Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Ada pejabat yang mengatakan bahwa untuk dapat mengikuti Pemilihan Kepala Daerah apakah itu gubernur, bupati atau walikota maka tidak hanya elektabilitas dan popularitas sang calon yang diperlukan, namun yang ikut menentukan adalah “Isinya Tas” alias berapa dana yang dipunyai. Berita yang berseliweran menyebutkan kalau ingin menjadi Bupati misalnya, maka diperlukan dana Rp 20 milyaran, kalau ingin jadi Gubernur ada yang mengatakan ratusan milyar yang dibutuhkan untuk memenangkan pilkada itu. Berita seperti ini sudah diketahui masyarakat sejak lama, karena itu pengamat politik ada yang mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia ini bersifat transaksional yang memerlukan dana besar. Seorang yang pintar, punya title akademik yang berjejer-jejer, dikenal masyarakat dsb itu tidak cukup untuk memenangkan yang bersankutan dalam Pilkada kalau dia tidak memiliki banyak “Isi nya Tas” tadi.
Saya sebagai orang awam, berfikir dengan lugunya bahwa dana yang besar itu hanya digunakan untuk pemilihan kepala daerah, pengetahuan saya sangat rendah dalam hal ini. Ternyata baru saya ketahui bahwa untuk maju mencalonkan diri sebagai Ketua Umum cabang olahraga juga memerlukan dana besar. Masyarakat luas mengetahui lewat berita media bahwa Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Sharif Hariej atau yang dikenal dengan nama Eddy Hariej itu ketika ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi menggunakan uang hasil korupsi itu untuk pencalonan dirinya sebagai Ketua Umum Pelti (Persatuan Lawn Tenis Indonesia, disingkat PELTI, adalah organisasi pengatur olahraga tenis di Indonesia.
Ternyata seperti pemilihan kepala daerah, untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum cabang olahraga itu juga tidak hanya diperlukan Elektabilitas dan Popularitas, Isi nya Tas juga sangat diperlukan. Mungkin ada orang yang tidak faham cabang olahraga tertentu, misalkan tennis, tidak pernah main tennis, tapi karena “Isinya Tas” itu banyak, yang bersangkutan dimungkinkan dapat memenangkan pemilihan Ketu Umum. Misalnya lagi saya itu pendekar silat, masyarakat tahu kalau saya ahli silat dan pernah mengalahkan 10 bajingan jalanan hanya dengan tangan kosong, sendiri. Apa mungkin saya bisa mencalonkan diri sebagai ketua Umum Persatuan Silat kalau saya tidak memiliki “Isi nya Tas”.
Seperti diketahui Komisi Pemberantasan Korupsi resmi mengumumkan Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej atau Eddy Hiariej menjadi tersangka korupsi. Selain Eddy, KPK juga menetapkan 3 orang menjadi tersangka, yaitu dua asisten pribadinya bernama Yogi Arie Rukmana, dan Yosi Andila Mulyadi; serta Direktur PT Citra Lampia Mandiri Helmut Hermawan. Dalam perkara ini, KPK menduga Eddy melalui dua asistennnya menerima uang suap sebanyak miliaran Rupiah dari Helmut. Uang diduga diberikan oleh Helmut agar Eddy membantu pengesahan badan Hukum PT Citra Lampia di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kemenkumham. Selain itu, uang juga diduga diberikan karena Eddy berjanji memberikan bantuan kepada Helmut terkait kasus yang menjeratnya di Bareskrim Polri.
“Setelah mengumpulkan alat bukti KPK menetapkan 4 orang menjadi tersangka, yakni EOSH Wamenkumham, YAR, YAM dan HH,” kata Wakil Ketua KPK Alexander Marwata dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta. Pengumuman tersangka ini dilakukan ketika KPK melakukan penahanan terhadap Helmut Hermawan. Eddy sebenarnya dipanggil hari ini untuk diperiksa sebagai tersangka, namun dia tidak datang dengan alasan sakit. KPK akan menjadwalkan ulang pemanggilan Eddy.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi mengumumkan mantan Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy Hiariej sebagai tersangka suap dan gratifikasi sebesar Rp 8 miliar. Eddy juga diduga memakai uang suap sebesar Rp1 miliar untuk modal mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti). Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata menjelaskan Eddy menerima suap dan gratifikasi melalui Yosi Andika Mulyadi selaku Pengacara dan Yogi Arie Rukmana selaku Asisten Pribadinya.
Tapi bagi masyarakat yang senang berolahraga, tetaplah berolahraga demi menjaga kesehatan, jangan berfikir untuk menjadi Ketua Umum cabang olahraga kalau “Isi Tas nya” tidak banyak.
EDITOR: REYNA
Artkel sama dimuat di Optika.id
Related Posts

Informaliti

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang




No Responses