Oleh: Muhammad Chirzin
Momen adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut peristiwa khusus atau kejadian signifikan dalam hidup seseorang. Momen dapat merujuk pada kejadian bersejarah yang besar, seperti momen penandatanganan konstitusi suatu negara atau momen kemenangan dalam sebuah perang. Namun, momen juga bisa merujuk pada kejadian kecil yang penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti momen perayaan ulang tahun, momen mengambil keputusan penting, atau momen bahagia bersama keluarga dan teman-teman.
Momen dapat memainkan peran penting dalam pengalaman hidup seseorang, memberikan makna dan kenangan yang berharga. Momen dapat pula memicu perasaan positif ataupun negatif dalam diri seseorang, seperti kebahagiaan, kegembiraan, takut, dan sedih. Momen juga dapat menjadi titik balik yang menentukan arah atau melambangkan perubahan besar dalam hidup seseorang.
Momen bisa dianggap sebagai bagian penting dalam kehidupan manusia, sebab dapat memberikan makna dan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, kita dapat memperlakukan momen dengan menghargainya dan menciptakan momen-momen khusus untuk diri kita sendiri dan orang di sekitar kita, agar hidup lebih dinikmati.
Penulis mencatat tiga momen menulis, yakni tahun 2000 di Jakarta, tahun 2004 di Mesir, dan 2007 di Malaysia. Pada tahun 2000 penulis mengikuti program uzlah, karantina, bagi calon doktor UIN (dulu IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta selama enam bulan bersama Syaifan Nur, Nizar Ali, dan Sumedi. Tugas kami menulis draf disertasi hingga selesai. Kami tinggal di rumah pribadi Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Azyumardi Azra dekat kompleks Pascasarjana UIN Jakarta.
Menjadi rutinitas penulis dan kawan-kawan untuk bangun sebelum subuh, kemudian membuka computer untuk menulis. Bila subuh tiba kami berhenti, shalat berjamaah di lantai dua, lalu membuat minuman bersama sesukanya, dan berjalan-jalan di sekitar kampung Pisangan. Setelah sarapan penulis buka computer lagi meneruskan tulisan dari buku-buku referensi yang terserak di meja dan tempat tidur.
Usai makan siang penulis seringkali singgah di sebuah toko buku dekat kampus, sambil survei buku yang berguna untuk penulisan disertasi maupun penulisan buku popular. Atau mengunjungi perpustakaan untuk survei buku, baik sebagai bahan penulisan disertasi maupun bahan mengajar. Penulis pun memperoleh ide untuk mengkompilasi tulisan-tulisan dari beberapa buku. Jadilah buku, Menempuh Jalan Allah (Yogyakarta: Madani Pustaka, 2000).
Pagi, siang, sore, dan malam penulis berkutat dengan bahan-bahan disertasi “Perbandingan Penafsiran Muhammad Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang Jihad dalam Al-Quran” dengan target selesai tepat waktu. Alhamdulillah kami berempat bisa menunaikan tugas uzlah dengan sebaik-baiknya, walaupun promosi doktornya tidak bersama-sama.
Dengan segala dinamikanya penulis maju ujian promosi doktor pada hari Jumat, 10 Januari 2003, satu pekan setelah senior dosen pada Fakultas yang sama, Ushuluddin, Dr. Siswanto Masruri, MA., senior penulis juga di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, dan kami menerima SK Guru Besar pada waktu yang sama, 2006. Penulis mengolah biografi kedua mufasir, Rasyid Ridha dan Sayyid Qutb menjadi buku saku, Dua Wajah Islam dari Negeri Spink (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2004). Naskah disertasi diterbitkan oleh Litbang Kemenag RI, kemudian penulis edit untuk diterbitkan kembali berjudul Kontroversi Jihad: Modernis vs Fundamentalis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019).
Sebelumnya penulis telah menyusun beberapa buku, antara lain Konsep dan Hikmah Akidah Islam (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997) dan Jihad dalam Al-Quran: Tinjauan Normatif, Historis, dan Prospektif (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997); kedua buku tersebut merupakan pengembangan dari risalah sarjana muda pada Institut Pendidikan Darussalam (IPD) Gontor berjudul, “Al-Jihad fi Sabilillah ka Mazhhar lil Iman” (1983). Al-Quran dan Ulumul Quran (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), buku ajar Ilmu Al-Quran Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pemikiran Tauhid Ibnu Taimiyyah dalam Tafsir Surah Al-Ikhlash (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), pengembangan tesis S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan judul yang sama. Glosari Al-Quran (Yogyakarta: Lazuardi, 2003); diterbitkan kembali menjadi Kamus Pintar Al-Quran (Jakarta: Gramedia, cetak ulang 2021).
