Apa Ada Korelasi Antara Perbedaan Manhaj Aliran Islam Dengan Perbedaan Penyikapan Perang di Gaza

Apa Ada Korelasi Antara Perbedaan Manhaj Aliran Islam Dengan Perbedaan Penyikapan Perang di Gaza
Perang terus membara di Gaza, Israel tidak mengurangi tekanannya di Gaza meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) telah memerintahkan untuk melakukan segala upaya menghindari genoside

Babak Baru Perang Palestina vs Israel

Oleh : Agus Mualif Rohadi

Agus Mualif Rohadi

Saya memandang perbedaan penyikapan perang di Gaza antara Iran dengan negara-negara Timur Tengah lainnya, bukanlah karena perbedaan Syi’ah dengan Sunni, apalagi karena ada konflik antara Syi’ah dengan Sunni.

Faktanya tidak pernah ada dalam sejarah terjadi perang antara Syi’ah dengan Sunni.

Terlampau berlebihan kalau ada yang memandang perbedaan penyikapan atas perang di Gaza karena adanya perbedaan antara Syi’ah dengan Sunni.

Faktanya, faksi-faksi di Palestina juga tidak satu pandangan dalam menyikapi perang di Gaza.

OKI telah bersidang di Riyadh dengan hasil yang disebut sebagai penyikapan yang paling keras secara politik terhadap Israil.

Bagi saya, bagaimanapun Syi’ah lebih tua dari Sunni. Kalau ada kritik doktrin manhaj Sunni atas doktrin manhaj Syi’ah itu wajar saja, karena Sunni muncul jauh lebih belakang dari Syi’ah.

Faktanya, apapun macam-macam manhaj aliran Islam itu adalah hasil pemikiran ulama, yang juga terus berkembang sesuai perkembangan ilmu dan lain lain.

Oleh karena itu baik Syi’ah, Sunni maupun manhaj aqidah lainnya, masing masing juga mengembangkan pemikiran manhajnya masing masing.

Saya memandang perbedaan manhaj itu sebagai khasanah pemikiran Islam. Dan saya lebih suka terbuka atas perbedaan itu untuk diambil hikmahnya.

Misal perbedaan tentang kedudukan pemimpin umat antara Syi’ah dengan Sunni.

Syi’ah memempatkan pemimpin sebagai rukun Islam, dan menempatkan sahadat sebagai bagian dari shalat.

Sedang sunni menempatkan sahadat dan shalat pada point berbeda, dan akibatnya tidak menempatkan pemimpin umat dalam rukun Islam.

Sepertinya perbedaan itu kecil tapi efeknya besar. Misal pada struktur kenegaraan, Syi’ah sangat kuat menempatkan kepemimpinan ulama dalam struktur negara sedang Sunni tidak.

Kalau hal ini dibahas lebih lanjut pasti akan sangat luas, sampai pada perbedaan konstitusi, kedudukan ijtihad, dll.

Itu adalah hikmah yang dapat diambil.

Kembali pada perbedaan penyikapan di perang Gaza.

Faktanya, sejak munculnya perjuangan PLO yang dipimpin Yaser Arafat, negara-negara Timur Tengah mendukung secara politik dan militer hingga menghasilkan pengakuan wilayah administratif Palestina oleh PBB, meskipun belum diakui sebagai negara merdeka. Palestina diterima sebagai peninjau dalam PBB.

Mesir dan Syiria juga ikut kehilangan wilayahnya karena perang yang merupakan bagian dari perang Israel-Palestina.

Saat dukungan negara-negara Timur Tengah terhadap PLO itu, Iran justru absen karena konflik dalam negeri mereka.

Setelah pengakuan PBB itu, negara-negara Timur Tengah lebih mengutamakan mendukung Palestina secara diplomatik dan pendanaan untuk Palestina, ditengah-tengah Israel yang terus mendatangkan imigran gelap zionis Eropa yang terus-menerus merampas tanah hak warga palestina dan bahkan merampas dengan cara membunuh warga Palestina.

Fakta perang sekarang ini, Hamas secara sepihak tanpa perundingan terlebih dahulu dengan faksi-faksi Palestina lainnya, langsung berinisiatif menyerang Israil.

Mungkin berhitung bahwa jika berunding maka inisiatif serangan itu tidak akan mendapat persetujuan. Dan faktanya sampai saat ini faksi-faksi Palestina lainnya belum mendukung secara militer.

Saya memandang negara-negara Timur Tengah lainnya tidak mendukung aksi sepihak Hamas adalah untuk menjaga kedudukan Palestina di Forum PBB, dan membiarkan Iran dan proxinya tetap mendukung Hamas secara militer.

Bagi saya itu adalah pengambilan posisi strategi perjuangan yang jitu.

Babak baru perjuangan Palestina.

Satu sisi ada perjuangan politik di PBB di sisi lain ada perjuangan militer di Gaza.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K