Oleh: Budi Puryanto
Kiageng Ronggo mulai menjelaskan yang ditanyakan muridnya, Dewi Candra Kirana.
Murid Calon Arang itu jumlahnya banyak. Puluhan atau bisa jadi ratusan orang. Semuanya perempuan. Tetapi yang terkenal ada tujuh orang.
Yang pertama, ini yang paling cerdas bernama Nyi Lenda. Memiliki ciri-ciri rambut panjang terseret di tanah. Nyi Lenda banyak menulis kitab lontar leak, salah satunya adalah Lontar Cambra Berag. Nyi Lenda memiliki kemampuan berubah menjadi leak berwujud anjing besar kurus atau sosok raksasa setengah anjing.
Yang kedua, ini dikenal yang paling ganas bernama Nyi Lendi. Dia masih saudara kandung dari Nyi Lenda. Memiliki ciri-ciri rambut yang panjangnya hanya sepipi, air liurnya bisa berubah menjadi api. Nyi Lendi mampu berubah wujud menjadi sosok leak setengah harimau loreng.
Yang ketiga, Nyi Gandi. Ini murid Nyi Calonarang yang memiliki kemampuan menebarkan penyakit hanya dengan menuding korbannya. Nyi Gandi mampu berubah wujud menjadi leak kambing bertelinga sangat panjang yang bisa menebar penyakit atau sosok raksasa setengah kambing yang sangat menyeramkan.
Yang keempat, Nyi Guyang. Ini murid Nyi Calonarang yang ahli di bidang guna-guna. Nyi Guyang banyak menciptakan berbagai macam ilmu pelet. Ia juga mampu berubah menjadi leak berwujud seekor kuda kuning keemasan atau sosok raksasa setengah kuda. Karena perwujudannya ini ia juga dijuluki Ki Jaran Guyang.
Yang kelima, Nyi Waksirsa. Ini murid Nyi Calonarang yang memiliki kemampuan berubah menjadi leak berwujud seekor babi hutan raksasa, bertaring panjang, berbulu tajam yang bisa menyebarkan penyakit upas yang mematikan. Nyi Waksirsa juga dapat berubah wujud menjadi sosok iblis setengah babi.
Yang keenam, Nyi Mahesa Wedana. Ini murid Nyi Calonarang yang mampu berubah menjadi leak berwujud kerbau sebesar rumah atau raksasa setengah kerbau dengan tanduk panjang, tubuhnya sangat tinggi hingga ke langit.
Yang ketujuh, Nyi Rarung. Ini murid Nyi Calon Arang yang paling sakti dari semuanya, karena Nyi Rarung mendapat kesaktian langsung dari Dewi Durga. Dia mampu membunuh korban hanya dengan menatapnya saja. Ia mampu berubah wujud menjadi sosok Durga Abang atau rangda dengan kulit merah menyala.
“Begitulah anakmas Dewi Candra Kirana. Saya berharap bisa menambah pemahaman anakmas,” kata Kiageng Ronggo.
Agak lama Kiageng Rongo diam, seperti ada yang dipikirkan, sebelum dia melanjutkan. Dia akan menjelaskan keyakinan Calon Arang dan para murid-muridnya, yang meresahkan banyak orang saat itu. Namun dia ragu, tampak menimbang-nimbang.
“Anak-anakku semua. Kiageng akan menerangkan apa yang dilakukan Calon Arang dan para penganut keyakinan yang bertentangan dengan moral dan tatakrama. Tetapi tolong dengarkan dengan baik, agar tidak salah dimengerti,” kata Kiageng Ronggo.
Mereka para penganut agama Tantrayana, aliran Bhairawa Tantra yang datang dari manca nagara. Mereka memuja Dewi Durga, Dewi Kali, Dewi Pertiwi. Saat pemujaan berlangsung, mereka membentuk lingkaran bernama ksetra.
Baca Juga:
- Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 9)
- Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 8)
Setiap pemujaan memakan korban dari manusia, yang diculik dari anak-anak warga masyarakat. Anak itu dibunuh sebagai persembahan. Orang tua yang menolak, dan melawan akan dibunuhnya. Upacara pemujaan mereka disebut Panca Makara. Pemimpin upacara pemujaan yang melingkar bnetuknya itu disebut Cakra Iswara.
“Kegiatan pemujaan itu sering disebut juga dengan nama ma lima: mamsa (daging), matsa (ikan), madya (arak ), maituna (sexual), mudra (semedi),” kata Kiageng Ronggo.
Kiageng Ronggo terus menjelaskan dengan hati-hati.
“Lelaki dan perempuan bercampur dalam upacara pemujaan itu, mereka semua dalam keadaan tidak berpakaian. Ditengah-tengahnya ada makanan yang terbuat dari daging (mamsa), ikan (matsa), arak (madya). Mereka makan bersama-sama hinga perutnya kenyang. Lalu mereka melakukan hubungan persetubuhan rame-reme. Setelah nafsu perut dan sahwat terlampiaskan, dalam keadaan tanpa nafsu, mereka melakukan semedi. Itu namanya upacara ma lima yang dilakukan oleh penganut Bhairawa Tantra. Seperti itulah pemujaan yang dilakukan oleh Calon Arang, murid-muridnya, dan para penganut keyakinan itu,” jelas Kiageng Ronggo.
