Oleh: Agus Mualif Rohadi.
Filosofi Jawa vs contoh dalam Al – Qur’an tentang taqdir mendapatkan kekuasaan untuk menjadi Ratu Adil.
Ajaran atau filosofi Jawa tentang kekuasaan, seperti Wahyu Cakraningrat dan Wahyu Makutha Rama, berhenti pada bagaimana (laku atau perbuatan) merebut kekuasaan.
Tidak berlanjut bagaimana menyelesaikan kekuasaan dengan benar.
Ada ajarannya untuk menyelesaikan kekuasaan dengan benar yaitu mempraktekkan ajaran Hasto Broto (delapan ajaran menjalankan kekuasaan).
Baik wahyu Cakraningrat, cakra = roda waktu, ningrat = raja, mengkisahkan persaingan yang berasal dari inisiatif manusia/tokoh memperebutkan taqdir (wahyu) roda waktu bergantinya kekuasaan.
Tokoh tersebut digambarkan oleh Abimanyu (anak Harjuna), Samba (anak Kresna) dan Lesmana Mandra Komara (anak Duryudana), yang akhirnya dimenangkan Abimanyu.
Sedang wahyu Makutha Rama adalah menggambarkan tentang turunnya wahyu pada orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan/memperebutkan kekuasaan, saat (waktu) akan tiba pergantian roda kekuasaan.
Jadi laku cakraningrat adalah laku atau upaya manusia untuk menangkap makutha rama. Makutha = mahkota, Rama = Raja Ayodya
Dalam filosofi Jawa, untuk dapat makutha ramaa itu tidak hanya ilmu yang menentukan tetapi bahkan sampai diramesi hingga weton kelahiran (hitung hitungan weton yang tidak ada dasarnya, karena orang Jawa tidak tahu wetonnya Abimanyu dan dua pesaingnya itu. Cuma ilmu othak-athik dari weton para raja jawa saja).
Tetapi yang sering dilupakan adalah Hasta Brata. Ini adalah ilmunya Rama (jilmaan Wisnu atau jilmaan tuhan). Ilmu bagaimana memerintah sehingga menjadi raja yang adil atau menjadi Ratu Adil.
Dalam Al – Qur’an, bisa di baca pada Qs Al – Baqarah 246 – 251, yang intinya adalah :
1. Menjadi raja itu adalah kehendak Allah.
2. Allah bisa memberi dan mencabut kekuasaan seseorang.
Seseorang diberi kekuasan itu untuk menjadi Ratu Adil, Ratu yang menolong (dalam bahasa Yunani Krestos, dalam bahasa Ibrani Messiah, dalam bahasa arab Al – Masih).
Syarat menjadi Ratu Adil adalah menjalankan syraiat Allah.
Dalam Qs Al – Baqarah 246 – 251 itu mengkisahkan bagaimana rakyat meminta pada nabi mereka (Nabi Samuwel) agar menunjuk seseorang diantara mereka menjadi raja yang raja tersebut bisa menolong mereka.
Atas permintaan itu, nabi Samuwel meminta petunjuk pada Allah, memohon diberi petunjuk siapa yang akan ditunjuk menjadi raja.
Allah kemudian menurunkan wahyu kepada nabi Samuwel tentang ciri-ciri orang yang Allah taqdirkan menjadi raja.
Maka nabi Samuwel mendaptkan Thalut adalah orang yang sesuai dengan ciri-ciri pada wahyu yang diterimanya.
Thalut menjadi raja. Namun ketika menjadi raja, bukannya menjalankan syariat yang ada pada Taurat, tapi malah melanggar syariat.
Maka Allah kemudian mencabut tongkat kekuasan Thalut. Wahyu tentang pencabutan itu juga diberikan pada Nabi Samuwel untuk diberitahukan pada Thalut.
Thalut mohon ampun, tetapi taqdir telah jatuh. Nabi Samuwel menasihati Thalut agar tetap menjalankan tugasnya berdasarkan syariat Taurat agar Allah tidak semakin marah dan menjatuhkan hukuman yang lebih keras pada Thalut dan rakyatnya, hingga Allah menunjukkan siapa pengganti Thalut.
Bukannya menuruti nasihat nabi Samuwel, Thalut malah memerintahkan orangnya untuk membuntuti ke manapun Samuwel pergi. Jika ada yang dekat dengan Nabi Samuwel diperintahkan untuk dibunuh.
Nabi Samuwel akhirnya mengurung dirinya, karena kepergiannya kemanapun akan membahayakan orang lain, dan selalu meratapi dengan sedih atas perilaku Thalut.
Allah justru menegur perbuatan Samuwel, karena wahyu tentang taqdir pencabutan tongkat kekuasaan Thalut sudah turun, tidak boleh disesali.
Nabi Samuwel akhirnya mohon petunjuk tentang siapa pengganti Thalut.
Pada akhirnya, turun wahyu tentang ciri-ciri orang pengganti Thalut. Untuk itu, nabi Samuwel diperintah Allah untuk pergi kerumah seseorang dengan cara kepergian berdasar petunjukkan Allah, termasuk membawa binatang kurban.
Nabi Samuwel akhirnya menemukan rumah seseorang tersebut, dan dirumah itu nabi Samuwel mendapatkan Dawud anak orang tersebut (Isay) sesuai ciri-ciri orang yang disebutkan pada wahyu yang diterimanya.
Nabi Samuwel kemudian melantik Dawud jadi raja dirumah bapaknya dan hanya disaksikan saudara saudaranya.
Selanjutnya, Samuwel meminta Dawud untuk pergi ke istana Thalud. Nantinya akan ada utusan dari Thalut yang meminta Dawud agar pergi ke istananya untuk jadi penghibur Thalut, karena Dawud mempunyai keahilan bermain kecapi dan mempunyai suara yang merdu.
Jika Dawud menyenandungkan puji-pujian (bershalawat) kepada Allah, begitu merdu suaranya, sehingga Allah pun memerintahkan gunung, pepohonan dan burung-burung ikut bershalawat kepada Allah.
Singkat kisah, akhirnya Dawud ke istana, ternyata bukan hanya hebat menjadi penghibur, tetapi Dawud juga mengalahkan Jalut (Goliat) dalam adu jago untuk memenangkan perang, dalam setiap perangnya Dawud selalu memperoleh kemenangan, Dawud dipuji-puji rakyat.
Akhirnya Tahlut sadar bahwa Dawud adalah orang yang akan merebut kekuasaannya.
Thalut berusaha membunuh Dawud, namun Dawud lari, mengembara, mempunyai pengikut banyak bahkan dalam pengembaraannya Dawud diangkat menjadi nabi.
Sedang Thalut mati bunuh diri karena kalah perang dan dikejar-kejar musuhnya. Sebelumnya tiga anaknya juga mati dalam perang tsb.
Akhirnya Dawud menjadi raja. Sempat ada perang saudara, namun Dawud telah ditaqdirkan menjadi raja.
Dawud menjadi Ratu Adil, negerinya kuat, selalu menang perang, mampu membangun Ibu Kota Baru Kerajaan (Yerusalem).
EDITOR: REYNA
Related Posts

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila

Jokowi Dan Polisi Potret Gagalnya Reformasi

Off The Record

Novel “Imperium Tiga Samudra” (10) – Perang Para Dewa



No Responses