Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-18): Istana Ratu Bilqis

Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-18):  Istana Ratu Bilqis
Dr Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism

Jika merujuk pada Al Qur’an secara benar, maka kita tidak saja menemukan betapa kitab suci ini memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap akal manusia. Logika dan berfikir menjadi proses untuk memahami ciptaanNya yang akan bermuara pada mengimani keberadaanNya. Dengan kata lain antara hati dan otak atau antara keyakinan dan fikiran bukan saja seharusnya berjalan seiring, lebih dari itu seharusnya saling menopang dan saling melengkapi. Jika muncul ketidak serasian atau ketidak sinkronan diantara keduanya, maka kita harus introspeksi diri, mungkin saja ilmu yang terakumulasi di kepala belum cukup atau perkembangan sain dan teknologi belum menjangkau atau pemahaman kita terhadap ayat-ayat Al Qur’an keliru.

Novel ini berkisah seputar masalah ini.

Karya: Dr Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism

================================

SERI-18: ISTANA RATU BILQIS

Dari San’a Kami bergerak ke luar kota melewati daerah gersang dan berdebu, aku perhatikan banyak sekali orang menenteng senjata laras panjang khususnya saat melewati pos-pos penjagaan. Mereka yang berjaga selalu menanyakan siapa penumpang yang dibawa, sambil mengawasi wajahku dari ujung rambut sampai ujung kaki penuh selidik.

Jalal selalu menjawab dalam Bahasa Arab: “Orang Indonesia yang datang atas nama UN”.

Aku lalu bertanya: “ Kenapa ada pos-pos penjagaan seperti itu ?”.

“Itu batas wilayah suku yang di sini disebut kabilah”, jawab Jalal.

“Saya perhatikan anda selalu menjelaskan bahwa saya sebagai tamu yang datang dari Indonesia”.

“Orang Indonesia sangat dihormati di sini, selain dianggap sebagai saudara Muslim juga orang Indonesia dikenal sebagai orang yang baik dan dermawan”.

“Mengapa penjaga selalu menenteng senjata ?”.

“Di sini hampir semua laki-laki punya senjata, AK merupakan senjata yang paling populer menggantikan senjata tradisional yang disebut zambia. Banyak yang punya lebih dari satu seperti orang punya HP di Indonesia”, kata Jalal sambil tertawa lepas.

Tanpa terasa mobil mulai memasuki wilayah yang lebih hijau, sambil memperbaiki duduknya Jalal mengatakan: “Sekarang kita memasuki kawasan yang bernama Ma’arib yang menjadi ibukota dan pusat pemerintahan yang dulu wilayah kekuasaannya dikenal dengan nama Sheba atau Shaba yang sangat subur dan makmur. Karena bendungan besar yang menjadi sumber air jebol akibat bencana alam kemudian sebagian besar penduduknya meninggalkan kampung halamannya, akibatnya wilayah ini tidak terurus”.

“Adakah penjelasan bencana alam macam apa yang menyebabkan bendungan sampai jebol ?”.

“Kalau merujuk pada kitab suci hal itu terjadi sebagai bentuk hukuman kepada masyarakat yang menentang utusan Allah yang dikenal dengan Nabi Hud dalam Al Qur’an”.

“Adakah jejak Nabi Hud ?”.

“Makamnya bisa dilihat di Timur Tarim”

“Kita akan ke sana ?”.

“Jika waktu memungkinkan”.

“Lalu kemana mereka yang meninggalkan wilayah ini berhijrah ?”.

“Tersebar ke banyak wilayah, yang terpenting bila dikaitkan dengan Islam adalah kelompok yang berhijrah ke Makkah”.

Aku terkejut mendengarnya, jangan-jangan ada hubungannya dengan keturunan Nabi Ismail, fikirku berspikulasi.

“Terus bagaimana ceritanya ?”, kataku tak sabar.

“Saat itu kafilah ini melihat sejumlah burung yang berputar-putar di area tertentu menandakan di bawahnya ada kehidupan. Kafilah ini lalu melihat seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, dialah Nabi Ismail dan Ibunya Hajar”, kata Jalal.

“Lalu ?”, kataku.

“Di tempat itu ternyata ada sumber air yang kemudian dikenal dengan Zamzam. Kafilah ini kemudian meminta ijin untuk menetap di sana”.

