JAKARTA – Sekretaris Jenderal Laskar NKRI Bersatu, Ach. Sayuti, menanggapi perkembangan diskusi terkait pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI, H. M. Soeharto. Ia menilai bahwa pembahasan tersebut selayaknya dilakukan secara objektif dengan melihat rekam jejak pengabdian beliau terhadap negara.
Menurut Sayuti, Soeharto memiliki jejak jasa yang panjang dalam menjaga keutuhan bangsa dan membangun fondasi Indonesia modern. Salah satu kontribusi pentingnya adalah peran militer Soeharto dalam masa revolusi fisik, termasuk memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949, operasi yang memperlihatkan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia masih berdiri dan memiliki kekuatan terorganisir.
Selain itu, Soeharto terlibat aktif dalam berbagai operasi pemulihan keamanan pada masa awal republik, seperti penumpasan pemberontakan APRA, RMS, dan DI/TII. “Pada masa-masa itu, NKRI menghadapi ancaman disintegrasi. Kiprah Soeharto dalam menjaga stabilitas negara menjadi bagian dari sejarah penting yang tidak bisa dilepaskan,” ujar Sayuti, Kamis (13/11).
Di era kepemimpinannya, Soeharto juga dikenal sebagai tokoh pembangunan. Sayuti menekankan bahwa banyak capaian fundamental Indonesia berasal dari kebijakan pembangunan terstruktur yang dijalankan saat itu, di antaranya melalui Repelita, pembangunan jaringan irigasi, transmigrasi, puskesmas, serta program pendidikan nasional seperti Inpres Sekolah Dasar yang memperluas akses pendidikan hingga pelosok.
“Indonesia juga pernah mencapai swasembada beras dan mendapatkan pengakuan internasional atas keberhasilan tersebut. Berbagai program pembangunan itu telah menggerakkan ekonomi daerah dan membuka peluang kemajuan di berbagai sektor,” jelasnya.
Soeharto juga berperan dalam memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional, termasuk melalui penguatan ASEAN dan diplomasi bebas aktif yang stabil, sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang berpengaruh di kawasan.
Lebih lanjut, ia mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk generasi muda, mahasiswa, dan kalangan intelektual untuk menyikapi perbedaan pandangan terkait gelar pahlawan ini secara dewasa. “Setiap dinamika pendapat hendaknya disampaikan dengan cara yang damai dan bertanggung jawab. Saya mengajak generasi muda dan komunitas akademik untuk tetap tenang, tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum tentu benar, serta memastikan bahwa setiap bentuk ekspresi publik tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkepentingan,” pesannya.
Sayuti menutup dengan pesan bahwa dinamika pendapat mengenai tokoh bangsa harus menjadi ruang untuk memperkuat pemahaman sejarah dan kebersamaan nasional. “Yang terpenting adalah bagaimana kita menjadikan sejarah sebagai cermin untuk memperkokoh persatuan dan membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia,” pungkas Ach. Sayuti.
EDITOR: REYNA
Related Posts

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah

Pak Harto Diantara Fakta Dan Fitnah

Surat Rahasia Bank Dunia: “Indonesia Dilarang Membangun Kilang Minyak Sendiri”

Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Mengaku Ditekan 2 Tokoh (PY) dan (HR) Untuk Memperhatikan Perusahaan Riza Chalid

Prabowo Melawan Akal Sehat atas Dugaan Ijazah Palsu Jokowi dan Kereta Cepat Whoosh

Pangan, Energi dan Air

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

NKRI Sesungguhnya Telah Bubar

Dalang Lama di Panggung Baru

AS berencana mematahkan dominasi Tiongkok atas mineral-mineral penting melalui Afrika


No Responses