Oleh : Dr. Anton Permana
(Alumni Lemhannas PPRA LVIII Tahun 2018)
Pro dan kontra adalah dinamika politik sejarah dimanapun kita berada, apalagi berbicara tentang kekuasaan.
Posisi pro dan kontra ini sangat ditentukan oleh dimana posisi kita melihat suatu objek dan kejadian.
Bagi rakyat Indonesia, nama-nama hebat seperti Panggeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, serta para pejuang kemerdekaan lainnya adalah sosok pahlawan, namun mereka semua adalah pemberontak di mata Belanda. Begitu juga nama prajurit KKO Usman dan Harun, bagi Indonesia mereka adalah Pahlawan, namun di mata Singapore mereka adalah teroris.
Begitu juga dengan polemik tentang anugerah gelar Pahlawan Nasional terhadap Jendral Besar TNI HM Soeharto.
Meski lembaga survei Kedai Kopi secara opini publik menyatakan bahwa 80,7 persen masyarakat setuju pemberian gelar Pahlawan Nasional terhadap Pak Harto. Meski Menteri Kebudayaan RI DR Fadli Zon sudah menjelaskan secara fakta hukum dan 13 kriteria Pahlawan Nasional dalam amanah Undang Undang telah dipenuhi. Meski sekaliber tokoh seperti Bapak Yusuf Kalla dan Prof Mahfud MD juga tidak mempermasalahkan pemberian gelar Pahlawan kepada Pak Harto dan menyatakan dengan tegas bahwa Pak Harto layak untuk anugerah tersebut.
Namun, tetap saja ada segelintir orang dan beberapa tokoh terafiliasi dendam masa lalu tragedi kudeta gagal PKI tahun 1965, dan beberapa aktifis reformasi 1998 korban cuci otak barat (proxy liberal) yang gagal move on dan frustasi jadi macam cacing kepanasan, memprotes keras pemberian gelar. Sampai hujatan dan caci maki pun keluar penuh bara api dendam serta emosi.
Sebagai rakyat yang cerdas, kita tidak mesti heran melihatnya, karena fakta sejarah membantahnya sederhana saja.
Secara hukum dan bukti sejarah tak ada satupun dokumen objektif (yuridis formil) yang membuktikan Pak Harto terlibat apakah itu pelanggar HAM, dan korupsi seperti yang mereka tuduhkan. Ini clear !
Sekarang tinggal asumsi-asumsi liar yang mudah saja kita membantahnya, seperti :
Pak Harto dianggap kejam dan otoriter?
Padahal di zaman Pak Harto, rakyat hidup tenang dan harmonis. Tak ada yang sewenang-wenang mencaci-maki ulama, tokoh, dan memainkan isu SARA. Semua hidup tertib dan tenang nyaman.
Pak Harto dituduh korupsi dan antek asing ?
Padahal di zaman Pak Harto, beliau bisa membalikkan keadaan dari kondisi negara bangkrut dengan inflasi sampai 600 persen, menjadi ekonomi tumbuh 7-8 persen tertinggi dalam sejarah Indonesia sampai saat ini, dan belum terulang lagi. Dan hutang negara pun tidak ugal ugalan seperti sekarang.
Pak Harto dituduh jahat pada Soekarno ?
Buktinya, Pak Harto yang pasang badan dan membela Soekarno agar tidak diadili melalui Mahkmillub (Mahkamah Militer Luar Biasa) atas perintah TAP MPRS/no 33/ thn 1966, sampai hubungan Pak Harto renggang dengan Pak Nasution. Tak hanya itu saja, Pak Harto juga yang melindungi Soekarno dari amuk masa rakyat yang marah, sampai ketika sakit atas permintaan Megawati, Pak Harto juga yang memindahkan Soekarno ke Wisma Yoso serta memberikan alat cuci darah pertama untuk kesembuhan Soekarno.
Tidak hanya sampai di situ, saat Soekarno wafat, Pak Harto juga yang memugar indah dan megah makam Soekarno di Blitar, memberi nama bandara terbesar di Indonesia atas nama Soekarno – Hatta, lalu juga membangunkan monumen tugu Proklamator Soekarno – Hatta, dan terakhir memberikan gelar Pahlawan Proklamator, derajat tertinggi dalam gelar kepahlawanan terhadap Soekarno dan Hatta pada tahun 1986. Masih kurang jelaskah ?
Pak Harto dianggap Korupsi uang negara ?
Baru Pak Harto yang pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia yang tuntutan kasus hukumnya sampai ke meja pengadilan.
Bahkan Pak Harto juga yang memberikan surat kuasa kepada Jaksa Agung waktu itu, silahkan ambil apabila memang ada uang Pak Harto di bank-bank luar negeri.
