kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2050 mendatang.
Sangat terasa hanya provokasi politik yang meninabobokan dengan tujuan tertentu.
Sejak rezim Jokowi telah menggadaikan kedaulatan bangsa dan negara, menyerahkan kelola dan kendali negara kepada kapitalisme Oligarki yang sangat kejam, keras dan ekstrim menguasai Indonesia.
Fenomena semakin berbahaya ketika DPR, yang seharusnya menjadi benteng rakyat, justru berubah menjadi perpanjangan tangan oligarki.
“DPR dikuasai partai bandit politik, fungsinya hanya menjadi stempel pemerintah, bukan lagi representasi rakyat. Produk legislasi sesuai pesanan asing dan oligarki.
Negara dalam kendali kombinasi antara dominasi kapitalisme Barat, bayang-bayang komunisme
“Utang luar negeri membengkak eksploitasi SDA oleh oligarki, serta regulasi ekonomi tetap tunduk pada lembaga internasional. Liberalisme, sekularisme, dan demokrasi liberal dijadikan standar.
“Komunisme gaya baru hadir dalam bentuk sekularisme ekstrem, pembungkaman kritik, dan stigmatisasi terhadap umat Islam.”
Pancasila di marginalikan, berkembang paham kapitalisme, komunisme, oligarki bersenyawa dalam tubuh kekuasaan.
Sayup sayup dari semua penjuru negeri terdengar seruan dalam kondisi darurat Nepalkan rezim omon – omon, DPR korup, pejabat negara foya – foya diatas penderitaan rakyat, bandit partai politik, aparat keamanan menjadi satpam dan herder oligarki.
Paska berlakunya UUD 2002, negara telah tersesat terlalu jauh. Jalan keluarnya ada dua pilihan :
Pertama, kembali pada Pancasila dan UUD 45 ( asli ) kalau tetap di abaikan, opsi Kedua, Nepalkan Indonesia dengan revolusi total. Tanpa dua pilihan diatas negara akan terus berada di simpang jalan dan negara terancam bubar.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Pangan, Martabat, dan Peradaban: Membaca Kedaulatan dari Perspektif Kebudayaan

Prabowo Whoosh Wus

Jebakan Maut Untuk Presiden

Mikul Duwur Mendem Jero

Ribut Soal Pahlawan, Habib Umar Alhamid: Soeharto Layak dan Pantas Jadi Pahlawan Nasional

Sri Radjasa Chandara Buka Suara: Ada Tekanan Politik di Balik Isu Pergantian Jaksa Agung

Chris Komari: Kegiatan Yang Dilindungi Konstitusi Adalah Hak Konstitusional Yang Tidak Dapat Dipidana Dan Dikriminalisasi

Dijadikan Tersangka Kasus Ijazah Jokowi, Rizal Fadillah: Ini Pemerkosaan Hukum

Diduga Sekongkol Kepala Sekolah dan Komite MAN 3 Kediri Lakukan Pungli, Walimurid Dipaksa Bayar Rp 1.400.000

Kegilaan yang Menyelamatkan Bangsa



No Responses