Oleh: Soegianto, Fakultas Sain dan Teknologi UNAIR
Dalam ajaran Islam, perintah untuk berpikir lebih banyak diarahkan pada merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah yang sudah ada di alam semesta. Al-Qur’an memerintahkan kita untuk menggunakan akal dalam memahami ciptaan Allah, mengamati alam semesta, dan mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi di sekitar kita. Ayat-ayat seperti dalam Surah Al-Baqarah (2:164) dan Surah Al-Imran (3:191) menekankan pentingnya merenungkan fenomena alam dan penciptaan langit dan bumi sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang berpikir.
Dari sini, jelas bahwa berpikir dalam Islam adalah proses menganalisis dan memahami apa yang sudah ada di depan kita. Tidak ada perintah dalam Al-Qur’an maupun Hadits yang secara eksplisit mengarahkan kita untuk melakukan pemikiran keras atau mendalam dalam merencanakan strategi untuk masa depan. Islam lebih menekankan pada perenungan terhadap apa yang sudah Allah ciptakan dan nikmat yang telah diberikan kepada kita, serta bagaimana kita bisa bersyukur dan memahami kebesaran-Nya melalui itu.
Tawakkal dan Azzam: Perencanaan untuk Masa Depan
Ketika kita berbicara tentang masa depan, Islam mengajarkan konsep tawakkal yang berarti berserah diri kepada Allah dengan penuh kepercayaan setelah memiliki tekad yang kuat (azzam) dan melaksanakan amal yang sesuai dengan kemampuan kita. Tawakkal dalam hal ini adalah sikap kepercayaan kepada Allah dengan keyakinan bahwa hasil akhir sepenuhnya ada di tangan Allah.
Dasar dari keyakinan ini terdapat dalam Al-Qur’an:
Surah Ali Imran (3:159): “Kemudian apabila kamu telah bertekad (azzam), maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
Ayat ini menekankan bahwa setelah kita memiliki tekad yang kuat dan melaksanakan apa yang sudah di depan kita dengan benar, kita dianjurkan untuk bertawakal kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak diwajibkan untuk merencanakan segala sesuatu secara rinci untuk masa depan, melainkan untuk memiliki niat yang baik, melaksanakan dengan benar, dan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Resume
Dalam Islam, berpikir adalah aktivitas yang terkait erat dengan merenungkan ciptaan Allah dan memahami tanda-tanda kebesaran-Nya yang sudah ada di hadapan kita. Tidak ada perintah dalam Al-Qur’an maupun Hadits yang mengharuskan kita melakukan pemikiran keras atau mendalam untuk merancang strategi masa depan. Namun, untuk masa depan, Islam mengajarkan agar kita memiliki tujuan yang jelas (azzam), melaksanakan amal dengan benar dan penuh kesungguhan, dan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah dengan penuh tawakkal. Dengan demikian, pelaksanaan yang benar dan tawakkal menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam menjalani kehidupan dan merencanakan masa depan.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Informaliti

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang


No Responses