Oleh : Fuad Bawazier
Tdk ada yang salah dengan data dan laporan pertumbuhan ekonomi BPS bahwa pertumbuhan untuk Q2/2021 atas dasar YoY adalah 7,07% dan atas dasar QtoQ adalah 3,31%.
Itulah angka statistik tapi perlu dijelaskan kenapa meski sudah tumbuh 7,07% kok ekonomi atau rakyat amat susah. Bukankah dulu zaman Orba dan juga pernah zaman SBY ketika tumbuh 7% rakyat hidup senang, tenang dan nyaman.
Bahkan ketika dalam masa Jokowi dengan tumbuh 5% saja rakyat masih senang dan tidak ketakutan lapar.
Mari kita ambil pertumbuhan 5% terakhir masa Jokowi yaitu Kuartal 3/2019 dengan PDB riil sebesar Rp 2.819Triliun. Saat itu, misalnya, cari tiket KA saja susah meski KA sudah terus-menerus menambah banyak jalur. Artinya ekonomi jalan, jualan ramai dsb.
Nah mengapa sekarang (Q2/2021) 7% kok menderita? Jawabnya karena meski sdh 7%, PDBnya hanya Rp 2.773Triliun. Artinya masih dibawah angka dua tahun lalu yang Rp 2.819 Triliun (Q3/2019) yang hanya tumbuh 5,01%.
Jadi belum kembali ke angka semula.
Selain itu, dapat di perkirakan bahwa “pemilik” PDB itupun sudah berubah, yaitu yang miskin bertambah banyak. Yang kaya diperkirakan juga semakin banyak. Dengan kata lain Gini Ratio memburuk. Artinya jurang kaya-miskin melebar dan OKB (Orang Kaya Baru) bertambah.
Indikasi ini terlihat antara lain dari perubahan kepemilikan uang di bank, laba perusahaan industri kesehatan meningkat amat tajam alias meroket, perubahan komposisi dan pertumbuhan PDB dalam laporan BPS, dll.
Jadi pertumbuhan ekonomi yang 7% ini belum sehat, belum menyejahterakan rakyat. Mereka banyak yang jadi penganggur, jatuh miskin dan ketakutan tidak bisa makan.
Makanya saya bilang perrumbuhan Kuartal 2/ 2021 yang 7% itu sejujurnya terlalu rendah. Sebab dengan methode yang sama untuk Kuartal yang sama (Q2/2021) Singapore bisa 14,3%, USA 12,2% dan Uni Eropah 13,2%.
Padahal di negara-negara ini pertumbuhan normalnya hanya 2-3%, sedangkan kita 5%.Kalau mau mengejar ketertinggalannya, Indonesia harusnya tumbuh diatas mereka atau minimal tumbuh 2 digit.
Jadi petinggi ekonomi keuangan jangan jumawa.
EDITOR : SETYANEGARA
Related Posts

Presiden Pasang Badan Untuk Jakowi Dan Luhud B. Panjaitan

Saya Muslim..

Informaliti

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan



No Responses