SEMARANG – Dr Muhammad Taufiq, SH MH, dalam Channel Youtube “Salam Akal Sehat” mengupas persidangan mobil Esemka yang menurutnya sangat aneh. Karena seorang penggugat justru membantu tergugat membuktikan bahwa pihak tergugat tidak melakukan perbuatan melawan hukum. Meskipun begitu, Taufiq mengaku tidak kaget.
Menurut Taufiq, PT Solo Kreasi Manufaktur, konon merupakan produsen mobil Esemka itu merasa heran kenapa dia digugat. Pada awalnya begitu, namun setelah itu penggugat justru membantu perusahaan tersebut.
Taufiq juga menjelaskan bahwa perkara yang menggugat Pak Jokowi itu sangat banyak. Pak Jokowi digugat di Jakarta itu ada tiga perkara. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dua kali, TUN sekali. Kemudian di Jogja juga digugat oleh pengacara, dan di Solo dia juga digugat.
Muhammad Taufik sendiri menggugat sebagai prinsipal bukan sebagai pengacara. Tetapi unik dan sudah diprediksi semua gugatan terhadap Joko Widodo itu dinyatakan tidak dapat diterima. Tapi aneh justru Esemka ini gugatannya malah diterima sampai pembuktian
“Pertama, mungkin bagi orang lain terkejut tapi saya tidak terkejut, karena penggugat ini anak nomor dua Boyamin.Biar semua peserta kuliah hukum terbuka dan pemirsa channel ‘Salam Akal Waras’ mengetahui Boyamin ini arsitek di balik Putusan MK Nomor 90/ 2023 yang bisa merubah PKPU persyaratan Peraturan Komisi Pemilihan Umum dari syarat Calon Wakil Presiden yang harusnya berumur minimal 40 tahun bisa dirubah menjadi 35 tahun dengan embel-embel, seperti pernah menjabat jabatan politik di daerah,” jelas Taufiq.
Akhirnya, lanjut Taufiq, turunlah putusan MK 90/2023 yang memperbolehkan Gibran mencalonkan sebagai Wakil Presiden. Penggugatnya anaknya Boyamin yang pertama bernama Almas.
Lalu yang kedua, jelas Taufiq, ini anaknya Boyamin yang kedua sekarang menggugat Esemka. Uniknya, penggugat itu justru mengatakan bahwa Jokowi tidak bisa dipidana dalam kasus mobil Esemka.
“Artinya dari awal analisa saya sudah terbukti lebih-lebih tempo di dalam salah satu artikelnya lewat Channel Bocor Alus itu mengatakan bahwa sebelum putusan MK 90, dua orang wartawan tempo itu mendatangi rumah Boyamin. Dan Boyamin mengatakan akan ada drama-drama. Nah, ternyata benar ‘kan sesuatu yang muskil itu bisa terjadi. Profesor Deni Indrayana gugat di MK enggak pernah gol. Yusril Ihza Mahendra sebelum jadi menteri gugat juga tidak pernah gol ya. Profesor-profesor lain tidak pernah gol. Nah, ini anak yang kuliah saja belum lulus gol,” ungkap Taufiq, yang juga Presiden Asosiasi Ahli Pidana Indonesia (AAPI) itu.
Nah, sekarang anak kedua Boyamin ini mencoba menghapuskan kesalahan Pak Jokowi dari sisi pidana dengan cara menggugat mobil Esemka. Nah, saya kasih tahu rahasianya, kata Taufiq, kenapa Boyamin mengatakan seperti itu? Oleh karena Boyamin dibantu oleh para pihak bisa sehingga bisa menghadirkan mobil Esemka.
“Tidak logis kalau saya ini menggugat seseorang, kamu melakukan penipuan, masa justru membuktikan kamu tidak menipu saya. Kan aneh mestinya orang yang dituduh menipu, PMH itu kalau bahasa pidananya kan menipu. Jadi kalau di dalam bahasa hukumnya perbuatan pidana itu melawan hukum,” jelasnya.
Nah, ini aneh. Orang yang sudah melakukan perbuatan melawan hukum tidak membuktikan. Malah penggugatnya yang membantu membuktikan, kalau tergugat tidak salah. Jadi, skenario ini permainan tingkat tinggi sebagaimana Boyamin bermain tingkat tinggi di dalam kasus putusan Mahkamah Konstitusi yang menyebabkan Gibran itu bisa menjadi waki besiden.
“Jadi kepada semua peserta kuliah hukum terbuka jangan terkecoh. Wartawan juga pintar dong. jangan mau nulis-nulis begitu. Jadi alat kampanyenya Boyamin. Jadi Boyamin dengan seluruh timnya dan termasuk kedua anaknya hari ini mencoba supaya Pak Joko Widodo itu setiap orang yang mempidanakan, setiap orang yang memperkarakan perkaranya tidak bisa jalan,” jelasnya.
“Harusnya logika hukumnya mobil itu ya agak patut-patut dikitlah gitu. Itu yang bawa tergugat. Masa ini yang membawa mobil, ibaratnya saya menuduh orang melakukan perbuatan melawan hukum kok saya yang bawa bukti perbuatan melawan hukum gitu. Iya gitu ya.”
Menurutnya, jadinya aneh. Harus dipahami prosesnya dari awal. Nah masalahnya, lanjutnya, dikatakan ini permainan politik tingkat tinggi, ya, katanya. Misalnya kita sebagai orang awam apalagi kan ini mahasiswa nih, gimana cara kita bisa mendeteksi.
“Oke. Kuncinya orang pintar itu cuman tiga. Dia merasa selalu merasa bodoh. Karena merasa bodoh, dia belajar. Belajar itu membaca. Ya. Yang kedua dia bodoh. Dia merasa bodoh, dia membaca. Yang ketiga dia bertanya. Baru itu action. Kalau Indonesia sudah menimbulkan rasa habit, mahasiswanya suka membaca, mahasiswanya selalu menginginkan perubahan, maka dia akan jadi orang pintar. Jadi di manaun mahasiswa itu sebutannya agent of change atau agen perubahan.
“Tapi kalau mahasiswa itu protagonis, mahasiswa itu selalu menuruti sesuai dengan keadaan, maka mahasiswa tidak akan dapat membuat perubahan,” pungkas Taufiq.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Judicial Corruption Watch (JCW): Penetapan Tersangka Roy Suryo Dkk Cacat Prosedur

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Hari Pahlawan Diperingati Para Pecundang Negara

Menteri Amran di ITS

Hari Pahlawan dan Krisis Mentalitas Penyelenggara Negara : Sebuah Refleksi

Panitia Dan Kepala Desa Tirak Menolak Rekomendasi Camat Kwadungan, Aliansi Minta Seleksi Diulang

Wakil Ketua Komisi IX Yahya Zaini: Rumah Sakit Tak Boleh Tolak Pasien Darurat, Administrasi Nomor Dua

Viral, Lagi-Lagi Kepala Sekolah MAN 3 Kandangan, Komite dan Humas Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Kediri

FTA meminta penghentian seluruh proses kriminalisasi dan intimidasi terhadap 8 aktivis dan peneliti

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila




No Responses