Oleh: Sutoyo Abadi
Setiap 10 November akan mengingatkan kita rekam jejak para “Pahlawan Kusuma Bangsa” yang telah menorehkan tapak perjuangannya dengan pengorbanan harta, jiwa, raga dan nyawanya demi kehidupan anak cucunya di kemudian hari bisa hidup dialam kemerdekaan sejati.
Perjuangan para pahlawan silih berganti, gugur satu lahir pahlawan berikutnya. Kita mengenang betapa heroiknya pahlawan “Bung Tomo*, dengan pekik “Allahu Akbar”, menerjangnya ke medan laga tersisa tekad dan semangat ” Hidup atau Mati”.
Kita mengenali para pahlawan di Bumi Pertiwi bertabur pahlawan Kusuma Bangsa, menerjang badai penjajahan demi Indonesia Merdeka “Tidak Sudi Dijajah Bangsa Lain”
Dalam perjalanan waktu, lahir pahlawan Jenderal Sudirman, menempuh jalan perang gerilya, setelah memberi tahu Presiden Sukarno di Istana Yogyakarta, ketika akan meninggalkan kediamannya di Yogyakarta sempat muntah darah karena sakit, tetap pergi kehutan untuk menjalani perang gerilya melawan Belanda.
Beliau meyakini rakyat akan membersamai perjuangannya, dari sinilah akan lahir sejarah sesungguhnya Angkatan Bersenjata RI yang kita kenal saat ini dengan sebutan Tentara Nasional Indonesia, itu lahir dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Indonesia.
Didepan Monumen Jenderal Sudirman di tandai dengan Candrasangkala. KARYANING DWIJA TRUSING ARMATA
Mengandung makna : Karyaning:” Berarti “karya” atau “hasil pekerjaan”. Dwijatru (kemungkinan gabungan dari Dwija dan Trusing) , secara harfiah berarti “lahir dua kali”, merujuk pada kaum terpelajar, guru, atau brahmana. Trusing *(dari kata trus): Berarti “tulus”, “murni”, atau “terus menerus”. *Armata: Berarti “tentara”, “prajurit”, atau “kekuatan”.
Diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1974 Oleh Kepala Staf Angkatan Darat
Jenderal TNI Makmun Murod. Trusing Atmaja yang artinya menunjukkan tahun 1960 Jawa atau 5 Oktober 1974 Masehi.
Saat ini para Purnawirawan Prajurit TNI garis lurus “Merah Putih”, akan datang di pusara pemakaman Jenderal Sudirman di Yogyakarta.
Lewat tulisan singkat ini hanya ingin menuangkan kembali “Pesan Moral Panglima Besar Jenderal Soedirman” antara lain:
1. “..satu satunya hak milik Nasional Republik yang masih tetap utuh tidak berobah – robah meskipun harus menghadapi segala macam soal dan perobahan, adalah hanya Angkatan Perang Republik Indonesia ( Tentara Nasional Indonesia )”
2. “Anak2- ku Tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan tetapi prajurit yang berideologi yang sanggup berjuang dan menempuh maut untuk keluhuran Tanah Airmu. Percaya dan yakinlah bahwa kemerdekaan suatu negara yang dirikan diatas timbunan runtuhan ribuan jiwa, harta benda dari rakyat dan bangsanya tidak akan dapat di lenyapkan oleh manusia siapapun juga.”
3. “Janganlah kamu berbuat seperti sapu yang meninggalkan ikatannya. Sebatang lidi tidak akan berarti apa-apa, tetapi dalam ikatan sapu akan dapat menyapu segala – galanmya ( Daidanco Soedirman tahun 1944 )”
4. Hendaknya perjuangan kita harus di dasarkan atas kesucian, dengan demikian perjuangan kita selalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci dan kami percaya bahwa perjuangan suci itu senantiasa mendapatkan pertolongan dari Tahun”. ( Yogyakarta, 18 Desember 1945, pernyataan Pangsar Jenderal Soedirman paska pelantikan sebagai Panglima Besar TKR ).
