Keluarga Runtuh, Generasi Rapuh

Keluarga Runtuh, Generasi Rapuh

Oleh: Ariyana
Dosen dan Aktivis Muslim

Meningkatnya angka perceraian yang terjadi saat ini sungguh sangat memprihatinkan, bukan saja dari pasangan muda bahkan sampai kepada pasanagn yang sudah lanjut usia. Fenomena seperti ini kerap terjadi di lingkungan biasa bahkan ke figur public. Perceraian saat ini bukan hanya urusan pribadi namun sudah merambah ke media sosial hal tersebut akhirnya menjadi konsumsi umum. Di tingkat nasional dan daerah, angka perceraian tinggi, dan di satu sisi angkan pernikahan menurun. Gambaran inilah yang terjadi saat ini banyak pasangan muda yang pada akhirnya takut untuk menikah kalau nanti berakhir pada perpisahan. Lamanya hidup berumah tangga tidak menjamin keharmonisan hingga terjadi perceraian di usia senja (grey divorce).

Berbagai faktor perceraian dipicu masalah ekonomi, pertengkarana, KDRT, persilngkuhan, Judol dan lain-lain. Realita yang terjadi menunjukkan lemahnya pemahaman masyarakat tentang pernikahan. Menurut Heidi pakar psikologi, saat ini perempuan lebih banyak mengajukan gugatan perceraian, hal dikarenakan kemandirian finasial yang dimiliki perempuan sudah mencukupi secara ekonomi sehingga mereka berani ke luar dari relasi yang tidak sehat (voi.id/bernas, 09/11/2025). Sebelum adanya perceraian tentunya berbagai pihak sudah melakukan mediasi baik keluarga ataupun kantor urusan agama, namun akhirnya final tetap keputusan ada ditangan pasangan suami istri.

Tanpa disadari bagi orang tua yang memilih berpisah adalah dampak psikologis bagi anak sangat dirugikan. Dampak tersebut diantaranya, (1) anak dapat mengalami depresi , rasa sedih dan kecewa yang muncul sehingga kurang fokus dalam belajar, (2) kesepian (broken home) kehilangan sosok seorang ayah ataupun ibu dalam satu rumah, (3) cemas, sehingga dapat mengganggu tumbuh kembang anak, (4) pola pikir anak menurun sehingga kesulitan dalam belajar dan dapat terganggu masa depanya, (5) rasa paranoid yang berlebihan terhadap lingkungan (antaranews.com, 25/04/2025). Ada kalanya orang tua tidak memikirkan hal tersebut hanya karena emosi dan keegoisan semata.

Perpisahan orang tua menyebabkan ketahan keluarga runtuh dan generasi rapuh. Paradigma sekuler kapitalis dalam sistem pendidikan, sistem pergaulan sosial, dan sistem politik ekonomi telah membuat ketahanan keluarga dan generasi lemah. Paradigma sekuler kapitalis dalam sistem pendidikan, sistem pergaulan sosial, dan sistem politik ekonomi telah membuat ketahanan keluarga dan generasi lemah. Sistem kapitalis yang menjadi tolak ukur kebahagian adalah materi, sehingga peran agama tidak ada dalam setiap permasalah. Pemisahan agama dalam kehidupan memperlemah kehidupan berumah tangga dalam menyelesaikan persoalan.

Sistem pendidikan Islam mengantarkan pada pembinaan kepribadian Islam yang kokoh dan siap membangun keluarga samara. Pergaulan Islam menjaga hubungan dalam keluarga dan sosial masyarakat tetap harmonis berlandaskan pada ketakwaan. Suami istri ibarat adalah sahabat yang harus saling menjaga keharmonisan, yang masing-masing memenuhi hak dan kewajibanya. Aturan dalam Islam negara akan menjamin kesejahteraan ibu dan anak dari segi keamanan, kesejahteraan dan kemakmuran hingga anak dewasa.

Kesejahteraan keluarga dan masyarakat dijamin oleh sistem politik ekonomi Islam, pemenuhan hak-hak mendasar sudah menjadi tanggung jawab negara. Sistem pendidikan Islam mengantarkan pada pembinaan kepribadian Islam yang kokoh dan siap membangun keluarga samara. Keluarga yang taat pada syariat tentunya akan menjadi perisai pembangun peradaban umat. Dengan demikian, tidak ada lagi keluarga yang runtuh dan generasi yang rapuh. Saatnya keluarga muslim bangkit bersama untuk menerapkan aturan yang sudah ditetapkan , sehingga terlahir generasi yang akan membawa pada peradaban yang mulia.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K