Oleh: Sutoyo Abadi
Kita harus sadar bahwa leluhur kita sesungguhnya telah menderita 3,5 abad, sementara etnis Cina bukan sasaran penjajahan kolonial tetapi justru berkolaborasi dengan kaum Kolonial untuk mengeksploitasinya.
Etnis Cina selalu menjadi penyalip di banyak tikungan dan tetap bisa eksis dalam segala cuaca.
Diawal kemerdekaan Mr Asa’at telah mencoba membentengi kaum pribumi dengan meningkatkan partisipasi dalam kesibukan ekonomi kaum pribumi dan mengontrol aktivitas ekonomi entis Cina, tetapi tidak berhasil
The Faunding Fathers membentengi kaum pribumi dengan UUD 45 dan Pancasila karena sadar betul, adanya kesepakatan kaum pribumi di kenal dengan nama TRILOGI PRIBUMISME untuk mencapai Bonum Pubicumm ( kemakmuran bersama), berisi : “Pribumi Pendiri Negara, Pribumi Pemilik Negara dan Pribumi Penguasa Negara”
Pendiri bangsa itu mengerti dan paham akan terjadinya perubahan di masa depan dan berpesan UUD 45 dan Pancasila itu final. Kalau dibutuhkan penyempurnaan melalui undang undang di bawahnya.
Pancasila bukan hanya bersifat melandasi berdirinya negara Indonesia tetapi membawakan gambaran mengenai wujud masyarakat yang di inginkan serta prinsip dasar yang harus diwujudkan.
Paska UUD 45 dirubah negara masuk alam kapitalis etnis Cina menemukan momentumnya kembali. Di era Jokowi keadaan makin parah :
Lahir macam macam rumusan kebijakan yang hanya untuk kepentingan kaum kapitalis (Taipan Oligarki )
Menjauh dari tujuan negara seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 45
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ) meraja Lela dan menjadi watak hampir semua pejabat penguasa negara.
PM. Malaysia “Tun Abdul Razak” setelah sadar ada habaya dominasi ekonomi entis Cina segera membentengi kaum pribumi dengan mengimbangi kekuatan ekonomi kaum pribuminya.
Penguasa di Indonesia justru tenggelam dalam penyakit mental “xenosentris” menganggap etnis dan produk asing lebih unggul dari etnis dan produk Pribumi. Betapa gilanya negara di gadaikan, tenaga kerja impor bahkan dokter akan impor dari Cina.
Jangan pernah menerima orgumentasi bahwa berjuang tidak harus dengan senjata. Kondisi kritis pribumi harus kembali angkat senjata dari kebiadaban penjajahan gaya baru yang lebih kejam dari penjajah kolonial saat itu
Palagan bumi Pertiwi bersama kekuatan dan semangat kaum pribumi mutlak harus di nyalakan, kobarkan dan bangkitlah kembali melawan dominasi para taipan kapitalis yang lebih kejam, keji, bengis menindas kaum pribumi.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Potret ‘Hutan Ekonomi’ Indonesia

Prof. Djohermansyah Djohan: Biaya Politik Mahal Jadi Akar Korupsi Kepala Daerah

Muhammad Taufiq Buka Siapa Boyamin Sebenarnya: Kalau Siang Dia LSM, Kalau Malam Advokad Profesional

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia


No Responses