Oleh: Muhammad Chirzin
Proklamasi Kemerdekaan RI 80 tahun yang lalu, tapi tahun-tahun setelah 1945 bangsa Indonesia masih diuji pernyataan kemerdekaannya.
Hingga terpaksa memindahkan Ibukota NKRI di Jogjakarta.
Indonesia menyatakan merdeka dari para penjajah asing, tapi kini dijajah oleh anak bangsa sendiri. Sehingga, benar kata Bung Karno, “Perjuangan melawan penjajah asing lebih ringan daripada melawan penjajah bangsa sendiri.” Mereka ibarat musuh dalam selimut, musang berbulu ayam, serigala berbulu domba, menggunting dalam lipatan, menyalip di tikungan, dan lempar batu sembunyi tangan, atau maling teriak maling.
Merdeka itu bebas dari dikte pihak lain. Negeri ini masih terjajah secara ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya.
Akar penjajahan atas negeri ini adalah kebodohan dan tirani kekuasaan. Para penguasa seolah sengaja memelihara kebodohan dan kemiskinan dalam segala lini kehidupan.
Negeri Indonesia tanahnya subur, tapi segala hasil bumi didatangkan dari seberang. Para petani dipersulit untuk memperoleh pupuk tanaman, dan bila musim panen tiba, harga-harga hasil bumi merosot tajam.
Hari-hari ini di Kabupaten Gunungkidul, satu kilogram singkong dihargai 500 rupiah. Entah bagaimana dengan nasib hasil bumi di daerah-daerah lainnya.
Bantuan sosial maupun bantuan langsung tunai meninabobokan rakyat negeri. Ironisnya, sebagian dari BLT yang diterima justru disalurkan untuk berjudi secara online.
Banyak penyimpangan dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai dampak amandemen UUD 1945 yang kebablasan. Bukannya diperbaiki, tapi malahan ibarat pepatah, menggunakan kesempatan dalam kesempitan. 
Penegakan hukum dilakukan secara tebang pilih. Tajam ke bawah, tumpul ke atas. Para hakim melupakan peringatan Rasulullah saw, “Tiga golongan hakim, dua masuk neraka, dan satu masuk surga. Yang masuk neraka ialah: (1) para hakim yang tidak mengetahui pokok persoalan, lalu memutus perkaranya dengan salah, dan (2) para hakim yang mengetahui pokok persoalannya, terapi memutuskan perkaranya dengan salah pula, entah karena apa. Yang bakal masuk surga ialah hakim yang benar-benar mengetahui perkaranya, lalu memutuskan dengan benar, apa pun konsekuensinya.
Pesan Rasulullah saw agar siapa saja yang menyaksikan kemungkaran hendaklah mengubah dengan tangannya, atau sekurang-kurangnya dengan lisannya. Tapi apa daya, siapa yang berani menunjukkan kemungkaran, terancam dipenjara. 
Jadi, benar kata Pak Anies Baswedan, kita mengaku merdeka,  tapi takut menyatakan pendapat yang sebenar-benarnya.
Negeri ini sudah merdeka 80 tahun, tapi warganya belum benar-benar didengar.
Masyarakat hanya menjadi penonton dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Terlalu sering keputusan besar muncul tiba-tiba, sementara kita hanya jadi penonton yang berdebat di linimasa, tanpa ruang ikut menentukan.
Demokrasi seharusnya hidup dalam percakapan sehari-hari, dalam keputusan kecil, dalam keberanian untuk bicara dan berbuat. Indonesia bukan hanya milik segelintir orang atau golongan, tapi milik semua warganya. Maka, setiap langkah kecil, setiap suara, setiap komunitas yang bergerak adalah bagian dari cerita besar bangsa ini.
Anies pun mendorong agar semarak kemerdekaan tak hanya hidup di dunia maya saja, tetapi juga benar-benar dirasakan oleh setiap warga Indonesia.
Kapan kita tidak setengah-setengah merdeka?
EDITOR: REYNA
Related Posts

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk

Aksi Selamatkan Hiu: Pemuda Banyuwangi Kembangkan Aplikasi Berbasis Kecerdasan Buatan untuk Identifikasi Spesies Hiu Secara Akurat

Pemilu Amerika 2025: Duel Sengit AI vs Etika di Panggung Politik Dunia

Jakarta 2030: Ketika Laut Sudah di Depan Pintu

Dari Wayang ke Metaverse: Seniman Muda Bawa Budaya Jawa ke Dunia Virtual

Operasi Senyap Komisi Pemberantasan Korupsi: Tangkap Tangan Kepala Daerah dan Pejabat BUMD dalam Proyek Air Bersih



No Responses