Lalu, juga Pak Harto lah, mantan Presiden Indonesia yang pertama kali meski dalam keadaan sakit parah diperiksa dan di BAP, oleh puluhan Jaksa dalam keadaan terbaring sakit di rumah sakit, meski puluhan dokter para ahli medis mengatakam secara kesehatan, Pak Harto tidak layak untuk di interogasi. Bahkan tidak manusiawi!
Artinya, secara fakta persidangan juga sah dan terbukti Pak Harto tidak ada terlibat korupsi satu rupiahpun.
Pak Harto dituduh rakus kekuasaan dan militeristik ?
Tak akan ada reformasi 1998 bisa terjadi, kalau Pak Harto tidak mengundurkan diri lengser keprabon secara gentleman. Padahal, kalau Pak Harto mau, ABRI dan jutaan masyarakat dari Pam Swakarsa ketika itu siap membela Pak Harto sampai titik darah penghabisan.
Pak Harto dituduh KKN dan bangun Dinasti ?
Selama 32 tahun berkuasa, Pak Harto baru memberikan jabatan Menteri Sosial kepada putri sulungnya Mbak Tutut, baru di fase 22 tahun Pak Harto berkuasa. Itupun secara berjenjang Mbak Tutut ditempa dulu dalam berorganisasi dan partai politik di Golkar.
Begitu juga dalam bisnis, baru setelah 18 tahun berkuasa, Pak Harto melibatkan anak anaknya berbisnis, itupun dalam program strategis mobil nasional yang tujuannya juga untuk negara bukan keluarga.
Bedakan dengan zaman reformasi, ketika PDIP dan geng Solo berkuasa. Semua anak menantu, ipar dikasih jabatan tanpa mengenal rasa malu etika bahkan melanggar konstitusi.
Pak Harto dituduh pro asing / cukong dan tidak nasionalis ?
Buktinya, tak ada BUMN, tambang, sumber kekayaan alam yang diobral pada asing di zaman Pak Harto. Semua konsesi yang diberikan menguntungkan rakyat, sehingga bisa bangun jalan tol megah, bendungan besar, dan sekolah-sekolah dari dana surplus APBN. Indosat tidak lepas, Timor Timur tidak lepas, dan sumber gas alam yang seharusnya dinikmati rakyat juga tidak dijual murah pada asing.
Di zaman Pak Harto juga ada program Bapak Asuh dari para Konglomerat terhadap pengusaha Pribumi, yang kemudian hal ini di tentang para konglomerat itu sendiri dan berbalik ikut menumbangkan Pak Harto.
Pak Harto dituduh anti Islam ?
Justru Pak Harto dijatuhkan ketika secara proporsional berpihak pada Islam sebagi agama mayoritas di Indonesia. Buktinya, Pak Harto yang mengizinkan pertama kali Bank Syariah yaitu Bank Muamalat. Pak Harto yang mendirikan ICMI. Pak Harto juga Presiden yang dekat dengan para Ulama, Kiyai, dan tidak ada perlakuan semena-mena terhadap Ulama dan entitas Islam di zaman Pak Harto.
Serta membangun 999 masjid megah dari dana Yayasan Bakti Pancasila serta pesantren-pesantren besar lainnya.
Pak Harto dituduh tangannya berlumuran darah ?
Tapi di zaman Pak Harto para petani hidup sejahtera. Indonesia bisa swasembada beras. Ekonomi tumbuh merata, dan salah satu program hebat Pak Harto adalah transmigrasi yang terbukti saat ini setelah 50 tahun, dapat mengangkat derjat masyarakat miskin menjadi sejahtera hampir di seluruh daerah transmigran.
Tak ada begal, tak ada persekusi terhadap Ulama. Pak Harto hanya tegas kepada para preman, penjahat, dan aktifis provokator pro asing yang terbukti menggangu keamanan dan kedaulatan negara. Itupun semuanya atas nama hukum, tidak ada yang semena mena seperti era 10 tahun Jokowi.
Pak Harto dituduh anti kebebasan dan demokrasi ?
Pak Harto sangat tahu, kebebasan dan demokrasi yang diinginkan barat adalah untuk meliberalisasi kultur dan tatanan hidup rakyat Indonesia.
Buktinya, di zaman Pak Harto, pranata sosial kehidupan masyarakat begitu harmonis, saling menghormati dan gotong royong. Bukan seperti sekarang yang penuh caci maki, berpecah belah, dan mudah di adu domba.
Dan Pak Harto juga tegas menjalankan TAP/MPRS/no XXV/ Tahun 1966, tentang larangan dan bahaya komunis serta pemikiran leninisme, marksisme, yang terbukti berbahaya bagi keutuhan Bangsa dan bertentangan dengan Pancasila serta UUD 1945.
Pak Harto dikatakan tidak ada jasa perjuangan ?
Justru Pak Harto adalah sosok figur penting yang terlibat dalam beberapa fase penting sejarah Indonesia. Pak Harto adalah komandan garis depan Serangan Umum Satu Maret 1949, yang akhirnya membuat dunia internasional tersadar bahwa Indonesia masih ada pasca agresi militer Belanda.
