Oleh: Daniel Muhammad Rosyid
Sejak Orde Baru meniru model AS, pemerintah mengerdilkan pendidikan menjadi persekolahan dan perkampusan sebagai instrumen teknokratik penyiapan buruh yang cukup trampil menjalankan mesin-mesin sekaligus cukup dungu setia bekerja pada pemilik modal.
Lalu diwacanakan luas, tidak bersekolah itu kampungan, tidak bergelar itu inkompeten.
Pendidikan bukan lagi perluasan kesempatan belajar merdeka, tapi dipersempit pagar sekolah dan kampus yang tebal dan tinggi.
Saat sekolah gagal menyediakan warga muda 18 tahun yang mandiri, sehat, dan produktif, ini menjadi kebutuhan palsu universitas.
Akibatnya biaya kuliah meninggi, tapi mutu menurun.
Persekolahan dan kampus secara sistemik meminggirkan sektor agromaritim yang tersedia melimpah di negeri kepulauan yang subur ini.
Padahal ini kawasan lapangan kerja yang luas sekali.
Tapi petani-petani dan nelayan-nelayan kita makin tua, dan kawasan-kawasan agromaritim itu ditinggalkan pemuda-pemuda yang diasingkan oleh sekolahnya dari lingkungan terdekat mereka sendiri.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Presiden Pasang Badan Untuk Jakowi Dan Luhud B. Panjaitan

Saya Muslim..

Informaliti

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan




No Responses