Oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
ARAH menuju kematian politik Jokowi semakin jelas khususnya dari akan terbongkarnya ijazah palsu UGM Joko Widodo. Ketakutan menunjukkan ijazah, uji digital forensik, komparasi dengan ijazah teman, hingga lokasi pembuatan ijazah palsu, membuat ketar-ketir mantan Presiden terburuk ini.
Sakit misterius yang diderita Jokowi diduga akibat tekanan mental. Penyakit kulit langka yang dideritanya membuat ia terpaksa harus timbul tenggelam. Muncul dengan cemoohan publik menambah tekanan dan memperberat sakitnya. Dari alergi pulang Vatikan, eksim wajah, autoimun, hingga sindroma steven johnson menjadi dugaan medis. Yang jelas Jokowi masih berobat, belum sembuh, dan mungkin sakit semakin berat.
Rakyat yakin ijazah Jokowi itu palsu. Sederhana saja penilaiannya yaitu jika asli kenapa takut diperlihatkan, ijazah itu bukanlah aib tapi kebanggaan. Keyakinan rakyat itu mengarah pada aib besar kepalsuan Jokowi. Bahkan kini, bukan lagi semata palsu atau asli ijazah itu tetapi sudah pada tahap dimana tempat pemalsuan ijazah dan siapa tim pembuatnya ? Pasar Pramuka Pojok dibidik sebagai TKP.
Awal hanya Bambang Tri yang mengangkat tetapi kini hampir semua rakyat setuju bahwa ijazah Jokowi itu palsu. Dahulu palsu itu sebagai antitesis, kini justru menjadi tesis. Telah bergeser bukan lagi rakyat yang membuktikan “palsu” tetapi Jokowi sendiri yang harus membuktikan “asli”. Rakyat telah menghukum dan Jokowi meronta-ronta untuk membela diri.
Segala upaya pembelaan diri dilakukan termasuk playing victim seolah “ada agenda besar yang mendowngrade reputasi melalui isu ijazah palsu dan pemakzulan Gibran”. Entah reputasi apa yang dimiliki? mungkin semilyar kebohongan dan trilyunan hasil rampok kekayaan negara. Atau bisa jadi kemahiran langka dalam menjerat dan menyandera manusia.
Ketakutan “ada agenda besar” adalah ciri dari sakit paranoid atau Paranoida Jokowia. Tidak percaya pada orang dan menganggap posisi selalu terancam. Kondisi politik menjadi salah satu faktor yang meneķan. Ijazah palsu dan pemakzulan Gibran bukan isu tetapi gerakan nyata penghukuman atas kezaliman diri. Jokowi memang sedang bergerak menuju kehidupan yang sepi. Mati dikubur ambisi.
Agenda besar bukan dari lawan-lawan politik tetapi itu manuver politik sendiri. Bermain-main dengan citra palsu. Apapun omongan Jokowi orang kini sudah tidak percaya. Kapok dibodohi dan dibohongi. Sisa-sisa tenaga coba ditunjukkan. Tapi fakta sulit untuk dibantah bahwa ia semakin tidak berdaya. Bergerak menuju kematian. Kematian politik sang raja.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk

Aksi Selamatkan Hiu: Pemuda Banyuwangi Kembangkan Aplikasi Berbasis Kecerdasan Buatan untuk Identifikasi Spesies Hiu Secara Akurat



No Responses