Pertahanan berbasis radar Israel, yang utamanya dibangun untuk melawan pesawat, kesulitan mendeteksi rudal berkecepatan tinggi, analis militer memberi tahu Anadolu
ISTANBUL – Untuk pertama kalinya, Israel mengakui sistem pertahanannya gagal mencegat rudal balistik Yaman yang menargetkan Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, melukai tujuh orang dan menghentikan lalu lintas udara.
Israel mengandalkan dua sistem pertahanan tercanggih di dunia—Arrow (Hetz) dan THAAD buatan AS—tetapi keduanya gagal menghentikan rudal, yang menyebabkan cedera ringan pada tujuh orang dan mengganggu penerbangan, menurut pernyataan resmi Israel.
Insiden tersebut memicu analisis luas tentang kemampuan pertahanan Israel yang dibanggakan, yang telah lama dianggap sebagai yang paling tangguh di kawasan itu.
Analis militer Kuwait Faisal Al-Hajri mengatakan kepada Anadolu, menjelaskan keterbatasan teknis pertahanan berbasis radar Israel.
“Radar pertahanan udara menggunakan sistem transmisi untuk memancarkan gelombang dan sistem penerimaan untuk mendeteksi sinyal yang kembali,” kata Al-Hajri. “Saat gelombang mengenai target di udara, gelombang tersebut dipantulkan kembali ke radar, menampilkan target di monitor untuk dicegat.”
Ia menambahkan bahwa sistem yang dirancang untuk pesawat dengan penampang radar (RCS) yang lebih besar itu mengalami kesulitan dengan rudal balistik, yang RCS-nya yang lebih kecil sering kali mengakibatkan sinyal radar yang lemah atau tidak ada, sehingga monitor tidak berfungsi.
Hajri mengamati bahwa rudal balistik jarak jauh, seperti yang digunakan, membawa muatan peledak yang lebih kecil untuk mencapai target yang jauh, sehingga mengurangi kerusakan fisik.
“Serangan terhadap Ben Gurion menyebabkan kerusakan terbatas karena hulu ledak rudal yang kecil dan navigasi yang tidak tepat, sehingga dampaknya lebih bersifat psikologis daripada militer,” katanya.
Pertahanan berbasis radar Israel, yang utamanya dibangun untuk melawan pesawat, kesulitan mendeteksi rudal berkecepatan tinggi, jelas Hajri.
Militer Israel mengakui bahwa sistem Arrow dan THAAD gagal mencegat rudal tersebut, yang mendarat di area terbuka dekat Bandara Ben Gurion, melukai tujuh orang dan menghentikan lalu lintas udara selama satu jam.
Kemudian, pernyataan militer lainnya mengatakan: “Temuan awal tidak menunjukkan adanya kerusakan pada prosedur deteksi, sistem intersepsi, atau mekanisme peringatan Komando Homefront.”
Menurut penilaian, “kemungkinan penyebabnya adalah masalah teknis dengan pencegat yang diluncurkan ke arah rudal.”
Militer sebelumnya melaporkan mendeteksi rudal tersebut setelah sirene berbunyi di seluruh Israel, menyusul upaya intersepsi yang gagal.
Juru bicara Houthi Yahya Saree, dalam pernyataan yang disiarkan televisi, mengklaim bahwa kelompok tersebut menargetkan bandara dengan rudal balistik hipersonik yang “berhasil mengenai sasarannya” sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina dan sebagai respons terhadap genosida Israel di Gaza.
Houthi sebelumnya telah mengklaim serangan serupa, tetapi pengakuan Israel tentang dampak rudal tersebut merupakan yang pertama.
Lalu lintas udara dihentikan, dengan pesawat berputar-putar sebelum mendarat, dan sembilan maskapai penerbangan, termasuk maskapai Swiss, Austria, Australia, dan India, membatalkan penerbangan ke Tel Aviv, menurut harian Yedioth Ahronoth.
Sejak pertengahan Maret, Yaman telah menghadapi kampanye militer AS yang intensif, termasuk sekitar 1.300 serangan udara dan laut, yang mengakibatkan ratusan korban sipil, menurut Houthi.
Houthi telah menargetkan kapal-kapal yang melewati Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden sejak November 2023 sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza, tempat hampir 52.500 orang tewas dalam serangan brutal Israel selama lebih dari 19 bulan.
Kelompok itu menghentikan serangan ketika gencatan senjata Gaza dideklarasikan pada bulan Januari antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas tetapi melanjutkannya setelah serangan udara Israel yang diperbarui di Gaza pada bulan Maret.
Tentara Israel juga melanjutkan penghancuran rumah secara sistematis di Rafah di Gaza selatan di tengah tembakan helikopter tempur, kata para saksi.
Lebih dari 52.500 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.
SUMBER: ANADOLU
EDITOR: REYNA
Related Posts

Ach. Sayuti: Soeharto Layak Sebagai Pahlawan Nasional Berkat Jasa Besarnya Dalam Fondasi Pembangunan Bangsa

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah

Pak Harto Diantara Fakta Dan Fitnah

Surat Rahasia Bank Dunia: “Indonesia Dilarang Membangun Kilang Minyak Sendiri”

Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Mengaku Ditekan 2 Tokoh (PY) dan (HR) Untuk Memperhatikan Perusahaan Riza Chalid

Prabowo Melawan Akal Sehat atas Dugaan Ijazah Palsu Jokowi dan Kereta Cepat Whoosh

Pangan, Energi dan Air

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

NKRI Sesungguhnya Telah Bubar

Dalang Lama di Panggung Baru


No Responses