Kata Prabowo: Tubuh Bangsa Indonesia Ini Sudah Selayaknya Masuk IGD

Kata Prabowo: Tubuh Bangsa Indonesia Ini Sudah Selayaknya Masuk IGD
Presiden Prabowo Subianto hadir pada Hari Buruh Internasional 1 Mei 2025

Pikiran jernih Prabowo Subianto Sebelum Jadi Presiden

Oleh: Sutoyo Abadi

Pikiran jernih Prabowo Subianto tentang Net Outflow of National Wealth ( Dari buku “Strategi Transformasi Bangsa” ditulis pada tahun 2023 oleh Media Pandu Bangsa, menurut laman Institut Teknologi Bacharuddin Yusuf Habibie )

Buku ini ditulis dan membahas strategi menuju Indonesia Emas 2045, saat itu belum menjadi presiden, terekam pikiran orisinil Prabowo Subianto.

Maka menjadi wajar ketika setelah jadi Presiden, sebagian rakyat meminta agar Presiden Prabowo kembali dan tetap dengan Jatidirinya sendiri, tidak terombang ambing oleh kekuatan dari luar dirinya yang akan menghancurkan jatidirinya.

Pikiran tentang Net Outflow of National Wealth adalah pemahaman mendalam Prabowo Subianto tentang keadaan  seluruh bangsa Indonesia, saat ini sedang kerja rodi. Kita sedang kerja bakti untuk orang lain. Kita bekerja keras di Indonesia, untuk memperkaya bangsa lain. Kita seperti indekos di rumah sendiri.

Kekayaan Indonesia  bertahun tahun bahkan sejak masa penjajahan ( VOC ) mengalir ke luar Indonesia. Kekayaan Indonesia tidak tinggal di Indonesia. Terlalu besar hasil dari ekonomi Indonesia yang disimpan  di bank-bank Belanda

Prabowo Subianto terus mengingatkan bahwa uang bagi suatu negara, kekayaan bagi suatu bangsa, adalah sama dengan darah. Saat ini tubuh bangsa Indonesia berdarah, dan ternyata berdarahnya sudah puluhan tahun. Jika kita hitung sejak zaman penjajahan, maka sudah ratusan tahun ekonomi kita berdarah.

Kondisi  sekarang memang lebih sulit terlihat, padahal hampir serupa. Karena itu banyak dari kita tidak menyadari hal ini. Bagi sedikit yang mengetahui, mereka diam atau menyerah pada keadaan. Sebagian lagi menjadi agen penyalur kekayaan kita yang mengalir ke luar.

Dalam pengamatan Prabowo, setelah menyimak tabel neraca ekspor-impor Indonesia dari tahun 1997 sampai 2014, selama 17 tahun, total nilai ekspor kita mencapai angka USD 1,9 triliun dan mengalami surplus atau keuntungan perdagangan. Kurang lebih Rp. 26.600 triliun jika menggunakan kurs Rp. 14.000 ( saat itu ) ini jumlah yang cukup besar.

Walaupun beliau menyadari dari hasil penelitian lembaga riset yang kredibel, angka ini bisa keliru 20%, bisa 30%, bahkan bisa 40%.

Prabowo juga mengetahui bahwa selama kurun waktu 2004 hingga 2013, telah terjadi kebocoran mencapai USD 167,7 miliar – atau jika kita gunakan kurs USD 1 = Rp. 14.000, sama dengan Rp. 2.300 triliun.

Analisis lebih detil sebenarnya selalu muncul ketika kampanye sebagai Capres sejak pemilu 2014 dan 2019, tentang kejahatan  perusahaan asing yang anda di Indonesia.

Di ungkapkan lebih lanjut bahwa perusahaan asing tersebut menjual hasil alam Indonesia, menggunakan jalan, pelabuhan, dan keringat orang Indonesia. Tetapi ketika mereka mendapatkan untung, mereka tidak menyimpan keuntungan mereka di Indonesia.

Selain itu, ada juga pengusaha – pengusaha Indonesia yang melakukan usaha ekspor, dan melakukan usaha di Indonesia, yang setelah untung, malah ikutan menyimpan dan memindahkan sebagian keuntungan mereka ke luar negeri.

Dalam kesadaran Prabowo,  jika uang ini tidak tinggal di Indonesia, maka uang ini tidak dapat digunakan untuk membangun Indonesia. Bank-bank di Indonesia tidak punya cukup uang untuk memberikan kredit yang bisa membangkitkan ekonomi kita. Tidak terjadi multiplier effect yang bisa membangkitkan gairah ekonomi Indonesia.

Mengalirnya kekayaan Indonesia ke luar negeri telah terjadi selama ratusan tahun. Ini adalah masalah sistemik yang perlu kita ketahui dan hadapi.

