Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Ketika Presiden AS Donald Trump memenangkan pemilihan kembali tahun lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para pembantunya merasa lega. Karena Trump adalah figure yang sangat pro-Israel; menantunya seorang keturunan Yahudi, beberapa menterinya juga mempunyai hubungan erat dengan Israel. Presiden Trump lah yang mengakui bahwa kota Yerusalem adalah ibukota Israel dengan memindahkan kantor Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Apapun yang dilakukan Israel seperti pembunuhan massal atau genosida terhadap bangsa Palestina selalu didiamkan, bahkan disetujui. Segala keputusan yang mengecam Israel di Dewan Keamanan PBB selalu di Veto oleh Amerika Serikat. Presiden atau pejabat tinggai AS bila melakukan kunjungan ke wilayah Timur Tengah selalu mampir ke Israel.
Tapi apakah kondisi persahabatan abadi itu kini berubah?.
Kunjungan tiga hari Trump ke Teluk minggu ini di pertengahan bulan Mei 2025, itu mungkin menjadi lebih jelas tentang perubahan yang mendadak. Dalam kunjungan kenegaraannya Presiden AS pertama-tama singgah di Arab Saudi untuk pembicaraan dengan penguasa de facto Saudi Putra Mahkota Mohammed bin Salman, diikuti kunjungan ke Qatar dan kemudian Uni Emirat Arab. Secara mencolok, tidak ada jadwal kunjungannya ke Israel.
Kunjungan Trump ini merupakan pengulangan dari perjalanan pertamanya sebagai presiden AS pada tahun 2017. Dan seperti biasa dengan Trump yang berlatar belakang pengusaha, semuanya bersifat transaksional. Dia mencari kemenangan cepat dan kesepakatan multimiliar dolar untuk minyak dan perdagangan, dan investasi.
Sebelumnya diberitakan Putra Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman telah mengumumkan niatnya untuk menginvestasikan $ 600 miliar di AS – mungkin hingga satu triliun dolar – dan baik Qatar dan Emirat siap untuk menandatangani kesepakatan juga. “Penting untuk mengakui bahwa pendekatan presiden terhadap kebijakan luar negeri sangat dipengaruhi oleh … versinya tentang kenegaraan ekonomi, yaitu melihat ke arah negara-negara kaya di Teluk dan dana kekayaan negara mereka yang sangat besar sebagai sumber investasi di Amerika Serikat. Dalam kunjungan itu Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi secara resmi menandatangani perjanjian penjualan senjata senilai 142 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 2.346 triliun pada Selasa, 13 Mei 2025. Putra Mahkota juga menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan salah satu mitra utama dalam mendukung agenda reformasi Visi Saudi 2030. Ia menambahkan investasi bersama menjadi salah satu elemen kunci dalam hubungan ekonomi antara kedua negara. “AS menjadi tujuan utama bagi dana investasi publik kami, dengan sekitar 40 persen dari total investasi global dana tersebut dialokasikan ke Amerika,” ujarnya seperti dikutip dari Arab News.
Sementara itu Amerika Serikat dan Qatar menandatangani kesepakatan ekonomi yang disebut “bersejarah” dengan nilai mencapai 1,2 triliun dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp19,84 kuadriliun..
Bagi Trump, uang berbicara lebih keras daripada apa pun, dan para pemimpin Teluk akan mencari quid pro quo. Mengakhiri perang di Gaza akan menjadi yang teratas dalam daftar mereka – sebuah perang bagi Netanyahu, sebagian besar untuk mempertahankan koalisinya secara politik didalam negeri.
Negara-negara Teluk juga telah menggarisbawahi, berkali-kali, perlunya kembali ke negosiasi dua negara. Para pemimpin Saudi, misalnya, bersikeras tidak akan ada “normalisasi” hubungan dengan Israel tanpa gerakan diplomatik yang jelas ke arah itu.
Akhirnya – dan tidak seperti pada tahun 2017 – para pemimpin ini menginginkan kesepakatan nuklir dengan Iran, karena mereka mendambakan stabilitas regional.
Meskipun secara terbuka menyatakan terpilihnya kembali Trump, menyatakannya sebagai “kemenangan besar,” dan “comeback terbesar dalam sejarah,” Netanyahu tahu itu tidak akan menjadi berita yang menggembirakan. Bibi Netanyahu sadar Trump masih menyimpan ketidakpercayaan pribadi terhadapnya, setelah pemimpin Israel itu menjadi pemimpin asing pertama yang mengucapkan selamat kepada mantan Presiden Joe Biden atas kemenangannya dalam pemilu pada tahun 2020 – sementara Trump masih membantah hasilnya.
Netanyahu dan penasihatnya juga sangat menyadari bahwa beberapa orang di kubu MAGA, termasuk Wakil Presiden JD Vance dan utusan khusus Steve Witkoff, memendam keraguan tentang petualangan terbuka di kawasan itu yang mungkin berisiko menjerat Washington – sesuatu yang pasti akan dilakukan oleh menghancurkan fasilitas nuklir Iran. “Kepentingan kami adalah untuk tidak berperang dengan Iran. Ini akan menjadi gangguan sumber daya yang sangat besar. Ini akan sangat mahal bagi negara kita,” kata Vance dalam sebuah wawancara sebelum dilantik menjabat.
Meski begitu, tampaknya Netanyahu masih berharap dia dapat membujuk Trump untuk menyerang Iran – atau setidaknya, Trump mengizinkannya untuk melakukannya.
Trump sendiri, untuk pertama kalinya, secara eksplisit menyerukan agar perang di Gaza (dan di Ukraina) diakhiri. Bagi Trump, Gaza dan Ukraina adalah pertunjukan sampingan, dan dia tidak ingin mereka mengganggu agenda diplomatiknya yang lebih besar yaitu reset dan kesepakatan komersial besar.
Apakah kunjungan Trump ke tiga negara kaya minyak tanpa mampir ke Israel merupakan sinyal berubahnya politik luar negeri nya Trump.? Sulit ditebak, karena politik luar negeri AS itu bisa berubah dalam hitungan detik.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk

Aksi Selamatkan Hiu: Pemuda Banyuwangi Kembangkan Aplikasi Berbasis Kecerdasan Buatan untuk Identifikasi Spesies Hiu Secara Akurat

Pemilu Amerika 2025: Duel Sengit AI vs Etika di Panggung Politik Dunia

Jakarta 2030: Ketika Laut Sudah di Depan Pintu

Dari Wayang ke Metaverse: Seniman Muda Bawa Budaya Jawa ke Dunia Virtual

Operasi Senyap Komisi Pemberantasan Korupsi: Tangkap Tangan Kepala Daerah dan Pejabat BUMD dalam Proyek Air Bersih



No Responses