Pada tahun berikutnya, 2004, penulis mengikuti program post-doctoral Kemenag RI di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir berdelapan, masing-masing dari IAIN Jakarta, Aceh, Padang, Cirebon, Semarang, Surakarta, Tulungagung, dan Yogyakarta. Selain untuk mengenal kampus-kamus dan pembelajaran serta ujian promosi doktor yang bersahaja selama tiga bulan di sana kami mendapat amanat untuk menulis artikel dan mempresentasikannya sepulang ke tanah air di Kantor Kementerian Agama dan mengunggahnya di jurnal terakreditasi.
Beberapa mahasiswa Indonesia berbaik hati menemani kami selama di Mesir. Mereka memandu perjalanan kami ke beberapa destinasi, termasuk mengunjuki pyramid, spink, kawasan wisata Luxor, perpustakaan Alexandria, musium tempat pummi Fir’aun disimpan, dan wisata sungai Nil malam hari. Juga silaturahmi ke kediaman Ustadz Abdul Hayyi Al-Farmawi, pakar metode tafsir tematik yang sangat popular di kalangan mahasiswa jurusan/prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir.
Penulis memilih judul “Amtsalul Quran Anwa’uha wa Aghradhuha wa Khasha`ishuha.” Artikel tersebut dimuat di jurnal Al-Jami’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005. Perumpamaan merupakan salah satu metode penyampaikan pesan sekaligus materi pesan dalam Al-Quran. Sebagaimana kisah, perumpamaan merupakan indikator universalitas Al-Quran. Tidak ada komunitas manusia di belahan bumi mana pun yang tidak mengenal dan tidak menyukai kisah maupun perumpamaan.
Pada tahun 2007 penulis bersama tiga Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Prof. Agussalim Sitompul, Prof. Saad Abdul Wahid, dan Prof. HS Projodikoro mendapat kesempatan mengikuti program visiting professor ke University Kebangsaan Malaysia selama tiga bulan, untuk menulis buku sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Kami tinggal di wisma University satu kamar berdua. Penulis menyusun naskah buku berjudul “Kesaksian Sejarah Al-Quran,” dan Prof. HS Projodikoro menulis “Makhluk Halus dalam Al-Quran.”
Naskah penulis terbit berjudul Buku Pintar Asbabun Nuzul: Mengerti Peristiwa dan Pesan Moral di Balik Ayat Suci Al-Quran (Jakarta: Zaman, 2011). Buku tersebut dikupas pada kolom rehat Dialog Jumat Republika, 18 November 2011. “Tak cukup hanya dibaca, Al-Quran juga perlu dipahami maknanya, termasuk peristiwa dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, Buku Pintar Asbabun Nuzul karya Prof. Dr. Muhammad Chirzin layak Anda baca. Buku ini mengungkap peristiwa-peristiwa di balik turunnya ayat-ayat Al-Quran, dan menyarikan pesan moralnya yang terus relevan dengan keadaan umat Islam sekarang.”
Beberapa bulan terakhir penulis membuat catatan sebagai respons terhadap siatuasi dan kondisi yang berkembang di negeri ini. “Pendidikan Karakter dengan Sejarah”, “Pro-kontra Calon Pimpinan KPK dari Polisi dan Jaksa”, “Tanggung Jawab Warga Negara terhadap Keutuhan Bangsa”, “Petualangan Gibran”, “Ajak Kebaikan dan Cegah Keburukan”, “Manfaat dan Mudarat Ekonomi Digital”, “Memangkas Lingkaran Setan Miras”, “PKI Pelanggar Hak Asasi, PKI Mengancam Yogya 1000 Hari”, “Demi Palestina dan Indonesia”, “Go to Hell Israel”, “Nestapa UUD 1945”, “Move On Membangun Masa Depan”, “Dilema Pilkada”, “Spiritualitas dan Profesionalitas ASN”, “Kunjungan Paus dan Moderasi Beragama”, “Jihad fi Sabilillah Zaman Now”, “Pelestarian Lingkungan Perspektif Al-Quran”, dan “Masihkah Keuangan Yang Maha Kuasa?”
Lima kata-kata mutiara yang selalu mengobsesi penulis, “Verba volant, scripta manent – kata-kata lisan lenyap menguap, tulisan abadi menetap.” (Kearifan Yunani); “Para penulis dari semua negara adalah penerjemah keabadian.” (Helen Keller); “Jika Anda tidak ingin dilupakan setelah meninggal dunia, lakukanlah apa yang patut ditulis, dan tulislah sesuatu yang patut dibaca.” (Benjamin Franklin); “Sebuah peluru hanya bisa menembus satu kepala, sedangkan sebuah buku dapat menembus ribuan, bahkan jutaan kepala.” (Sayyid Quthb); “Menulislah, jika tidak menulis, engkau akan tersingkir dari panggung peradaban dan dari pusaran sejarah.” (Pramoedya Ananta Toer).
Kini, di usia 65 tahun, penulis telah menulis 65-an buku, dan insyaallah akan tetap menulis.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

“Purbayanomics” (3), Tata Kelola Keuangan Negara: Terobosan Purbaya

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon



No Responses