Prabowo Subianto,  menyebut fenomena ini “net outflow of national wealth”. Mengalir ke luarnya kekayaan nasional dalam jumlah yang keterlaluan. Dikatakan  berkali-kali bahwa kekayaan Indonesia tidak tinggal di Indonesia. Inilah masalah utama kita.

Kalau begini, bagaimana bisa ekonomi kita kuat. Bagaimana bisa harga-harga cukup memadai untuk rakyat kita, kalau kekayaan kita mengalir ke luar.

Prabowo Subianto sendiri sebenarnya juga memperingatkan bahwa sudah terlalu lama elite Indonesia tidak menyampaikan apa yang terjadi. Tidak terbuka kepada rakyat, tidak terbuka kepada bangsa.

Uang ini adalah sangat-sangat vital bagi pembangunan masa depan bangsa kita. Bangsa kita tidak bisa lagi kehilangan kekayaan yang seharusnya bisa berputar di dalam negeri tiap tahun.

Jika kita biarkan kekayaan kita terus mengalir ke luar negeri, artinya kita menerima bahwa kita sebagai bangsa dipelihara sebagai pasar dan sebagai buruh oleh sistem kapitalisme global.

Kita penuh retorika. Rakyat kita, pemimpin kita bernyanyi “Indonesia Raya”, “Maju Tak Gentar”, tapi kesejahteraan kita jalan di tempat. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, perangkap negara menengah.

Kita hidup di tengah kekayaan sumber alam, tetapi kita miskin. Negara dengan tiga perempat laut tetapi mengimpor ikan, mengimpor garam, mengimpor singkong, dan mengimpor daging.

Darah kita sudah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini sudah selayaknya masuk IGD.

Situasi ini tercermin dari neraca pendapatan primer kita. Neraca pendapatan primer merekam besarnya aliran uang ke luar negeri hasil investasi asing, berupa pendapatan ekuitas, pendapatan bunga, dan pendapatan investasi lain.

Saat ini neraca pendapatan primer kita defisit, dan sudah defisit lebih dari 10 tahun. Defisitnya cukup besar – pada tahun 2019 lalu mencapai USD 73 miliar atau sekitar Rp. 1.022 triliun[4]. Rata-rata 2012-2019 berkisar antara defisit USD 11 miliar hingga USD 142 miliar.

Pada tahun 2020, neraca pendapatan primer kita mendapat tekanan begitu berat karena pandemi COVID 19. Melonjak tajam ke angka minus USD 640 miliar dolar – setara dengan minus Rp. 9.300 triliun.

Semua produksi di Indonesia bergantung pada investasi asing, kita akan celaka. Rupiah kita akan terus lemah. Seorang ekonom Indonesia baru-baru ini menemukan, setiap USD 1 miliar investasi asing yang tertanam di Indonesia dalam satu tahun (2010 – 2014) mengakibatkan USD 12 miliar dalam keuntungan mengalir ke luar negeri.

Prabowo Subianto merasa tidak terkejut ketika kementerian Keuangan, pada akhir 2016 ada Rp. 11.000 triliun kekayaan orang Indonesia yang disimpan di bank-bank di luar negeri.

Mengingat APBN atau anggaran belanja negara kita saat ini hanya Rp. 2.000 triliun, jumlah ini lebih dari 5 kali APBN kita.

Padahal, jumlah yang lebih dari 5 kali lipat anggaran negara kita ada di luar negeri ini, jika ada di dalam negeri, bisa disalurkan oleh bank-bank Indonesia untuk membiayai usaha- usaha Indonesia. Bisa disalurkan untuk membangun infrastruktur, dan menjadikan BUMN-BUMN Indonesia perusahaan-perusahaan kelas dunia.

Indikator lain yang cukup miris, untuk apa kita merancang pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang kalau bangsa ini tidak memiliki uang, kalau semua uang di parkir di luar negeri.

Pikiran jernih lama Prabowo Subianto di munculkan kembali saat  menyampaikan pidato di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR – DPD Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

Sekilas di singgung kembali gagasannya bahwa saat ini kita menghadapi realitas terjadinya kebocoran kekayaan negara kita dalam skala yang sangat besar Kita mengalami suatu kondisi yang saya sebut net outflow of national wealth.

Nuansanya sudah berbeda saat masih bebas menyampaikan pikiran jernihnya sebelum jadi Presiden. Terasa dalam pidatonya banyak basa basi.

Bersamaan dengan menyongsong  peringati HUT Kemerdekaan ke 80 rakyat bertanya kembali  Apakah negara ini sudah merdeka atau belum ?. Karena mereka merasakan  orang kecil tetap terjepit.  Yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin. Semua aspek kehidupan rakyat tetap miskin, melarat dan terjepit.

Semoga Prabowo Subianto menghentikannya pidato omon – Omon dan bisa kembali pada jatidirinya, untuk menyelamatkan Indonesia. (*)

EDITOR: REYNA

.

Last Day Views: 26,55 K