Belajar Dari Kepemimpinan Soeharto Pasca Peristiwa Malari

Belajar Dari Kepemimpinan Soeharto Pasca Peristiwa Malari
M Hatta Taliwang

Oleh: M Hatta Taliwang

Malari (Malapetaka 15 Januari) 1974 memang menjadi titik balik penting dalam cara Presiden Soeharto mengelola kekuasaan, terutama dalam hubungan sipil–militer, intelijen, dan kontrol terhadap oposisi . Yang penting dicatat Soeharto berani mengambil tindakan tegas terhadap orang terdekatnya sekalipun.

Dampak umum Malari terhadap kebijakan Soeharto

1.Ia berusaha memperkuat posisi dirinya dengan mengurangi dominasi Jenderal Ali Moertopo dan kelompok Aspri (Asisten Pribadi Presiden), yang dianggap memainkan peran besar dalam intrik politik.

2.Terjadi pergeseran orientasi ekonomi yang sebelumnya terbuka terhadap modal asing (terutama Jepang), pasca Malari Soeharto mencoba lebih hati-hati agar tidak menimbulkan resistensi publik.

Nama-nama kunci yang diubah posisinya.

1.Jenderal Soemitro Pangkopkamtib, Wakil Panglima ABRI Mengundurkan diri (1974) ada yg menulis dipaksa mengundurkan diri.

2.Ali Moertopo Kepala Opsus, Aspri Presiden Kehilangan pengaruh, Opsus dilemahkan

3.Sutopo Juwono Perwira intelijen Jadi Kepala Bakin (1974–1979), makin dominan.

4.Sudomo Laksamana TNI AL Jadi Pangkopkamtib pengganti Soemitro.

5.Aspri lainnya (Soedjono Hoemardani, Sudarpo, dll.) Jabatan Aspri dibubarkan, pengaruh dibatasi.

Tampak sebagai keputusan yang tegas dan berani, meskipun teman dekat.

Seharusnya momentum pasca kerusuhan luas 25 sd 30 Agustus 2025 itu dibentuk Tim Investigasi/ Pencari Fakta, dengan dasar laporan Tim Investigasi itulah Presiden mengambil kebijakan baru dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas peristiwa itu. Tiada lain maksudnya agar peristiwa serupa tak terulang.(MHT).

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K