CATATAN PEMBELAAN UNTUK “SANG GURU”

Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.
Koalisi 1000 Advokat Bela Islam

Zonasatu News –Terus terang kami merasa sangat prihatin, membaca broadcast tulisan profesor yang gigih dengan prinsip, bersuara mengikuti nurani, dituding tidak berkomitmen pada negara, dikejar seperti pelaku kejahatan, padahal tidak satu rupiah pun negara dirugikan.

Kami tidak melihat mereka sekedar guru sebagaimana judul tulisan ini, kami melihat mereka adalah para pendidik. Mereka peduli terhadap nasib dan masa depan peradaban bangsa ini. Mereka -adalah kumpulan orang yang berani keluar dari pakem- setelah puluhan ribu pendidik lainnya hanya mampu berdialog dalam batin, mengkritik dalam alam nalar, namun tak kuasa mengaktualisasikan dalam wujud realitas nyata.

Kami bisa memahami, pilihan untuk bersuara ditengah tekanan rezim zalim yang anti kritik dan anti perbedaan bukanlah hal yang sederhana. Selain perdebatan nalar intelektual dan hati nurani, para pendidik bangsa ini harus bertarung untuk mengkondisikan lingkungan sekitar.

Dia, harus memahamkan sekaligus meyakinkan orang terdekatnya -yakni keluarganya- *tentang pilihan bersuara untuk menggaungkan kebenaran, disaat corong-corong kekuasan berulang kali meneriakan jampi-jampi kedustaan.* Dia harus bisa memberikan jaminan, bahwa memilih diam bukanlah pilihan yang mudah, ketimbang harus bersuara dengan resiko yang sudah terukur.

Bagi pendidik sejati, diam melihat kedzaliman, tertunduk pada keangkuhan, berkompromi dengan realita yang menentang nalar dan nurani, tentu jauh lebih sulit dan sangat menyesakkan dada, ketimbang harus bersuara apa adanya. Pendidik sejati sadar, mengingatkan dan meluruskan itu butuh ketegasan dan keistiqomahan.

Kami juga bisa mengindera, bagaimana aura intelektualitas dan penghormatan akan nilai kebenaran dalam lingkungan civitas akademika, bisa pudar terenggut belenggu tirani kekuasaan, jika sang guru dipaksa membuat jawaban 4 + 4 adalah 22.

Sang guru telah mengkaji, meneliti, menyimpulkan, dan menghasilkan teori-teori kebenaran, teori-teori alam tentang perubahan, tentu sangat ajaib jika ikhwal ilmu yang dituntut dengan jutaan energi dan pengorbanan, harus dikebiri, tunduk dan dihimpit ketiak kekuasaan.

Disanalah akhlak penguasa seharusnya berterima kasih dan memberi apresiasi, atas keteguhan sang guru pada konsepsi nilai dan nalar intelektual, bukan sebaliknya. Memburu sang guru karena berbeda tafsir soal kebenaran untuk membangun peradaban bangsa.

*Guratan sosmed yang ditulis oleh Prof. Daniel Mohammad Rasyid,* adalah fenomena gunung es. Kami yakin, yang sependapat dengan beliau begitu banyak yang tidak terungkap ke publik. Beliau, mewakili rasa dan ungkapan perbendaharaan hati, dari banyaknya pendidik di negeri ini yang tidak dihargai.

Ikhtiar serius dan sungguh-sungguh, pengabdian puluhan tahun, terpaksa hilang tanpa bekas oleh vonis penguasa zalim yang menjadikan *”Pasal Kepentingan Politik”* sebagai dasar dakwaan dan tuntutan untuk mengadili.

Kami sadar, Guru kami, para pendidik bangsa ini, memiliki energi lebih besar dari apa yang kami prediksi. Karenanya, doa dan empati telah lebih dari cukup menjadi bahan bakar untuk tetap menyuarakan bait-bait syair kebenaran.

Meskipun demikian, kami sebagai murid, sebagai pihak yang mendapat mandat Akhlak untuk membela kebenaran, menjunjung tinggi harkat dan martabat para pendidik, sangat berkomitmen untuk memberikan pembelaan dan pendampingan hukum, sekiranya ikhtiar kecil itu masih dianggap dibutuhkan. Walaupun, negara ini telah menjadi negara kekuasaan (machtstaat) bukan lagi negara hukum (rechtstaat).

Pembelaan apapun, boleh jadi tidak bernilai ketika penegakan hukum lebih mengedepankan logika kekuasaan. Namun, ikhtiar pembelaan yang kami berikan setidaknya mengkonfirmasi posisi kami. Kami adalah semut yang membawa air saat bara api membakar Nabi Ibrahim AS.

Kami yakin dan percaya, para Guru Kami, Pendidik Bangsa ini, telah memiliki banyak persiapan dan perbekalan untuk menghadapi seluruh ujian dan cobaan. Bagi mereka, tindakan rezim yang zalim ini tidak mengubah apapun kecuali menjadikan iman mereka makin teguh, makin kokoh, makin percaya bahwa pertolongan dan kemenangan itu semata-mata hanya dari Allah SWT semata.

Kepada Prof. Daniel Mohammad Rasyid dan Guru-guru kami yang lain, para pendidik bangsa ini, kami berterima kasih atas untaian teladan dan banyaknya perbendaharaan ilmu yang diturunkan bagi peradaban bangsa ini. Selayaknya, penguasa memberikan atensi dan ucapan terima kasih, bukannya mengalienasi dan mempersekusi.

Kami selalu memberi doa dan dukungan, semoga rahmat Allah SWT dan perlindungan-Nya, selalu menaungi dalam setiap estafet perjalanan waktu, pada setiap fase ujian, menuju maqom kesempurnaan. Barakallah. [].

Related Posts