Cermin Kosmik: Melihat Diri Dalam Pantulan Semesta

Cermin Kosmik: Melihat Diri Dalam Pantulan Semesta
Kholiq Anhar

Oleh: Kholiq Anhar

Penulis, tinggal di Jombag, Jawa Timur

Anak-anakmu adalah gurumu
Jika kau ditugaskan mengasuhnya
Itu artinya kau sedang tugas belajar
Mengasuh Pikiranmu sendiri
Selamat datang Murid Kehidupan!

Pernahkah kamu berfikir darimana anakmu itu berasal?
Separo genetikanya darimu, separonya lagi dari pasanganmu. Sisanya ada ‘Ruh Suci’ didalamnya. Anakmu lahir dari darah dan dagingmu sendiri. Maka, tidak ada dalam dirinya sesuatu yang benar-benar asing bagimu. Ketika kau marah kepadanya karena ia keras kepala, pernahkah kau bertanya: Apa ini bukankah cerminan sifatku sendiri? Atau cerminan sifat pasanganku sendiri?
Ketika ia marah, dari siapa ia belajar tentang kemarahan?
Ketika ia penuh kelembutan, darimana ia menyerap cinta kasih?
Ketika kau kecewa karena ia tak mendengar perkataanmu,
pernahkah kau menyadari bahwa mungkin di dalam hidup ini, kau pun sering mengabaikan suara hatimu sendiri?

Saat anakmu melakukan sesuatu yang membuatmu kehilangan kesabaran, mungkin itu bukan tentang dia. Bisa jadi ia sedang mengajarkan tentang bagian dari dirimu sendiri yang kau tolak.
Bagian dari dirimu yang belum kau terima.
Lalu, apakah kau akan terus marah?

Kemarahan itu tak ubahnya kamu seperti sedang marah dengan dirimu sendiri. Ataukah kamu akan menatap cermin itu, dan berkata dari hati yang penuh kasih “Terima kasih, cerminku…, Engkau mengingatkan aku akan sesuatu’

Istrimu adalah Cermin Batinmu

Begitu juga dengan pasanganmu.
Istri, suami, adalah cermin paling jujur yang diberikan oleh kehidupan.
Ketika istrimu berkata atau berbuat sesuatu yang membuatmu dongkol, marah, pernahkah kau berhenti sejenak dan bertanya:
“Apa yang sebenarnya sedang diperlihatkan oleh semesta kepadaku?”
Jika kau merasa istrimu kurang sabar, bisa jadi ia hanya sedang memantulkan ketidaksabaran yang selama ini ada dalam dirimu
Jika kau merasa istrimu tidak memahami perasaanmu,
bisa jadi ia hanya menggambarkan bahwa selama ini kau pun tidak benar-benar memahami hatimu sendiri.
Sering kali, reaksi pertama kita adalah kemarahan, adu mulut, atau bahkan pertengkaran panjang. Kita menuding pasangan kita sebagai penyebab perasaan tidak nyaman yang kita rasakan.
Tapi bagaimana jika kita berhenti sejenak?
Mengambil napas dalam,
dan berkata, “Terima kasih, cerminku… Engkau telah menunjukkan sesuatu yang perlu aku benahi dalam diriku.”
Betapa banyak pertengkaran bisa dihindari jika kita memahami bahwa pasangan bukanlah musuh.
Mereka adalah juga cermin yang dipakai oleh semesta untuk membimbing kita menjadi manusia yang sesungguhnya.

Orang-Orang yang Kau Temui adalah Bayangan Dirimu Sendiri

Tak hanya anakmu, tak hanya pasanganmu.
Setiap orang yang hadir dalam hidupmu, mereka semua adalah pantulan dari dirimu sendiri.
Orang yang membuatmu kagum,
bisa jadi ia adalah bayangan dari potensi yang sebenarnya ada dalam dirimu, tetapi belum kau sadari.
Orang yang membuatmu marah,
bisa jadi ia adalah pantulan dari sesuatu dalam dirimu yang belum terselesaikan.
Orang yang membuatmu merasa rendah, bisa jadi ia hanya menggambarkan keyakinan yang kau tanam dalam hatimu sendiri bahwa kau tak cukup berharga.
Maka, ketika ada seseorang yang hadir dan membuatmu merasa tak nyaman, jangan buru-buru menyalahkan mereka.
Jangan buru-buru berteriak bahwa dunia ini tidak adil.
Sebaliknya, tataplah ke dalam.
Tanyakan pada hatimu,
“Apa yang sedang ingin diajarkan oleh cermin semesta kepadaku?”
Dan mungkin, dalam kesadaran itu,
kau akan tersenyum dan berkata, “Terima kasih, cerminku…”

Nasibmu adalah Refleksi dari Dirimu Sendiri

Dan akhirnya, lihatlah jalan yang kau tempuh. Lihatlah nasib yang sedang kau jalani. Apakah hidupmu penuh kebahagiaan atau penuh penderitaan?
Apakah hidupmu mengalir dengan mudah, atau terasa seperti beban yang berat?
Ketahuilah, realitasmu bukanlah sesuatu yang terjadi di ruang hampa. Ia adalah pantulan dari apa yang ada dalam dirimu. Identitasmu, perasaanmu dan pikiranmu.
Jika dalam hatimu ada keyakinan bahwa dunia penuh kesulitan,
maka kau akan terus melihat kesulitan di sekitarmu.
Jika dalam hatimu ada ketakutan akan kekurangan,
maka dunia pun akan terus memperlihatkan kekurangan itu kepadamu.
Jika dalam hatimu ada keyakinan bahwa kau tidak cukup baik,
maka semesta pun akan menunjukkan bukti-bukti bahwa kau memang tak cukup baik.
Bukan karena dunia memusuhimu. Tapi karena dunia hanyalah cermin.
Ia tidak memilih pantulan apa yang akan ia proyeksikan. Ia hanya memperlihatkan kepada kita apa yang selama ini kita bawa dalam hati kita.
Maka, jika ingin mengubah dunia luar, jangan mulai dari luar.
Mulailah dari dalam.
Ubah cara pandangmu, ubah keyakinanmu, Ubah Identitas dirimu.
Maka realitasmu pun akan berubah.
Duhai manusia…
Apa yang kau tangkap dari cerminku sendiri?
Apakah kau akan bereaksi marah?
Karena cerminmu memperlihatkan bayangan yang selama ini tak ingin kau lihat.
Apakah kau akan bereaksi kecewa?
Karena pantulan ini tidak seperti yang kau harapkan?
Ataukah…
Kau akan mengucapkan Terimakasih, Terimakasih!
karena melalui cerminku, aku kini bisa melihat diriku sendiri dengan jernih, sejernih air yang bening.

Alaska, 2 Maret 2025

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K