Guru Humanis adalah Instrumen Membangun Kesejahteraan Sosial Melalui Pendidikan

Guru Humanis adalah Instrumen Membangun Kesejahteraan Sosial Melalui Pendidikan
Isa Ansori

Oleh: M. Isa Ansori
Kolumnis dan Dosen Pengajar Ilmu Psikologi Komunikasi, Pemerhati Pendidikan dan Perlindungan Anak

Pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan mengembangkan potensi manusia secara utuh. Dalam konteks Indonesia, pendidikan memiliki peran sentral dalam menciptakan kesetaraan sosial dan membangun masyarakat yang lebih adil. Namun, untuk mewujudkan itu, pendidikan harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih humanis, yang menghargai setiap individu, mengakui keberagaman, dan memperlakukan setiap siswa dengan penuh empati dan rasa hormat. Guru sebagai ujung tombak dalam proses pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan berkeadilan, serta membuka jalan bagi tercapainya kesejahteraan sosial. Dalam konteks pembelajaran ditengah situasi yang beragam ini, guru ibarat manusia setengah dewa, yang mampu menebarkan sikap welas asih dan empati terhadap siswanya. Inilah yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai guru yang mampu “ Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mbangun Kerso, Tut Wuri handayani “.

Guru sebagai Agen Perubahan Sosial dengan Pendekatan Humanis

Menurut Amartya Sen, pendidikan adalah salah satu sarana utama dalam memperkuat kemampuan manusia (human capabilities) untuk memberikan kesempatan kepada setiap individu agar berkembang dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Pendekatan humanis dalam pendidikan mengedepankan pemahaman bahwa setiap siswa adalah individu yang memiliki latar belakang, potensi, dan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, dengan memperhatikan kesejahteraan emosional, sosial, dan intelektual siswa.

John Dewey, tokoh penting dalam pendidikan progresif, menekankan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada pengajaran akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan pengembangan nilai-nilai sosial. Pendekatan humanis yang diterapkan oleh guru mengarah pada pengakuan bahwa setiap siswa bukan hanya objek pembelajaran, tetapi juga subjek yang memiliki hak dan martabat. Dalam konteks ini, guru tidak hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing yang membangun hubungan yang penuh empati dengan siswa.

Sikap Guru dalam Mewujudkan Keadilan Sosial dengan Empati

Untuk mencapai kesetaraan sosial yang berkeadilan, sikap guru sangatlah penting. Guru harus memiliki kesadaran untuk memperlakukan semua siswa dengan adil, tanpa membeda-bedakan berdasarkan latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya. Dalam pendekatan humanis, guru mengedepankan prinsip keadilan dan penghargaan terhadap keberagaman, serta berusaha memberikan perhatian khusus pada kebutuhan individu setiap siswa.

Seorang guru dengan pendekatan humanis akan menghindari pembedaan antara siswa yang berasal dari keluarga kaya dan miskin, atau siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dan rendah. Sebaliknya, mereka akan berfokus pada bagaimana setiap siswa bisa berkembang sesuai dengan kemampuannya. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendengarkan, memberi ruang bagi siswa untuk berbicara tentang pengalaman mereka, dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Pendekatan ini memerlukan keterlibatan emosional yang lebih dalam dari guru. Misalnya, saat menghadapi siswa yang kesulitan belajar atau berasal dari latar belakang yang kurang mendukung, guru dengan pendekatan humanis akan berusaha memahami tantangan yang dihadapi siswa tersebut dan mencari cara untuk mendukung mereka dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Guru juga akan berperan dalam menciptakan lingkungan kelas yang aman, di mana siswa merasa dihargai dan diterima apa adanya, tanpa rasa takut atau diskriminasi.

Menciptakan Lingkungan Belajar yang Inklusif

Pendekatan humanis dalam pembelajaran tidak hanya melibatkan hubungan emosional antara guru dan siswa, tetapi juga dalam cara guru membangun lingkungan kelas yang inklusif. Di Indonesia, yang memiliki keberagaman budaya, agama, dan suku bangsa, penting bagi guru untuk menciptakan ruang di mana perbedaan dianggap sebagai kekayaan dan bukan sebagai hambatan. Guru dengan pendekatan humanis akan mendorong siswa untuk saling menghargai, menghormati perbedaan, dan bekerja sama, serta membantu mereka memahami bahwa setiap individu berhak mendapat kesempatan yang sama dalam belajar dan berkembang.

Sebagai contoh, dalam pembelajaran kelompok, guru dapat memperkenalkan tugas yang mendorong kolaborasi antar siswa dari berbagai latar belakang. Ini bisa menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang keberagaman dan membangun solidaritas sosial. Guru juga bisa mendorong siswa untuk berbicara tentang nilai-nilai keadilan, empati, dan kesetaraan dalam diskusi kelas, sehingga siswa terbiasa dengan konsep-konsep ini dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, guru juga harus mengadaptasi cara mengajar sesuai dengan kebutuhan beragam siswa. Misalnya, untuk siswa dengan disabilitas, pendekatan humanis mencakup penyesuaian metode pengajaran, menggunakan teknologi yang membantu, atau memberikan waktu lebih banyak untuk tugas. Dengan cara ini, pendidikan yang berkeadilan bukan hanya memberikan kesempatan yang sama, tetapi juga memperhatikan kebutuhan masing-masing siswa agar mereka dapat mengakses pendidikan yang berkualitas.

Program Pendidikan Inklusif dan Peran Guru

Program-program seperti Program Indonesia Pintar (PIP) adalah upaya yang baik dari pemerintah untuk mengurangi ketimpangan sosial dan memberikan pendidikan yang lebih merata. Namun, tanpa adanya peran aktif guru dalam menumbuhkan rasa inklusivitas dan keadilan di kelas, program tersebut hanya akan menjadi kebijakan di atas kertas. Oleh karena itu, guru harus dilibatkan dalam pelatihan yang tidak hanya meningkatkan keterampilan mengajar, tetapi juga membekali mereka dengan pemahaman tentang pentingnya mendekati siswa secara humanis dan inklusif.

Guru yang mengadopsi pendekatan ini tidak hanya membantu siswa secara akademis, tetapi juga membantu mereka mengembangkan nilai-nilai sosial yang akan membentuk mereka menjadi individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. Misalnya, dalam pembelajaran tentang masalah sosial atau ketimpangan ekonomi, guru dapat mengajak siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan rasa empati terhadap mereka yang kurang beruntung, serta mencari solusi bersama yang bisa mengurangi ketimpangan tersebut.

Menghadirkan Keadilan Sosial Melalui Pendidikan yang Berkeadilan

Dengan pendekatan yang humanis, pendidikan dapat menjadi alat yang lebih efektif dalam membangun kesetaraan sosial. Guru tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga membimbing siswa dalam proses pembentukan karakter, dengan menanamkan nilai-nilai keadilan sosial yang kuat. Melalui hubungan yang penuh empati, lingkungan kelas yang inklusif, dan pendekatan yang menghargai keberagaman, pendidikan dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih setara dan berkeadilan.

Sebagaimana ditegaskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, keberhasilan pendidikan yang inklusif memerlukan peran aktif dari semua pihak, terutama guru, yang harus menjadi contoh dalam penerapan prinsip-prinsip keadilan dan inklusivitas. Dengan demikian, pendidikan yang humanis akan membuka jalan bagi terciptanya masyarakat Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan berkeadilan sosial.

Surabaya, 10 November 2024

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K