Muhammad Chirzin: Dahsyatnya Surat Waktu

Muhammad Chirzin: Dahsyatnya Surat Waktu
Muhammad Chirzin, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Oleh: Muhammad Chirzin

 

Salah satu surat dalam juz ‘amma yang populer dan favorit ialah al-‘Ashr yang secara harfiah berarti waktu. Surat ini memiliki pesan yang sangat mendalam dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu tentang pentingnya waktu dan bagaimana memanfaatkannya dengan baik.

1. Demi waktu sepanjang sejarah,

2. Sungguh, manusia dalam kerugian,

3. Kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasehati untuk kesabaran. (QS Al-‘Ashr/103:1-3)

Dalam surat Al-‘Ashr, Allah swt bersumpah dengan waktu. Manusia pasti akan mengalami kerugian, kecuali mereka yang memiliki empat sifat: beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.

Surat ini mengingatkan kita untuk memprioritaskan hal-hal yang bermanfaat dan positif dalam hidup, serta untuk saling mendukung dan menasihati satu sama lain dalam mencapai kebaikan dan kesabaran.

Surat Al-‘Ashr kunci kesuksesan dan kebahagiaan hidup, karena menjelaskan empat sifat yang harus dimiliki oleh manusia untuk mencapai kebaikan dan keselamatan.

Surat ini mengingatkan manusia tentang pentingnya waktu dan bagaimana memanfaatkannya dengan baik, sehingga tidak sia-sia dan berlalu begitu saja.

Surat Al-‘Ashr merupakan pedoman hidup yang komprehensif, karena menjelaskan tentang iman, amal saleh, dan hubungan sosial yang baik.

Korelasi antara waktu dengan kerugian, iman, dan amal saleh dalam surat Al-‘Ashr. Allah swt bersumpah dengan waktu, bahwa manusia pasti akan mengalami kerugian, kecuali mereka yang memiliki sifat-sifat tertentu. Ini menunjukkan bahwa waktu adalah aset yang sangat berharga dan jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan membawa kerugian.

Iman dan amal saleh adalah dua hal yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Iman memberikan landasan spiritual yang kuat, sedangkan amal saleh memberikan bukti nyata dari keimanan tersebut.

Waktu yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan membawa kerugian. Iman dan amal saleh dapat membantu manusia memanfaatkan waktu dengan baik dan mencapai kesuksesan. Dengan memiliki iman dan melakukan amal saleh, manusia dapat menghindari kerugian dan mencapai kebahagiaan hidup.

Waktu yang dimanfaatkan dengan baik dengan landasan iman dan amal saleh dapat membawa kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Begitu penting dan berharganya waktu hingga melahirkan berbagai ungkapan. Orang Barat bilang, “Time is money – waktu adalah uang.” Ali bin Abi Thalib berkata, “Al-waqtu kassaifi // in lam taqtha’hu qata’aka – waktu ibarat pedang // bila tidak engkau potong ia akan memotongmu.”

“Tak akan kembali hari-hari yang telah berlalu.”

“Tak seorang pun mandi dua kali di sungai yang sama.”

“Sebagaimana setiap gram emas berharga, demikian pula setiap jam waktu kita.”

Perbedaan orang sukses dan gagal ialah kemampuannya untuk mengelola waktu.

Untuk makan butuh waktu
Untuk minum butuh waktu
Untuk kerja butuh waktu
Untuk shalat butuh waktu
Untuk tidur butuh waktu
Untuk berjuang butuh waktu
Untuk hidup butuh waktu
Untuk mati butuh waktu.

Di samping surat Al-‘Ashr, Allah swt juga membuka surat-surat dan menamainya dengan unsur waktu: adh-dhuha, al-lail, al-fajr.

1. Demi waktu dhuha,

2. dan demi malam apabila telah sunyi,

3. Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tiada (pula) membencimu.

4. Sungguh yang kemudian lebih baik bagimu daripada yang sekarang.

5. Kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu kamu puas.
(QS Adh-Dhuha/93:1-5)

1. Demi malam bila menutupi cahaya siang,

2. dan siang bila terang-benderang,

3. dan penciptaan laki-laki dan perempuan,

4. sungguh usahamu berbeda-beda.
(QS Al-Lail/92:1-4)

1. Demi fajar,

2. dan malam yang sepuluh,

3. dan yang genap dan yang ganjil,

4. dan malam bila berlalu.

5. Pada yang demikian terdapat pelajaran bagi orang yang berakal.
(Al-Fajr/89:1-5)

Allah swt menciptakan alam semesta dalam lingkup waktu. Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan segala yang di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari Dia. Tak seorang penolong pun dan tidak pula pemberi syafaat. Apakah kamu tidak memperhatikan? (QS As-Sajdah/32:4)

Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman: Mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS Al-Hajj/22:47)

Sementara itu Allah swt juga berfirman: Malaikat-malaikat dan Jibril naik menghadap kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (QS Al-Ma’arij/70:4)

Para filosof telah mengkaji tentang waktu juga. Filsuf telah mengkaji tentang waktu dan ruang dalam berbagai teori.

Beberapa teori waktu.

Pertama, presentisme, bahwa hanya waktu sekarang yang ada, dan masa lalu serta masa depan tidak ada secara aktual.

Kedua, eternalisme, bahwa semua waktu (masa lalu, sekarang, dan masa depan) ada secara bersamaan dan tidak ada perbedaan ontologis antara mereka.

Ketiga, relativisme, bahwa waktu relatif dan bergantung pada pengamat, seperti yang dikemukakan oleh teori relativitas Einstein.

Waktu dan ruang tidak dapat dipisahkan. Dalam banyak teori, waktu dan ruang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian dari satu kesatuan yang lebih besar. Waktu dan ruang saling terkait dan tidak dapat dipahami secara terpisah.

Ar-Razi, seorang filsuf Islam terkemuka, berpendapat bahwa waktu itu kekal, tidak memiliki awal dan akhir. Menurut Ar-Razi waktu tidak memiliki awal, karena jika waktu memiliki awal, maka harus ada sesuatu yang menyebabkan waktu itu ada. Waktu juga tidak memiliki akhir, karena jika waktu memiliki akhir, maka harus ada sesuatu yang menyebabkan waktu itu berakhir.

Siapa yang menunggu, waktu berlalu terasa lama, dan siapa yang dalam suasana suka, waktu berlalu begitu cepat. Waktu dirasakan berbeda-beda oleh setiap individu, tergantung pada pengalaman dan emosi yang dialami.

Emosi seperti kesedihan, kebosanan, atau kesabaran dapat membuat waktu terasa lebih lama, sedangkan emosi seperti kebahagiaan, kesenangan, atau kegembiraan dapat membuat waktu terasa lebih cepat.

Jika seseorang sangat memperhatikan waktu, maka waktu dapat terasa lebih lama. Jika seseorang sangat terlibat dalam suatu aktivitas, maka waktu dapat terasa lebih cepat.

Ada ungkapan: “kullu ma huwa atin qarib” – segala yang akan datang itu dekat. Segala sesuatu yang akan datang pasti akan terjadi, dan tidak ada yang dapat menghentikannya.

Waktu adalah berharga dan tidak ada yang dapat menghentikannya. Kita niscaya mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan datang.

Segala sesuatu butuh waktu. Sekecil apa pun luka, termasuk luka di hati, membutuhkan waktu untuk sembuh… Tapi ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Untuk move on juga butuh waktu. Maka, hargailah waktu. Jangan kacaukan waktu!

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K