“Ismail kemudian menikah dengan seorang perempuan dari keluarga Yaman ini, yang kemudian keturunannya melahirkan suku Quraisy yang mendapatkan kepercayaan sekaligus kehormatan untuk menjaga Ka’bah. Dari suku Quraisy inilah kemudian lahir Nabi Muhammad SAW”.

Jalal seakan menyambungkan sejumlah kisah yang pernah aku dengar secara terpisah. Ia lalu melanjutkan: “Jejak para sahabat Rasulullah juga banyak di negeri ini seperti Ali bin Abi Thalib sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW, lalu Muaz bin Jabal. Juga para ulama sesudahnya dan salah satu yang sangat terkenal adalah Ahmad bin Isa Al Muhajir, selain dikenal sebagai ulama yang tinggi ilmunya juga mulia akhlaknya, serta jika silsilahnya ditarik ke atas akan sampai ke Ali bin Abi Thalib, orang sering menyebutnya dengan istilah Zuriat Rasul”.

Puing-puing bekas Istana Ratu Bilqis di Yaman

Saat mataku kembali menatap puing-puing yang tersisa di Ma’arib, aku teringat kisah seorang Ratu yang sangat cantik, cerdas, dan bijaksana bernama Bilqis. Sang Ratu menerima surat dari Nabi Sulaiman yang diantar oleh seekor burung yang disebut Hud-hud. Ratu kemudian datang membawa berbagai macam hadiah untuk dipersembahkan kepada Raja Sulaiman yang saat itu bertahta di Yerusalem.

“Menurut sejumlah ilmuwan Ratu Bilqis masih punya hubungan darah dengan Raja Sulaiman”, kata Jalal saat aku mengusap-usap salah satu pilar yang tersisa pada reruntuhan istananya.

“Oh Ya, bagaimana ceritanya ?”, komentarku spontan.

“Sebagian besar versi yang kita dengar bahwa Nabi Ibrahim yang dikenal sebagai Bapak Monotheisme mempunya dua istri, yaitu: Sarah yang melahirkan Ishaq dan para nabi yang dikenal dengan sebutan Bani Israel sampai Isa. Sedang istri keduanya bernama Hajar yang melahirkan Ismail yang kemudian menurunkan Nabi Muhammad. Padahal ada istri ketiga bernama Keturah yang kemudian menurunkan Bilqis”, kata Jalal meyakinkan.

Aku hanya tertegun mendengarnya antara percaya dan tidak karena versi ini baru pertama kali aku mendengarnya. Jika versi ini benar berarti Ratu Bilqis bertemu dengan seorang Raja yang masih memiliki hubungan darah dengan dirinya.

Puing-puing bekas Istana Ratu Bilqis di Yaman

Puing-puing bekas Istana Ratu Bilqis di Yaman

Nampak puing-puing berupa pilar batu yang tertulis ‘Aras Bilqis’ yang masih menampakkan sisa kemegahan, keindahan, disamping keasliannya. Semua yang berada di sekitarku membuat aku takjub kemudian bergumam dalam hati: “Sungguh sebuah peninggalan yang amat berharga, sayang sekali tidak dirawat dengan baik”, kataku dalam hati.

Aku berfikir alangkah kayanya negeri ini dengan jejak Sejarah Islam yang seharusnya bisa menjadi destinasi wisata religius, sayang sekali semua harta karun ini tidak terurus dengan baik alias diterlantarkan, sementara di Eropa banyak sekali mitos dibangun yang kemudian bisa menambah daya tarik suatu tempat sehingga dikunjungi banyak wisatawan yang kemudian menggerakkan ekonomi masyarakatnya sekaligus menjadi sumber devisa negara.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Baca seri sebelumnya:

Seri-17: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-17): Mengunjungi Yaman

Seri-16: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-16): Madrasah di Buchara

Seri-15: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-15): Makam Imam Buchari

Seri-14: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-14): Kota Samarkand

Seri-13: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-13): Antara Ataturk dan Erdogan

Novel karya Dr Muhammad Najib yang lain dapat dibaca dibawah ini:

1) Di Beranda Istana Alhambra (1-Mendapat Beasiswa)

2)Novel Muhammad Najib, “Bersujud di Atas Bara” (Seri-1): Dunia Dalam Berita

3)Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-1): Meraih Mimpi

4)Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-1): Kembali ke Madrid

Last Day Views: 26,55 K