Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan pernyataan tegas mengenai pentingnya hilirisasi industri tambang dan mineral di Indonesia sebagai bagian dari strategi besar memperkuat kedaulatan ekonomi nasional. Dalam beberapa kesempatan, Dasco menekankan bahwa DPR tidak hanya mendukung kebijakan hilirisasi, tetapi juga akan mengawasi secara ketat pelaksanaannya agar tidak menyimpang dari kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat.
Komitmen DPR dalam Mendukung Hilirisasi
Menurut Dasco, hilirisasi bukan sekadar kebijakan teknis di sektor industri, melainkan bagian dari upaya transformatif untuk membawa Indonesia keluar dari jebakan negara pengekspor bahan mentah. “Kita sudah terlalu lama menjual tanah air kita dalam bentuk mentah. Sekarang saatnya kita mengekspor nilai tambah, bukan hanya nikel, tembaga, atau bauksit dalam bentuk raw material,” ujar Dasco dalam konferensi pers di Gedung DPR RI.
Ia menambahkan bahwa DPR telah dan akan terus mendorong pemerintah, khususnya Kementerian ESDM dan Kementerian Investasi/BKPM, untuk memastikan bahwa program hilirisasi dilaksanakan secara konsisten, tidak setengah-setengah, dan tidak dikompromikan oleh kepentingan asing atau oligarki ekonomi.
Hilirisasi untuk Kedaulatan dan Kesejahteraan
Bagi Dasco, makna hilirisasi lebih dalam daripada sekadar pembangunan smelter atau pabrik pengolahan mineral. Ia memaknainya sebagai langkah strategis untuk merebut kembali kendali atas sumber daya alam yang selama ini lebih banyak dinikmati oleh perusahaan-perusahaan asing. Ia mengutip amanat konstitusi Pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar utama untuk memperjuangkan pengelolaan sumber daya alam demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
“Kita tidak boleh hanya jadi penonton di tanah sendiri. Industri hilir harus mampu menyerap tenaga kerja lokal, membangun ekosistem industri nasional, dan menciptakan teknologi dalam negeri yang unggul. Jangan sampai hilirisasi hanya jadi slogan, tapi tetap dikuasai asing dan tetap membuat rakyat kecil gigit jari,” tegas politisi Partai Gerindra tersebut.
Kritik dan Tantangan dalam Implementasi
Meski mendukung penuh hilirisasi, Dasco tidak menutup mata terhadap sejumlah masalah dan tantangan yang menyertainya. Ia menyoroti lambannya pembangunan beberapa proyek smelter, inkonsistensi regulasi, hingga potensi pelanggaran lingkungan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan tambang.
“Kita harus jujur, banyak proyek smelter yang molor dari target. Ini harus jadi catatan serius. Kita tidak bisa terus memberikan karpet merah kepada investor yang tidak punya komitmen jangka panjang terhadap negeri ini,” ujar Dasco.
Ia juga menegaskan bahwa DPR akan memanggil kementerian terkait, termasuk mengadakan Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat jika diperlukan, untuk mengevaluasi realisasi hilirisasi yang telah berjalan dan menindak perusahaan yang tidak patuh terhadap kewajiban pembangunan fasilitas pengolahan di dalam negeri.
Sorotan terhadap Kepemilikan dan Keadilan Ekonomi
Salah satu isu penting yang disuarakan Dasco adalah soal kepemilikan industri hilir. Ia mengkritik skema investasi yang terlalu menguntungkan investor asing dan meninggalkan peran BUMN maupun pengusaha nasional. Ia menyarankan agar pemerintah lebih proaktif memperkuat peran holding BUMN tambang seperti MIND ID, serta mendorong kemitraan yang sehat antara investor asing dan pelaku industri nasional.
“Hilirisasi harus memperkuat industri nasional, bukan membuat kita kembali tergantung kepada asing, hanya kali ini dalam bentuk teknologi atau kapital. Kita harus cerdas dan berdaulat dalam membuat kebijakan ekonomi,” ujarnya.
DPR sebagai Pengawal Kepentingan Rakyat
Dasco mengingatkan bahwa tugas DPR bukan hanya membuat undang-undang, tetapi juga melakukan fungsi pengawasan dan anggaran. Dalam konteks hilirisasi, DPR menurutnya harus menjadi penjaga kepentingan rakyat dan memastikan bahwa semua kebijakan dijalankan dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan berkeadilan.
Ia menyambut baik langkah Presiden dan Menteri ESDM yang berani mengambil kebijakan larangan ekspor bahan mentah seperti nikel dan bauksit, meskipun menuai gugatan di forum internasional seperti WTO. “Kalau kita takut digugat, kita tidak akan pernah maju. Negara besar harus berani mengambil keputusan yang besar,” kata Dasco.
Harapan dan Arah ke Depan
Ke depan, Dasco berharap hilirisasi tidak hanya berhenti pada komoditas mineral, tetapi diperluas ke sektor-sektor strategis lain seperti pertanian, perikanan, dan energi terbarukan. Ia menekankan perlunya roadmap nasional yang jelas, terukur, dan berjangka panjang, dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk daerah penghasil tambang.
“Kita ingin hilirisasi bukan hanya membangun pabrik, tapi membangun masa depan ekonomi Indonesia yang mandiri, kuat, dan berdikari,” pungkas Dasco.
Dengan pernyataan ini, Sufmi Dasco Ahmad menegaskan posisi DPR sebagai institusi yang bukan hanya menyuarakan aspirasi rakyat, tetapi juga menjadi motor penggerak perubahan struktural menuju ekonomi yang lebih berkeadilan dan berdaulat.
EDITOR: REYNA
BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT:
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (53): Politisi Yang Sudah “Manjing”
Related Posts

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk

Aksi Selamatkan Hiu: Pemuda Banyuwangi Kembangkan Aplikasi Berbasis Kecerdasan Buatan untuk Identifikasi Spesies Hiu Secara Akurat

Pemilu Amerika 2025: Duel Sengit AI vs Etika di Panggung Politik Dunia

Jakarta 2030: Ketika Laut Sudah di Depan Pintu

Dari Wayang ke Metaverse: Seniman Muda Bawa Budaya Jawa ke Dunia Virtual

Operasi Senyap Komisi Pemberantasan Korupsi: Tangkap Tangan Kepala Daerah dan Pejabat BUMD dalam Proyek Air Bersih

Rupiah Menguat Tipis, Tapi Harga Sembako Naik: Fenomena Ekonomi Dua Wajah

Koalisi Retak di Tengah Jalan: Sinyal Panas dari Istana Menjelang Reshuffle Kabinet

Air minum di Teheran bisa kering dalam dua minggu, kata pejabat Iran



No Responses