Keputusan Untuk Tidak Hadir Di Cina Sudah Tepat

Keputusan Untuk Tidak Hadir Di Cina Sudah Tepat

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Sosok Presiden Prabowo Subianto sudah dikenal di fora internasional, dengan kecakapan berbahasa Inggris dan tegas nada bicaranya mampu berdialog di beberapa forum internasional seperti di Singapura, Rusia, Timur Tengah, Brazil dsb. Karena itu Pak Prabowo mendapat kehormatan diundang pemerintah negara-negara sahabat untuk menghadiri hari kemerdekaan di India dan Perancis dan duduk dipanggung depan bersama dengan kepala-kepala negara lain. Pada tanggal 3 September 2025 Pemerintah Cina juga mengundang Pak Prabowo untuk menghadiri parade militer negara tersebut dalam memperingati Hari Kemenangan Perang Dunia II dimana Cina berperang melawan Jepang. Ada puluhan Kepala Negara yang diundang Cina termasuk Vladimir Putin Presiden Rusia dan Perdana Menteri Modi dari India. Kalau tidak salah Pak Prabowo juga diberi kehormatan untuk berbicara didepan para Kepala-Kepala negara lainnya di Cina itu.

Presiden Prabowo memutuskan tidak menghadiri undangan kehormatan dari negara Cina tersebut karena harus memonitor dinamika politik yang terjadi di Indonesia. Media luar negeri memberitakan keputusan Prabowo itu yang mengutip pernyataan Menteri Sekretari Negara Prasetyo: “”Mr. President wants to observe conditions directly, to lead and seek the best resolution to the unrest. Hence, President Prabowo Subianto humbly apologized to the Chinese government for not being able to fulfill their invitation,” (Bapak Presiden ingin mengamati kondisi secara langsung, untuk memimpin dan mencari resolusi terbaik kerusuhan yang terjadi. Oleh karena itu, Presiden Prabowo Subianto dengan rendah hati meminta maaf kepada pemerintah Tiongkok karena tidak dapat memenuhi undangan mereka”).

Keputusan Presiden Prabowo untuk tidak menghadiri undangan kehormatan yang bergengsi dari negeri Cina itu memang sudah tepat karena sebagai Presiden, Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata RI, Pak Prabowo tidak boleh meninggalkan negara dikala negara terjadi kerusuhan-kerusuhan yang masif di ibukota Jakarta dan di kota-kota besar lainnya di nusantara ini. Kerusuhan yang sudah mengambil jiwa 1 orang di Jakarta, 3 orang di Makassar dan ada kabar lagi satu di Yogyakarta tidak bisa diambil enteng persoalannya.

Pak Prabowo tentu harus memonitor situasi secara seksama, mendengar briefing rutin dari “intelligence community”, berdialog dengan tokoh-tokoh nasional seperti yang nampak pada tayangan dari Sekretariat Negara dimana Pak Pak Prabowo didampingi mantan Presiden Megawawi Sukarnoputri, para Pimpinan Parpol, Ketua MPR dan DPR (wakil Presiden Gibran tidak nampak dalam barisan ini) membacakan pernyataan pemerintah menghadap situasi yang sedang terjadi.

Pak Presiden juga mengadakan rapat emergency dengan petinggi TNI dan Polri, berbicara dengan tokoh-tokoh agama dsb agar mendapatkan gambaran jelas – the clear picture- atas apa yang sedang terjadi saat ini. Pak Prabowo tentu dengan seksama mengidentifikasi akar permasalah berbagai protes yang sampai mengakibatkan banyak fasilitas umum, kantor dan pos polisi terbakar dan penjarahan dikediaman manteri dan anggota DPR yang dianggap menjadi biang kerok keresahan masyarakat. Selain itu, Pak Presiden pasti mendapatkan briefing info tentang apakah ada dalang atau pihak lain yang menunggangi protes-protes itu.

Kalau Pak Prabowo memenuhi undangan pemerintah Cina, maka beliau bisa dianggap tidak bertanggung jawab atas apa yang sedang terjadi, atau dianggap lari dari tanggung jawab sebagai Kepala Negara.

Tidak hanya itu, kepergian Pak Presiden dikala negara sedang dilanda kerusuhan bisa-bisa digunakan pihak-pihak tertentu untuk melakukan makar atau penggulingan kekuasaan. Hal ini sudah terjadi di negara-negara lain dimana tindakan kudeta muncul secara mendadak dikala ada kondisi “vacuum of power” atau kekosongan kekuasaan.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K