Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Mungkin karena Presiden Prabowo itu berlatar belakang tentara, seorang jendral yang faham strategi pertahanan, strategi intelijen, maka ketika memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta pada hari Rabu tanggal 6 Agustus 2025 pernyataannya tentang dan strategisnya produksi pangan dikaitkan dengan intervensi asing di Indonesia. Ketahanan pangan menjadi program utama Presiden Prabowo Subianto. Dia mengatakan banyak sekali upaya-upaya dan gangguan dari pihak asing pada program utamanya tersebut. Menurutnya banyak bangsa lain yang ingin merusak Indonesia dengan melakukan gangguan pada produksi dan pengembangan program di sektor pangan.
“Produksi pangan bagi saya adalah strategis. Selalu bangsa kita diganggu bahkan dirusak melalui pangan. Kalau ada bangsa lain yang ingin merusak kita dia akan merusak pangan kita,” beber Prabowo dalam Sidang Kabinet Paripurna itu.
Memang dalam sejarah kejatuhan suatu negara di dunia ini, pangan merupakan isu yang sangat strategis. Adanya krisis pangan yang berkepanjangan akan menyebabkan menurunnya kondisi perekonomian dan pada gilirannya akan memunculkan kekacauan yang bersifat masal. Karena itu kalau tidak ditangani dengan baik krisis pangan akan dapat menjatuhkan suatu pemerintahan.
Suatu artikel di TIME bulan April 11, 2008 yang berjudul “How Hunger Could Topple Regimes” (Bagaimana Kelaparan Bisa Menggulingkan Rezim”) Menyebutkan bahwa “skyrocketing food prices are threatening the stability of a growing number of governments around the world.” (Meroketnya harga pangan mengancam stabilitas semakin banyak pemerintah di seluruh dunia
Artikel itu memberikan beberapa contoh pergolakan disuatu negara karena soal pangan misalnya Haiti terbakar karena kerusuhan pangan telah berubah menjadi tantangan kekerasan bagi pemerintah yang rentan; Rezim otoriter Mesir menghadapi ancaman politik yang meningkat atas ketidakmampuannya untuk mempertahankan pasokan roti yang disubsidi berat untuk warganya yang miskin; Pantai Gading, Kamerun, Mozambik, Uzbekistan, Yaman, dan Indonesia adalah beberapa negara yang baru-baru ini mengalami kerusuhan atau demonstrasi pangan yang kejam.
Kalau kita melihat kondisi geopolitik saat ini kita bisa menyaksikan pangan dijadikan sebagai salah satu senjata pamungkas untuk melemahkan negara lawan. Amerika Serikat dalam upayanya mengkerdilkan Rusia dalam peta politik dunia – menggunakan ribuan sanksi ekonomi terhadap Rusia antara lain dengan jalan mengisolasi Rusia dari perdagangan dengan negara-negara lain termasuk didalamnya perdagangan bahan pangan. Israel dalam melaksanakan pembunuhan masal di Palestina juga menggunakan pangan sebagai senjata dengan cara menyetop semua sumber pangan yang akan masuk ke Palestina agar muncul kelaparan dimana-mana agar rakyat Palestina “memberontak” terhadap pasukan perlawanan Hamas.
Bapak Bustanil Arifin, Kepala Badan Urusan Logisktik (BULOG) jaman Orde Baru dulu ketika memberikan ceramah di hadapan peserta Kursus Regular Lemhanas Angkatan ke X tahun 1977 pak Bustanil yang juga sebagai seorang jendral TNI menjelaskan secara strategis bahwa masalah pangan di negara-negara berkembang seperti Indonesia bukanlah merupakan fenomena yang berdiri sendiri tetapi juga menyangkut persoalan internasional.
Dalam catatan detikcom, cadangan beras pemerintah saat ini sudah mencapai 4,2 juta ton dengan total penyerapan beras sebesar 2,7 juta ton hingga bulan Juli 2025. Mudah-mudahan Indonesia mampu berswasembada pangan demi menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan negara serta menghindari intervensi asing yang memiliki tujuan untuk menghancurkan negara.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Setelah Ira Puspadewi Direhabilitasi, Layakkah Karen Agustiawan Mendapat Perlakuan Yang Sama?

Faizal Assegaf Minta Megawati Dan SBY Lakukan Mediasi Dengan Jokowi

PBB meluncurkan proses formal untuk memilih sekretaris jenderal berikutnya

Kecerdasan Spiritual Fondasi Kebahagiaan

Kubu Jokowi TawarkanMediasi Kepada Roy cs

Bukan Sekadar Layar: Kehadiran yang Membentuk Hati Anak

TNI AL Amankan Dua Kapal Pengangkut Nikel Ilegal di Perairan Morowali–Konut

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (8) : Penghargaan Dunia Dan Jejak Diplomasi Global Indonesia

Apa Mungkin Selama Ini Negara Tidak Tahu?

Buntut Pemusnahan Dokumen, Taufiq Ancam Laporkan Semua Komisioner KPU Surakarta


No Responses