Setelah melihat reaksi para muridnya yang tampaknya bisa memahami penjelasannya, dia melanjutkan.
“Anak-anakku, bagi yang tingkatannya sudah tinggi dalam keyakinan Bhairawa Tantra itu, makananya diganti. Mamsa dari daging hewan diganti daging manusia. Matsa, dari daging ikan biasa diganti daging ikan suro (ikan hiu). Madya, dari arak diganti darah manusia. Ini untuk upacara tingkat tinggi,” jelas Kiageng Ronggo.
“Sayangnya, anak-anakku, keyakinan yang banyak meresahkan warga masyarakat itu, juga dianut oleh beberapa raja di tanah Jawa dahulu. Seperti Raja Adityawarman, dia seorang raja pengamal ajaran ma lima. Bahkan dia diangkat menjadi seorang pendeta Bhairawa Tantra dengan gelar Wisesa Darami. Yang artinya penguasa bumi. Dia digambarkan berdiri diatas tengkorak kepala manusia, minum darah, sambil tertawa terbahak-bahak, ” jelas Kiageng Ronggo.
Seorang siswa menayakan, apakah sekarang penganut ajaran itu masih ada. Bukankah setelah Calon Arang terbunuh, mereka takut dan berhenti menjalankan pemujaan itu.
“Anak-anakku, memang setelah Calon Arang terbunuh dalam pertarunan dengan Kiageng Mpu Bharadah, para muridnya bubar. Ada yang melarikan diri kearah timur menyeberangi laut, dan mengembangkan ajaran itu ditempat baru. Ada yang lari ke gunung-gunung. Ada yang sekedar bersembunyi menunggu saatnya aman. Jenggala dan Daha adalah pusat Bhairawa Tantra. Aliran itu belum mati anak-anakku. Justru Kiageng merasa saat ini mulai bangkit lagi. Beberapa ksetra sudah mulai digunakan lagi, meskipun belum secara besar-besran,” kata Kiageng Ronggo
“Anak-anakku, Kiageng menjelaskan semua ini agar anak-anakku memahami keadaan dengan baik. Kiageng Mpu Bharadah dahulu yang membunuh Nyi Calon Arang atas perintah Prabu Airlangga. Tidak menutup kemungkinan para muridnya ada yang tidak bisa menerima kenyataan, lalu ingin melampiaskan dendam atas kematian gurunya. Dalam keadaan seperti itu, mereka bisa saja menjadikan padepokan ini menjadi sasaran dendamnya,” kata Kiageng Ronggo.
Baca Juga:
- Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 11)
- Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 12)
Kiageng minta para muridnya untuk lebih waspada dan berhati-hati. Lebih giat lagi dalam menuntu ilmu. Dan selalu memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
Cindelaras tampak diam termenung. Dia memikirkan benar apa yang dikatakan gurunya baru saja. Ya, harus berhati-hati dan waspada. Namun ada dorongan sangat kuat dari dalam dirinya, ingin mengetahui lebih dalam lagi praktek keyakinan yang meresahkan masyarakat itu.
“Kata Kiageng sekarang mulai bangkit lagi. Hem, pasti ada orang kuat berilmu tinggi dibelakanya, seperti Nyi Calon Arang dulu. Aku harus mencari tahu, siapa orang itu,” bisik hati Cindelaras.
Awalnya Kiageng melarang keinginan Cindelaras. Karena waktunya harus banyak digunakan untuk belajar. Namun karena terus mendesaknya, akhirnya dia mengalah.
“Tetapi kau tidak boleh sendirian anakmas Cindelaras. Resikonya tinggi. Ajaklah Aryadipa. Nanti akan aku tunjukkan dimana letak ksetranya, kapan hari pemujaan diadakan. Amatilah, siapakah yang menjadi Cakra Iswara dan siapakah pendetanya. Namun kau harus hati-hati,” jelas Kiageng Ronggo
Cindelaras memahami kekhawatiran Kiageng Ronggo. Tapi ingin tahunya yang besar itu mengalahkan segala kekhawatiran dan menghilangkan keraguan yang ada.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Related Posts

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 3) – Penjajahan Tanpa Senjata

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah

Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata

Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi



Sagames ดีอย่างไร มีจุดเด่นอะไรบ้างNovember 3, 2024 at 7:10 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-10/ […]
Stripchat discountsNovember 16, 2024 at 12:46 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-10/ […]
cardetailingNovember 23, 2024 at 8:54 am
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-10/ […]