‘Dengan menyambut Netanyahu, Hongaria secara efektif memberikan persetujuan terhadap genosida Israel, yaitu penghancuran fisik rakyat Palestina,’ kata kepala Amnesty International
LONDON – Amnesty International pada hari Kamis mengecam keras keputusan Hongaria untuk menarik diri dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), dengan menyebutnya sebagai “pengkhianatan terhadap semua korban kejahatan perang.”
Dalam sebuah pernyataan, Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard mengatakan para pemimpin dan pejabat dari negara-negara anggota ICC tidak boleh melemahkan ICC dengan bertemu dengan Netanyahu atau buronan ICC lainnya yang dicari oleh Pengadilan.
Sebelumnya pada hari Kamis, Hongaria mengumumkan keputusannya untuk menarik diri dari Pengadilan Kriminal Internasional. Gergely Gulyas, kepala staf Perdana Menteri Viktor Orban, mengumumkan bahwa proses penarikan diri dari pengadilan yang berpusat di Den Haag akan dimulai hari ini.
Hongaria mengumumkan keputusan tersebut tak lama setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tiba di Budapest dalam kunjungan empat hari.
“Dengan menyambut Netanyahu, Hungaria secara efektif memberikan cap persetujuan terhadap genosida Israel, yaitu penghancuran fisik rakyat Palestina secara keseluruhan atau sebagian di Gaza,” kata Callamard.
Ia menambahkan: “Dugaan penarikan diri Hungaria dari ICC merupakan upaya yang kurang ajar dan sia-sia untuk menghindari keadilan internasional dan menghalangi kerja ICC.”
Callamard mendefinisikan penyambutan Orban terhadap Netanyahu sebagai “menyembunyikan buronan ICC yang dicari.”
Ia juga menggarisbawahi bahwa UE dan semua negara anggota ICC “harus segera” meminta Hungaria untuk menangkap dan menyerahkan Netanyahu dan berkomitmen tegas untuk membela Pengadilan dari ancaman berbahaya terhadap keadilan internasional yang diwakili oleh kunjungan semacam ini.
“Penarikan diri Hungaria merupakan pengkhianatan terhadap semua korban kejahatan perang dan merusak perlindungan yang diberikan kepada rakyat Hungaria, karena hal itu menghilangkan, dalam setahun, kesempatan mereka untuk mencari keadilan di ICC atas kejahatan yang dilakukan terhadap mereka,” bunyi pernyataan tersebut.
Netanyahu menghadapi surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh ICC atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza, tempat lebih dari 50.500 orang telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023.
Kunjungan Netanyahu ke Hongaria adalah yang pertama ke tanah Eropa sejak Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuknya dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada November tahun lalu.
Kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, telah meminta Hongaria untuk menangkap Netanyahu dan menyerahkannya ke ICC.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di Gaza.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Isolasi Dalam Sunyi – Gibran Akan Membeku Dengan Sendirinya

Pertalite Brebet di Jawa Timur: Krisis Kepercayaan, Bukan Sekadar Masalah Mesin

Ini 13 Ucapan Kontroversial Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa

Purbaya Yudhi Sadewa: Dari Bogor ke Kursi Keuangan — Jejak Seorang Insinyur yang Menjadi Ekonom Kontroversial

The Guardian: Ketika Bendera One Piece Jadi Lambang Perlawanan Generasi Z Asia

Kolaborasi Manusia Dan AI: Refleksi Era Digital di IdeaFest 2025

Digital Counter-Revolution: Mengapa Pemerintah Indonesia Berbalik Takluk pada Media Sosial?

Otonomi Yang Melayani : Menanggapi Cak Isa Anshori dengan Kacamata Tata Kelola Islam

Komik Edukasi Digital dari ITS Jadi “Senjata” Literasi Anak di Daerah Terpencil”

Seni Tergores, Komunitas Bangkit: Bagaimana Dunia Seni Indonesia Pulih Usai Protes Nasional



No Responses