Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
@ Rosyid College of Arts
Tidak dapat diragukan lagi, istilah Pancasila adalah istilah yang paling banyak diplintir oleh banyak kalangan untuk berbagai kepentingan yg tidak selalu mulia. Frasa Pancasila dan UUD45 saja adalah frasa plintiran. Jika Pancasila yg dimaksud adalah 5 prinsip dasar yang disebut dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD45, sedangkan Pembukaan adalah jantung UUD45, maka frasa itu menimbulkan kesan bahwa Pancasila dan UUD45 adalah dua gagasan yg berbeda. Kata Pancasila bahkan tidak pernah sekalipun disebut dalam UUD45.
Orang yang mengatakan Aku Pancasila adalah orang yg sesat dan menyesatkan. Kelima prinsip dasar kehidupan berbangsa dan bernegara itu dirumuskan bukan untuk orang per orang, tapi untuk negara dengan mega-diversity yg disebut Republik Indonesia. Mengatakan Aku muslim, atau Aku Kristen jelas lebih tepat, tapi kini menimbulkan tuduhan intoleran, bahkan anti-Pancasila. Memaksakan ke 5 prinsip dasar itu atas ormas sebagai satu2nya azas juga sesat. Ke-5 prinsip2 dasar itu bukan untuk menghilangkan kemajemukan, i.e. bhinneka tunggal ika, tapi justru untuk mempersatukan. Ujaran pimpinan BPIP yg mengatakan bahwa agama adalah musuh terbesar Pancasila juga plintiran. Istilah Salam Pancasila yg secara implisit seolah lebih toleran daripada assalaamu’alaykum juga sesat dan menyesatkan, bukan ekspresi toleransi. .
Kata Pancasila terbukti telah ditafsirkan sesuai dengan selera penguasa. Tafsir resmi atas kelima prinsip dasar itu adalah batang tubuh UUD45 sebagai kompleks gagasan penjelas. Upaya memeras ke-5 prinsip dasar itu menjadi tiga prinsip bahkan satu prinsip membuka jalan bagi salah tafsir dan kesesatan lagi. Lagipula, kelima prinsip itulah yg kemudian disepakati olen para pendiri bangsa sebagai kelompok yang paling terpelajar saat itu.
Bung Karno mengajukan Nasakom sebagai tafsir atas kelima prinsip dasar itu, sedangkan Soeharto menafsirkannya dengan P4 lalu memaksakannya sebagai satu2nya azas bagi semua ormas. Ini plintiran yg kebablasan. Sekarang makin jelas bawah UUD2002 merupakan plintiran ugal2an atas kelima prinsip dasar itu. Jokowisme sebagai produk UUD2002 juga merupakan salah satu plintirannya.
Sementara itu, sebagai respons atas plintiran Pancasila itu, ada beberapa kelompok Islam yang mengatakan bahwa Pancasila adalah thaghuut dan hasil penipuan licik kelompok nasionalis sekuler dan Kristen atas tokoh2 Islam perumus UUD1945. Tapi sebagian besar tokoh menerima UUD1945 sebagai mitsaaqan ghaliidzan para ulama pendiri bangsa dan tokoh2 nasional yang harus kita hormati. Kelompok2 Islam ini masih memelihara stigma Orde Baru yang permah menempatkan Islam sebagai musuh Pancasila dan NKRI.
Kita tidak perlu lagi mempersoalkan Pancasila yg terlalu cair untuk diplintir. Yang perlu kita tagih adalah praktek terbaik, satu uswatun khasanah atas 5 prinsip dasar kehidupan berbangsa dan bernegara ini agar merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Makin jelas bahwa UUD2002 tidak saja tafsir yang keliru, tapi bahkan plintiran sesat dan menyesatkan. UUD2002 jelas telah mengubur prinsip ke-4 di bawah kaki kaum kiri dan nasionalis sekuler radikal dengan nisan NPWP, tapi menuduh Islam masih mengancam Pancasila. Pencampakan prinsip kerakyatan yg dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perawakilan telah melahirkan demokrasi mbelgedhes melalui Pemilu yang makin mahal, dan selalu memilukan.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Presiden Pasang Badan Untuk Jakowi Dan Luhud B. Panjaitan

Saya Muslim..

Informaliti

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan



No Responses