Hendrajit: Serupa Tapi Tak Sama, Neo Orba Lebih Berbahaya

Oleh: Hendrajit

Bukankah kita harus mencari tahu apa yang sedang dilakukan para elit politik atau konsorsium politik yang sedang mbabat alas rimba untuk mendirikan kraton baru?

Masalah di republik kita saat ini bukan karena ada seorang pemimpin ingin jadi raja atau mewarisi raja sebelumnya. Tapi ada pemimpin yang sedang membangun kerajaan baru. Kraton baru. Pusat kekuasaan baru.

Itulah mengapa saya tidak senang kalau Gibran jadi obyek bulian dan kecaman seakan semua tindak tanduk Gibran sebatas perilaku oknum.

Tidak mendukung pasangan Prabow-Gibran pun harusnya tidak seperti itu. Pertama, tanpa sadar antipati dan benci Gibran justru jadi bahan bagus buat strategi kampanye timses Prabowo-Gibran. Semakin diudel-udel justru Gibran makin dapat simpati masyarakat. Psikologi masyarakat kita nggak suka seseorang dianiaya.

Nah ketika seperti itu bukankah anda sebenarnya malah jadi relawan timses Prabowo-Gibran? Ya nggak apa apa juga sih kalau iya.

Kedua ya itu tadi. Membatasi pada perilaku Gibran sebagai oknum, menyebabkan kita kehilangan perspektif. Karena masalah sesungguhnya bukan pada Prabowo-Gibran yang ingin nyapres dan menang.

Tapi ada berita pikiran tersembunyi yang gagal terdeteksi. Bahwa ada sebuah konsorsium politik yang ingin bangun kerajaan baru. Lantas memanfaatkan Prabowo-Gibran sebagai tema pagelaran. Dengan lakon: Dinasti Politik ingin kembali ke zaman Orba.

Kalau ini terwujud bahayanya bukan pada orba, Jokowi atau Prabowo. Ini kan cuma aktor pagelaran. Plus tema pagelaran. Entah sadar atau tidak. Bahayanya karena akan ada barisan baru, konfigurasi baru dan formasi politik baru. Tapi kita belum tahu wujud dan bentuknya seperti.apa.

Sialnya, kalau ibarat saya ini investor atau pelaku pasar, merasakan adanya resiko, tapi resiko politiknya belum saya lihat seperti apa. Tapi perasaan saya bilang itu berbahaya.

Karena bahaya sesungguhnya bukan kembalinya Orba berkuasa. Tapi Neo Orde Baru. Seakan serupa orba padahal nggak sama. Dan di sini bahayanya. Nggak samanya itu seperti apa?

EDITOR: REYNA

Related Posts