Pernyataan Beijing ini muncul di tengah persiapan Iran dan E3, yang terdiri dari Prancis, Jerman, dan Inggris, untuk melanjutkan perundingan nuklir di Istanbul.
ISTANBUL – Tiongkok pada hari Senin menegaskan kembali posisinya bahwa pendekatan diplomatik adalah “satu-satunya cara” untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran. Hal ini terjadi karena Teheran, Prancis, Jerman, dan Inggris sedang mempersiapkan perundingan nuklir di Istanbul.
“Masalah nuklir Iran berkaitan dengan perdamaian dan keamanan di Timur Tengah dan juga berkaitan dengan rezim non-proliferasi internasional,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing.
“Kami selalu percaya bahwa pendekatan diplomatik harus digunakan untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran dan ini adalah satu-satunya cara yang tepat,” kata Guo.
Pernyataan Beijing ini muncul di tengah kesepakatan Iran dan tiga negara Eropa, yang secara kolektif dikenal sebagai E3, untuk melanjutkan perundingan nuklir Jumat ini di kota metropolitan Istanbul, Turki.
“Kami menyerukan semua pihak untuk berjalan ke arah yang sama dan berkontribusi pada jalur penyelesaian politik masalah nuklir Iran,” kata Guo.
Dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pada hari Kamis pekan lalu, para diplomat tinggi Inggris, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa telah menekankan urgensi untuk kembali ke jalur diplomasi demi kesepakatan nuklir, atau mereka siap memicu mekanisme “snapback” PBB yang akan memberlakukan kembali sanksi internasional.
Perundingan antara Teheran dan AS dilakukan melalui mediator Oman hingga serangan mendadak Israel terhadap Iran pada 13 Juni, yang memicu perang 12 hari. Serangan itu terjadi hanya dua hari sebelum putaran negosiasi keenam yang direncanakan di ibu kota Oman, Muscat.
Iran menuduh AS terlibat dalam serangan Israel, yang menewaskan para pejabat tinggi militer Iran, ilmuwan nuklir, dan warga sipil. AS juga melancarkan serangan terhadap tiga situs nuklir utama Iran, mengklaim telah menghancurkannya. Gencatan senjata mulai berlaku pada 24 Juni.
Sementara AS dan Eropa mengatakan Iran tidak akan pernah memiliki bom nuklir, Teheran berpendapat programnya dimaksudkan untuk penggunaan tenaga nuklir secara damai.
Setelah perundingan dengan E3 dan Uni Eropa, Araghchi mengatakan bahwa AS-lah yang menarik diri dari perjanjian nuklir 2015, dan putaran perundingan baru hanya mungkin terjadi “ketika pihak lain siap untuk kesepakatan nuklir yang adil, seimbang, dan saling menguntungkan.”
“Jika Uni Eropa/E3 ingin berperan, mereka harus bertindak secara bertanggung jawab dan mengesampingkan kebijakan ancaman dan tekanan yang sudah usang, termasuk ‘snap-back’ yang sama sekali tidak memiliki dasar moral dan hukum,” ujarnya di X.
SUMBER: ANADOLU
EDITOR: REYNA
Related Posts

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk

Aksi Selamatkan Hiu: Pemuda Banyuwangi Kembangkan Aplikasi Berbasis Kecerdasan Buatan untuk Identifikasi Spesies Hiu Secara Akurat

Pemilu Amerika 2025: Duel Sengit AI vs Etika di Panggung Politik Dunia

Jakarta 2030: Ketika Laut Sudah di Depan Pintu

Dari Wayang ke Metaverse: Seniman Muda Bawa Budaya Jawa ke Dunia Virtual

Operasi Senyap Komisi Pemberantasan Korupsi: Tangkap Tangan Kepala Daerah dan Pejabat BUMD dalam Proyek Air Bersih

Rupiah Menguat Tipis, Tapi Harga Sembako Naik: Fenomena Ekonomi Dua Wajah

Koalisi Retak di Tengah Jalan: Sinyal Panas dari Istana Menjelang Reshuffle Kabinet

Air minum di Teheran bisa kering dalam dua minggu, kata pejabat Iran

	
No Responses