Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Pada tanggal 9 Mei 2025 lalu Rusia menyelenggarakan peringatan 80 tahun Victory Day atau Hari Kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia ke II. Hari itu merupakan hari yang bersejarah bagi Rusia karena tentara Merah (Uni Sovyet waktu itu) yang meninggal dunia – ada yang menulis 27 juta jiwa, ada yang mengatakan 30 juta lebih. Jumlah itu merupakan jumlah korban Perang Dunia II terbesar karena tentara Amerika Serikat yang meninggal dalam Perang Dunia II itu sekitar 400.000 orang.
Serbuan kilat atau Blitzkrieg 3,8 juta tentara Nazi Jerman ke 2.900 km garis pertempuran (atau setara dengan 3 x jarak Surabaya-Jakarta) pada tahun 1941 menghancurkan semua potensi Rusia (Sovyet).
Dengan perlawanan yang gigih dari tentara merah – meskipun menelan korban puluhan juta orang- situasi berbalik dimana pada tahun 1944- 1945 pihak Rusia bisa menghancurkan kekuatan tentara Nazi Jerman dan tentara Rusia lah yang berhasil pertama kali masuk ke Berlin ibukota Jerman, termasuk membebaskan kamp -kamp konsentrasi antara lain di Polandia dimana sekitar 6 juta warga keturunan Yahudi dibantai oleh Nazi dengan brutal.
Tidak hanya soal jumlah tentara yang banyak, Rusia juga dalam perang itu mengalami penderitaan, kemiskinan, kehancuran berbagai kota, hancurnya industri, banyaknya anak-anak yatim dsb. Ada banyak museum di Rusia tentang perang itu dan sejarah perang yang kelam itu juga diajarkan di pelajaran sejarah anak-anak Rusia.
Maka sangat dimengerti kalau peringatan Hari Kemenangan itu merupakan hari libur yang bersejarah, semua rakyat Rusia mengerti tentang penderitaan akibat perang; Stasiun-stasiun TV menyiarkan film dokumentar perang, juga mewawancarai para veteran perang yang sekarang usianya sudah diatas 80 tahun.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik pihak barat baik Amerika Serikat maupun negara-negara Eropa yang secara inten melakukan “rewriting the history” atau menulis ulang sejarah Perang Dunia ke II versi kepentingan barat dengan menghilangkan peran Rusia (Uni Sovyet).
Film-film Holywood termasuk film dokumenter, buku-buku sejarah dsb hanya menunjukkan bahwa pihak Amerika Serikat dan sekutulah yang menaklukkan Nazi Jerman, tentara-tentara AS dan sekutulah yang masuk pertama kali di Berlin dan membebaskan kamp-kamp konsentrasi.
Seorang wartawan Russian Today warga negara Inggris bernama Rory Suchet mengakui bahwa ketika dia sekolah di Inggris dia tidak mendapatkan pelajaran sejarah Perang Dunia II yang melibatkan Rusia.
Ya sejarah ditulis oleh pemenang atau pihak yang mendominasi dunia. Ada kalimat populer didunia barat: “history is written by the victors” yang menjelaskan bahwa sejarah itu ditulis oleh pemenang sesuai dengan menunjukkan bahwa narasi sejarah yang berlaku cenderung mendukung sudut pandang mereka yang memenangkan konflik atau mencapai kekuasaan, seringkali dengan mengorbankan yang kalah atau kelompok yang terpinggirkan. Bias ini dapat menyebabkan pemahaman yang miring atau tidak lengkap tentang peristiwa masa lalu, karena pemenang memiliki lebih banyak pengaruh atas bagaimana sejarah dicatat dan diingat.
Pemutarbalikan narasi sejarah seperti itu juga terjadi di negeri kita ini misalkan sejarang pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya, dokumen sejarah di Inggris menyebutkan bahwa pihak Surabaya/Indonesia adalah pihak yang kalah dalam pertempuran itu – tanpa menjelaskan bahwa Arek-Arek Suroboyo berhasil membunuh jendralnya.
Sejarah tentang pemberontakan PKI tahun 1965 yang ditulis barat fokus pada soal korban PKI yang dibunuh oleh masyarakat Islam yang dibantu TNI – tanpa menjelaskan sejarah bagaimana PKI membantai para ulama Islam ketika PKI melakukan pemberontakan tahun 1948 dan menjelang tahun 1965. Sejarah menjelang kemerdekaan RI yang ditulis Belanda banyak menunjukkan foto-foto versi Belanda dimana tentara Belanda berhasil menangkap para pejuang.
Tugas kita sebagai bangsa adalah keharusan menulis sejarah masa lalu berdasarkan nilai-nilai patrotisme bangsa – bukan berdasarkan pada narasi penjajah atau bangsa lain. Generasi muda harus dijelaskan dan ditunjukkan fakta-fakta sejarang tentang kejayaan kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, sejarah tentang perjuangan para pahlawan kita yang lebih baik mati daripada dijajah dsb.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk

Aksi Selamatkan Hiu: Pemuda Banyuwangi Kembangkan Aplikasi Berbasis Kecerdasan Buatan untuk Identifikasi Spesies Hiu Secara Akurat


No Responses