Jantung Yang Berfikir

Jantung Yang Berfikir

Oleh: Soegianto, Fakultas Sain dan Teknologi UNAIR

Apakah kita benar-benar memiliki kendali penuh atas jalannya takdir, ataukah kita hanyalah pion dalam permainan hidup yang telah ditentukan sejak awal penciptaan? Pertanyaan ini telah memunculkan perdebatan panas di antara para agamawan, filsuf, hingga ilmuwan. Namun, realita kehidupan ternyata selalu penuh paradoks. Sains modern kini menawarkan perspektif baru: manusia memiliki kekuatan tersembunyi dalam diri yang mampu merubah garis kehidupan dan takdirnya. Temuan-temuan ilmiah terbaru mengkonfirmasi bahwa kekuatan pikiran dan otak manusia dapat mempengaruhi dan bahkan mengubah takdir yang sebelumnya dianggap telah digariskan. Mungkin, setelah memahami ini, pandangan Anda mengenai takdir dan realitas akan berubah.

Sejak zaman dahulu, manusia selalu berusaha merubah hidup menjadi lebih baik. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk melalui budaya dan tradisi yang kaya akan ritual dan kepercayaan untuk mempengaruhi jalan hidup. Konsep takdir, yang merujuk pada kepercayaan bahwa segala sesuatu yang terjadi telah ditentukan oleh kekuatan Ilahi atau alam, sering kali diterima begitu saja. Namun, apa yang terjadi jika sains modern menawarkan bukti bahwa pikiran dan otak manusia memiliki kemampuan untuk mengubah takdir? Penelitian neuroplastisitas otak mengungkapkan bahwa otak manusia mampu beradaptasi dan mengubah strukturnya seiring waktu. Lebih menarik lagi, proses ini ternyata mempengaruhi dan mengendalikan takdir manusia.

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika seseorang memfokuskan pikirannya pada hal-hal positif, otak merespons dengan melepaskan neurotransmitter seperti dopamin yang mendukung pencapaian tujuan. Aktivitas otak yang positif terkait dengan pelepasan dopamin dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang, membuat mereka lebih optimis, termotivasi, dan mampu mengatasi tantangan hidup. Dalam hal ini, mengubah takdir dengan kekuatan pikiran tidak hanya melibatkan berpikir positif, tetapi juga bagaimana kita menghadapi stres dan tantangan, yang dikenal sebagai mekanisme coping.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Richard Davidson dan Dr. Carol Dweck menegaskan pentingnya pelatihan mental yang terarah dan konsisten dalam membentuk pola pikir dan mengubah takdir seseorang. Latihan seperti zikir, Sholat, dan berpuasa enan husyu’dapat meningkatkan kekuatan pikiran untuk merubah jalannya takdir menjadi lebih baik. Penelitian juga menunjukkan bahwa pola pikir optimis dan percaya diri dapat meningkatkan adaptasi terhadap perubahan hidup dan membantu seseorang mencapai tujuan yang diinginkan. Latihan mental seperti sholat dan zikir khusyu’ yang dilakukan secara teratur dapat mengubah struktur dan fungsi otak, membentuk pola pikir yang lebih positif, dan pada akhirnya mengarahkan seseorang menuju takdir yang lebih baik.Disini menunjukkan bahwa Otak kita harusnya dikendalikan oleh qolbu, dan bukan sebaliknya

Selain latihan mental, stimulasi kognitif juga berperan penting dalam memperkuat konektivitas otak dan mengubah pola pikir. Aktivitas seperti menyelesaikan teka-teki silang atau mempelajari instrumen musik baru dapat merangsang pertumbuhan sel-sel otak baru dan memperkuat jaringan yang ada. Bulan suci Ramadan, misalnya, menjadi waktu yang tepat untuk memulai latihan mental dan kognitif, yang didukung oleh keyakinan hati yang terletak di “otak kedua”, yakni Qolbu yang dalam hal ini adalah jantung manusia. Penelitian dalam neurokardiologi mengungkapkan bahwa jantung tidak hanya organ mekanis yang memompa darah, tetapi juga memiliki sistem saraf yang kompleks yang dapat mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan manusia.

Penelitian menunjukkan bahwa Qolb (jantung) memiliki kecerdasan independen yang mampu memproses informasi dan mempengaruhi otak di kepala melalui sinyal-sinyal saraf. Ketika seseorang merasakan emosi positif seperti cinta atau kebahagiaan, gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung dapat mempengaruhi realitas sekitarnya. Efek riak emosional ini menunjukkan bahwa tindakan dan emosi seseorang dapat mempengaruhi lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, bahkan mungkin mengubah takdir mereka.

Temuan ini membuka pemahaman baru tentang hubungan antara pikiran, tindakan, dan konsekuensinya dalam membentuk takdir. Dalam berbagai tradisi spiritual dan pemahaman ilmiah modern, konsep zikir dan sholat khusyu menjadi fokus penting dalam mengubah takdir. Praktik zikir, misalnya, dapat memperkuat pola pikir positif dan spiritual, yang pada akhirnya mempengaruhi neuroplastisitas otak ákibat pengaruh qolb dan membentuk takdir yang lebih baik.

Dalam kajian filsafat, pemikir besar seperti Plato dan Descartes menyoroti peran penting pikiran dalam memahami realitas dan membentuk takdir. Plato melalui teori ideanya menegaskan bahwa pikiran manusia memiliki kemampuan untuk memahami ide-ide sempurna dan mempengaruhi realitas sesuai dengan pemahaman mereka. Sementara itu, filsuf eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre menekankan bahwa manusia secara aktif menciptakan takdir mereka sendiri melalui pilihan dan tindakan yang mereka ambil.

Melalui penelitian dan filsafat, kita dihadapkan pada pertanyaan besar mengenai hakikat kesadaran dan keberadaan manusia. Apakah kita benar-benar ada ataukah realitas ini hanyalah ilusi? Pertanyaan-pertanyaan ini melampaui penjelasan ilmiah dan masuk ke dalam ranah filsafat dan agama, mengharuskan kita untuk terus mencari jawaban yang memuaskan.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K