Anthony Budiawan: Kinerja Tim Ekonomi Prabowo Buruk, Perlu Ada Peremajaan

Anthony Budiawan: Kinerja Tim Ekonomi Prabowo Buruk, Perlu Ada Peremajaan
Managing Director PEPS Prof Anthony Budiawan, saat diundang di acara Podcast Refly Harun

JAKARTA – Ekonom dan Managing Direktur Political Economy and Policy Studies (PEPS) Profesor Anthony Budiawan menilai pertumbuhan ekonomi tahun 2025 ini tidak akan mencapai target. Pada Kuartal pertama, pertumbuhan ekonomi sebesar sekiyar 4, 87%, itu berarti masih dibawah target sekitar 5,3%. Hal itu juga berarti masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Jokowi, yakni sebesar 5%.

“Nah, kita perlu melihat apakah semester yang akan datang ini melebihi itu apa tidak. Saya tidak melihat tanda-tanda kesitu. Daya beli masih turun. Tidak ada tanda-tanda pertumbuhan ekonomi naik melebihi 5%, sampai akhir tahun,” katanyaa dalam Podcast Refly Harun yang diterbitkan 31 Juli 2025.

Anthony memberi catatan, bahwa pertumbuhan ekonomi 4,87% itupun sudah ada fabrikasi data ekonomi, atau kasarnya manipulasi. Apa dasarnya? Padahal IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekiar 5%.

“Begini, IMF, Word Bank, dan semuanya itu dasarnya mengambil data kita. Sumbernya data kita. Dia ekstrapolasi atau bagaimana. Saya kasih dua contoh. Sewaktu tahun 2011-2016 itu ekonomi India tumbuh 7% pertahun rata-rata. Tapi ada ekonom India dia Profesor di Harvard, yang saat itu dia penasehat presiden, dia mengatakan ini terjadi ‘over estimate’. Menurut perhitungan dia 4,5 plus minus 1%. Dengan 95% tingkat kepercayaan. (Jadi range 4,5-5,5 persen). Dan berpa prediski IMF saat itu, 7% juga. Dia mengikuti saja,” tegasnya, sambil menambahkan bahwa bukti-buktinya memang banyak seperti itu.

Bahkan dia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 10 tahun ini rata-rata maksimal 4%. Padahal klaimnya 5%.

Pada kuartal pertama tahun 2025 ini, kita bisa memisahkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan pertumbuhan ekonomi internasional. Berasal dari ekonomi dalam negeri dan berasal dari ekonomi internasional (ekspor-impor). Dari dalam negeri hanya bertumbuh 3,22% waktu kuartal pertama. Itupun menurut saya statistik BPS sudah over estimate.

“Apa yang saya katakan itu sama dengan lembaga ekonomi di London The Capital Economic. Sangat mengherankan pertumbuhan selama 10 tahn dan per kuartalnya itu rata sekitar 5%. Tidak ada fluktuasi. Padahal imposible dalam 10 tahun ekonomi tidak ada siklus. Dan menurut dia ada yang namanya Internal Activity Trading, data bulanan itu menunjukkan fluktuasi. Sangat mengherankan. Dia mencurigai itu, dan saya juga mencurigai itu (manipulasi data ekonomi),” tegasnya.

Jadi, yang 4,87% ini dia Anthony juga mempertanyakaan, jangan sampai BPS memanipulasi.

Dari pertumbuhan ekonomi ini Anthony belum bisa memperkirakan kebijakan-kebijakan yang bisa mendongrak. Namun, jelasnya, sebenarnya target pertumbuhan ekonomi 8%, seperti yang ditargetkan Prabowo itu bisa saja tercapai.

“Tetapi tentu saja harus ada kebijakan-kebijakan yang kita kaish lihat untuk mencapai target sampai segitu. Saya belum bisa melihat kemampuan dari tim-tim ini (until now). Makanya itu kita tidak bisa mengekstrapolasi sampai 2029,” paparnya.

Tim ekonomi

Tim ekonomi yang sekarang ini, kata Anthony, hampir sama dengan tim ekonomi yang ada pada pemerintahan Jokowi. Menkonya sama, Perdagannya dan perindustrian kurang lebih sama. Menteri Pertanian juga sama Amran, ESDM kurang lebih sama.

“Jadi saya melihatnya, gebarakan apa. Pada saat itu ya begitu saja kan. Kenapa sekarang membuat pertumbuhan ekonomi 8% gitu. Kenapa dulu tidak. Yang krtiical ini sebenarnya tim ekonomi yang melakukan produksi. Kalau Kementrian keuanga itu sebenanrnya nothing, hanya menjaga, kasirlah dan sebenanrya kebijakan fiskal. Bagaimana memberikan stimulus, bagaimana suatu industri dapat bertumbuh baik. melindungi dari serangan-serangan produk asing. Tapi dengan adanya kesepakatan dengan Turmp berarti dia tidak melindungi,” jelasnya.

Kebijakan disektor pertanian menurutnya akan ada maslaah besaar. Kita akan kalah besar, seperti industri gula kita buka, impor kita naik besar. Kita perkirakan khususnya komoditas jagung akan ada masalah besar. Indsutri kita tidak akan berkembang.

“Nah ini yang membuat kita punya industri sulit untuk bersaing. Kalau ada yang mengatakan stimulus untuk meningkatkan daya saing, itu retorika saja. Selama kan ini tidak terjadi, gitu. Kenapa sekarang tiba-tiba yang saingannya lebih berat seolah-olah kita bisa. Saya melihat dari tim ekonomi ini tidk bisa membuat suatu kejutan-kejutan. Dari produksi, pertanian, perkebunan, dan sebagainya ya itu-itu saja,” urainya.

Policy Development

Pertama yang harus dibuat adalah Policy Developmen. Kemudian dari Policy Developmen ini bagaimana dibuat menjadi suatu kebijakan untuk development itu. Pertama kita ingin ada pembangunan, mislanya indsutri. Bagaimana membangun industri itu dilakukan dengan suatu kebijakan. Kebijakn apa yang bisa menunjang itu. Per sektor.

“Contohnya sekarang mengenai kebijakan gula. Ini kan sebenanrnya hal yang snagat mudah, kita boleh impor atau tidak boleh impor. Dan apa yang harus impor, gitu. Masa sih harus rapat koordinasi terus tiap berapa bulan sekali. Kan banyak energi terbuang. Saya sewaktu menjadi saksi ahli Tom Lembong saya mengatakan pada november itu semua selesai, tidak perlu ada rapat koordinasi lagi. Itu sudah jelas. Persediaan awal kita perlu sediakan 1,25 juta sampai 1,5 juta ton. Lalu di bulan November kita tahu berapa produksi kita dan berapa konsumsi kita. Karena produksi kita naik turun. Dari defisit itu tinggal ditambahakan saja berapa harus impor. Itu angat mudah sekali. Ini tidak bisa dilakukan,” tegasnya.

Dia menjelaskan bahwa tim ekonomi ini pelru ada peremajaan. Karena hasilnya selama ini buruk. Dan, dia menegaskan hal ini dikarenakan orangnya, bukan strukturnya.

“Karena orangnya. Struktur sudah ok,” pungkas Anthony.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K