5. “Meskipun kamu mendapat latihan jasmani yang sehebat – hebatnya tidak akan berguna jika kamu mempunyai sifat menyerah, kepandaian yang bagaimanapun tinnggnya tidak ada gunanya jika orang itu mempunyai sifat menyerah. Tentara akan hidup sampai akhir zaman, jangan menjadi alat oleh suatu badan atau orang. Tentara akan timbul dan tenggelam bersama sama negara”. ( Pidato Pangsar Jenderal Soedirman di depan para taruna militer akademi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 1946 ).
6. “Janji sudah kita dengungkan, tekad sudah kita tanamkan semua ini tidak akan bermanfaat bagi tanah air kita apabila janji dan tekad ini tidak kita amalkan dengan amalan yang nyata” ( Amanat Pangsar Jenderal Soedirman pada tanggal 7 Juni 1946 )
ROBEK – ROBEKLAH BADANKU POTONG – POTONGLAH JASADKU INI, TETAPI JIWAKU DILINDUNGI BENTENG MERAH PUTIH AKAN TETAP HIDUP, TETAP MENUNTUT BELA SIAPAPUN LAWAN YANG AKU HADAPI ( Yogyakarta, 17 Agustus 1948, Amanat Pangsar Jenderal Soedirman memperingati 3 tahun Kemerdekaan RI ).
Bahwa penderitaan pahit semenjak tanggal 19 Desember 1948, disebabkan karena sebagian para pemimpin kita baik sipil maupun militer semua terpikat oleh perundingan, sehingga mereka lupa bahwa lawan ( Belanda ) telah bersiap lengkap didepan pintu Kita ( Yogyakarta, 1 Mei 1949 , Amanat sebagai tanggapan terhadap kebijaksanaan pemerintah yang kurang memperhatikan peranan kekuatan militer )
7. “Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara disiplin harus di pegang teguh*. ( Yogjakarta 12 November 1945 )
8. “Tunduk kepada pimpinan atasannya dengan ikhlas mengerjakan kewajibannya, tunduk kepada perintah pimpinan itulah yang merupakan kekuatan dari suatu tentara”.
9. “Bahwa negara Indonesia tidak cukup dipertahankan oleh tentara saja, maka perlu sekali mengadakan kerjasama yang seerat eratnya dengan golongan serta badan badan di luar tentara”
10. ” Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang dan siapapun juga* ( di ucapkan di hadapan Konferensi TKR dan merupakan amanat pertama sejak menjabat Pangsar TKR )”
Yogjakarta, 1 Januari 1946.
11. “Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu “Kasta” yang berdiri di atas masyarakat, tentara tidak tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu
(Amanat yang tertuang dalam maklumat TKR – Yogjakarta, 1 Januari 1946.)
Betapa tulus dan sakralnya beberapa pesan di atas, dengan jiwa besar dan tekad baja Panggilan Besar Jenderal Soedirman memperingatkan bukan hanya untuk internal tentara ( TNI ) tetapi juga untuk rakyat sipil, bahwa TNI dan Rakyat Adalah Benteng Terakhir Kekuatan Negara.
Jangan sampai menjadi Penghianat Negara, yang harus ditumpas dari Ibu Pertiwi.
Ketika kalian ziarah ke makam para pahlawan, kalian yang berhati hitam sebagai Penghianat Negara di pintu gerbang Makam Pahlawan akan muncul sinar biru tua menolak kehadiran kalian.
Peringatan Hari Pahlawan jangan sampai di peringati oleh para Pecundang dan Penghianat Negara.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Menteri Amran di ITS

Hari Pahlawan dan Krisis Mentalitas Penyelenggara Negara : Sebuah Refleksi

Panitia Dan Kepala Desa Tirak Menolak Rekomendasi Camat Kwadungan, Aliansi Minta Seleksi Diulang

Wakil Ketua Komisi IX Yahya Zaini: Rumah Sakit Tak Boleh Tolak Pasien Darurat, Administrasi Nomor Dua

Viral, Lagi-Lagi Kepala Sekolah MAN 3 Kandangan, Komite dan Humas Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Kediri

FTA meminta penghentian seluruh proses kriminalisasi dan intimidasi terhadap 8 aktivis dan peneliti

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila

Jokowi Dan Polisi Potret Gagalnya Reformasi

Artikel Investigatif: SMA Negeri 72 Jakarta — Ledakan, Rasa Sakit, dan Isu Kompleks di Balik Tragedi



No Responses