Oleh: Daniel Mohammad Rosyid @ Rosyid College of Arts
Negara Republik Indonesia sebagai frasa yang dinyatakan dalam Pembukaan UUD1945 adalah sebuah rumah yg dirancang di atas 5 dasar -disebut Pancasila- yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Tujuan rumah ini dibuat adalah untuk 1) menjaga seluruh isi (warga dan kekayaan) rumah itu -dari segala bentuk penjarahan/penjajahan, 2) memajukan kesejahteraan umum warga rumah, 3) mencerdaskan kehidupan warga itu, lalu juga 4) bertetangga dengan ikut menjaga ketertiban masyarakat agar tetap adil dan merdeka.
Ruang2 dan perabot rumah itu ditata dalam batang tubuh UUD1945 sebagai sebuah strategi untuk mencapai tujuan rumah itu di buat, sekaligus mencegah dan mengalahkan setiap upaya penjarahan atas rumah itu. Upaya2 penjajahan nekolimik itu -dalam berbagai bentuknya- tidak pernah berhenti hingga hari ini. Dulu penjarahan itu berbentuk invasi militer, kini melalui investasi dan perjanjian2 perdagangan yg tidak adil dengan menggunakan riba (tidak hanya bunga hutang, tapi juga sistem moneter termasuk uang kertas toilet bernama USDollar). Para pendiri bangsa of the best mind saat itu ingin membangun rumah sendiri, tidak meniru kapitalisme Barat, juga sosialisme Timur. Sebuah rumah dengan desain sendiri yg unik.
Max I Dimont mengatakan dalam Jews, God, and History (1962) bahwa manusia dalam hampir sepanjang sejarahnya dipaksa hidup dalam rumah Yahudi dengan perabot Yunani. Di situlah manusia berfilsafat, berpikir, berkesenian, dan hidup. Hanya dalam periode2 tertentu saja, manusia hidup dalam rumah dan perabot Islam yang dirintis oleh Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Rumah Yahudi itu masih dihiasi oleh Catholicism di bagian2 kecil rumah itu melalui peran Paus di Vatikan, sementara rumah besar itu, sejak keruntuhan tembok Berlin 1990, didominasi oleh kapitalisme Barat di bawah kekhalifahan AS. Kemenangan kapitalisme ini oleh Fukuyama (1992) disebut sebagai The End of History. Namun, Fareed Zakaria bertutur dalam A Post-American World (2008) bahwa rumah besar kapitalisme itu sekarang sedang runtuh. Bersamaan itu muncul rumah baru China bersama BRICS.
Pembukaan UUD1945 menyebut bangsa ini dengan memproklamasikan kemerdekaanya, tiba di depan pintu gerbang Rumah Indonesia. Namun sejarah membuktikan bahwa tidak lama di depan pintu gerbang itu, rumah Indonesia itu diganti oleh NICA yg kemudian membombardir kota Surabaya pada Nopember 1945. Lalu desain rumah itu berganti lagi menjadi UUDRIS 1949 hasil KMB di Den Haag, lalu diganti lagi dengan UUDSementara 1950 sampai UUD1945 dikembalikan melalui Dekrit Presiden pada 5/7/1959.
Namun dengan dukungan PKI, Soekarno membelokkan UUD1945 itu ke arah Nasakom. Orang2 Masyumi seperti Natsir dan Hamka dipenjarakan, dan seorang sosialis bernama Soemitro Djojohadikusumo lari keluar negeri. Ini terbukti menjadi blunder politik monumental Soekarno yg berakhir dengan kejatuhannya. Soeharto dipaksa membelokkan UUD1945 agar seirama dengan kapitalisme Barat dengan membuka investasi asing di sektor2 strategis seperti migas dan tambang, termasuk Freeport di Tembagapura, Papua. Berkembang sebuah kapitalisme semu yang disebut Kunio Yoshihara (2008) sebagai ersatz capitalism.
Jauh sebelum China melesat, Soeharto nyaris membawa Indonesia menjadi negara maju melalui industrialisasi di bawah kepemimpinan BJ Habibie. Namun terbukti, Orde Baru dijatuhkan melalui krisis moneter, dan BJ Habibie menggantikan Soeharto untuk waktu yg singkat. BJ Habibie berhasil menyelenggarakan Pemilu 1999 yg melahirkan MPR yg kemudian di tangan Amien Rais malah menjatuhkannya.
MPR warusan BJ Habibie kemudian memilih Gus Dur sebagai presiden, lalu mendegradasi dirinya sendiri dengan melakukan perubahan2 besar atas UUD1945 rumah Indonesia menjadi rumah kapitalisme Barat selama 1999-2002. Menurut Kaylan, sulit menyebut konstitusi hasil 4 kali amandemen itu sebagai UUD1945. Lebih jujur dan obyektif UUD itu harus disebut UUD2002. Jokowisme yg kita saksikan hari ini adalah buah dari UUD2002 itu sekaligus bukti kegagalan gerakan reformasi 1998 : pemberantasan korupsi, demokratisasi, dan desentralisasi. Ersatz capitalism era Soeharto tumbuh pesat menjadi full fledged capitalism era Jokowi. Ketimpangan kekayaan yg ditunjukkan olen Ginie ratio saat ini sekitar 0.39 jauh lebih buruk daripada di era Soeharto sekitar 0.34.
UUD2002 memberi monopoli politik pada partai2 politik, menggusur MPR sebagai lembaga tertinggi negara, menjadikan presiden sebagai petugas partai. Politik menjadi berbiaya tinggi yg hanya bisa dipikul oleh para bandar politik yg memperoleh kekayaannya melalui rekayasa administrasi publik : pembuatan UU untuk kepentingan bandar politik, bukan publik. Opung Mulyadi menengarai bahwa jagad politik diawaki oleh para badut dan bandit politik yg bertingkah sesuai keinginan para bandar politik. Ketiganya sering berperilaku bagai copet, gendam dan glembuk Pemilu yg nyaris selalu berakhir memilukan.
Prabowo yang 2 kali kalah Pilpres langsung melawan Jokowi mengatakan bahwa Pemilu ala UUD2002 ini brutal dan mahal dengan hasil yang legitimasinya dangkal di tengah banyak skandal pelanggaran etika hakim Mahkamah Konstitusi. Gerindra adalah satu2nya partai politik yg secara eksplisit berplatform Kembali ke UUD1945. Parpol2 lain sangat menikmati monopoli politik yg diberikan UUD2002. Setelah Masyumi gagal bangkit, selera politik ummat Islam turun drastis, sementara selera politik kaum neokomunis justru bertahan dan menguat. Kini saat seorang pewaris sosialis mantan Danjen Kopassus berhasil menjadi Presiden, kita boleh bertanya mau kemana para penerus Natsir ?
Gunung Anyar, Surabaya, 17 Mei 2025
EDITOR: REYNA
Related Posts

Potret ‘Hutan Ekonomi’ Indonesia

Prof. Djohermansyah Djohan: Biaya Politik Mahal Jadi Akar Korupsi Kepala Daerah

Muhammad Taufiq Buka Siapa Boyamin Sebenarnya: Kalau Siang Dia LSM, Kalau Malam Advokad Profesional

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia



No Responses