Pak Harto juga terlibat dalam perang Palagan Ambarawa bersama Jendral Sudirman. Pak Harto juga Panglima Komando Mandala perebutan Irian Barat yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno waktu itu.
Dan yang paling monumental adalah, Pak Harto juga yang tampil pasang badan saat mengambil alih komando perlawanan terhadap kudeta PKI pada tahun 1965. Kalau tak ada Pak Harto yang begitu berani dan heroik waktu itu, tentu Indonesia hari ini sudah tidak ada lagi.
Jangan bayangkan tragedi 1965 dengan kondisi hari ini. Bayangkan ketika itu 7 petinggi jendral TNI AD dibunuh, PKI kala itu adalah partai paling berkuasa karena menjadi anak emas Soekarno. Siapapun yang bertentangan dengan PKI, maka akan dibunuh, difitnah, diintimidasi, diteror, bahkan dipenjarakan.
Tak terhitung para tokoh bangsa yang berjasa merebut kemerdekaan dipenjarakan oleh Bung Karno atas hasutan PKI. Seperti, Buya Hamka, St Syahrir, Moh Room, Moh Natsir, bahkan perang dgn PRRI, DI/TII hingga pembubaran partai Masyumi dan HMI semua nya adalah ulah dan rekayasa PKI.
Ummat Islam, para keturunan raja nusantara, hingga TNI AD, ketika itu sudah begitu muak dengan kesewenang-wenangan PKI. Namun, PKI saat itu sangat berkuasa dan brutal. Dan dilindungi Soekarno.
Dan Pak Hartolah yang siap mengambil segala resiko, tampil pasang badan, mengkonsolidasikan kekuatan militer, bersama rakyat, mahasiswa, dan ummat Islam untuk bersatu padu menumpas PKI. Karena waktu itu kondisi dan pilihannya hanya dua : Membunuh atau di bunuh oleh PKI. Menjadi negara Pancasila atau menjadi negara Komunis!
Dari uraian di atas, tentu sudah boleh kita menyimpulkan bahwa, yang tidak suka dan protes terhadap gelar Pahlawan Nasional Pak Harto adalah mereka yang menjadi musuh ABADI Politik Pak Harto dengan berbagai alasan.
Ada yang berdasarkan dendam atas nama sejarah, yaitu kelompok yang merupakan bahagian dari anak cucu PKI yang ditumpas tahun 1965.
Ada kelompok yang berdasarkan ketidaktahuan dan tanpa sadar menjadi agen Proxy barat melalui program kuliah, cuci otak, dan pemikiran liberalisme dan sekulerisme.
Ada juga kelompok yang merupakan bahagian dari afiliasi kelompok Neo Nasakom (khususnya yang berlabel ulama tapi benci Pak Harto)
Ada juga karena sudah merasa berhasil menumbangkan Pak Harto pada reformasi 1998, namun sekarang sejarah mulai berbalik arah. Maka stress dan panik.
Atau juga karena minim literasi, karena dalam 10 tahun era Jokowi berkuasa, sangat jelas dan kental nuansa keberpihakannya terhadap PKI sampai mengeluarkan 2 Kepres dan 1 Perpres yang menguntungkan PKI. Serta berbagai upaya propaganda memutar balik kan fakta sesuai keahlian kelompok komunis ini dari dulu.
Tidak mudah memimpin Indonesia yang begitu luas dan beragam ini. Ditambah sumber kekayaan alamnya yang melimpah, menjadikan akan banyak kepentingan dari pihak manapun terhadap Indonesia ini.
Begitu juga dengan Pak Harto. Selama 32 tahun beliau berkuasa, wajar akan ada yang pro dan kontra. Sedangkan Rasulullah saja yang sudah dijamin Allah status kenabiannya, sampai saat ini 1400 tahun lamanya beliau wafat, masih ada saja kelompok yang tidak suka.
Tapi begitu jugalah sejarah dan dunia ini bekerja. Kadangkala, kebenaran butuh waktu sejenak untuk menemukan titik episentrum cahayanya. Wallahu’alam.
Jakarta, 13 November 2025
EDITOR: REYNA
Related Posts

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah

Surat Rahasia Bank Dunia: “Indonesia Dilarang Membangun Kilang Minyak Sendiri”

Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Mengaku Ditekan 2 Tokoh (PY) dan (HR) Untuk Memperhatikan Perusahaan Riza Chalid

Prabowo Melawan Akal Sehat atas Dugaan Ijazah Palsu Jokowi dan Kereta Cepat Whoosh

Pangan, Energi dan Air

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

NKRI Sesungguhnya Telah Bubar

Dalang Lama di Panggung Baru

AS berencana mematahkan dominasi Tiongkok atas mineral-mineral penting melalui Afrika

Kekhawatiran atas mineral penting mengancam rantai pasokan global



No Responses