Oleh : Letjen TNI Pur M. Setyo Sularso. Takmir
Tahun itu 2020, orang melihat kita sehat-sehat saja. Tiba-tiba kedengaran ada bayi lahir dari Ibu yang tidak hamil, maka tidak perlu dokter apalagi bidan. Dukun bayipun diliburkan. Bayi itu lahir montok, sehat terlihat penuh gizi,…maka langsung berlari sipat kuping. Apa yang dia kejar…? Tentu ada. Atau justru dia yang dikejar-kejar.
Ya…bayi itu lari lebih kencang dari Kuda liar, meski bukan karena dikejar oleh Serigala. Tapi naluri yang dibawanya sudah membawa Gen dari sifat kesatria yang punya integritas dan dedikasi bahkan sudah teruji dilembaran palagan dengan resiko nyawa.
Dia ber KTP dengan tanggal lahir 18 Agustus. Sudah menjadi takdir, siapa yang lahir ditanggal itu akan menjadi sumber kegaduhan yang disengaja kalau tidak boleh dibilang diskenariokan. Sudah jelas Negeri ini lahir 17 Agustus 45 dan besoknya punya pagar yang dibangun sangat kuat dan kokoh agar NKRI berumur panjang. Tapi ada yang bersikukuh bahwa salah satu tiang pancang pagar itu sudah punya tanggal lahir prematur yang ingin disematkan di akte lahir tanggal 1 Juni. Maka di negeri ini menjadi ribet gara-gara gak jelas di KK mau ditulis apa. Adiknya juga bernasib sama bahkan lebih mengenaskan.
Dijadikan barang dagangan sesuai hukum ekonomi, suply and demand. Maka dia menjadi barang palsu tergantung pesanan yang laris manis dan menjadi mainan Serigala, yang juga bertugas menjaga agar tetap palsu karena lebih enak dari yang asli. Itu menjadi pelengkap bahwa, kita adalah bangsa yang belum selesai mengatasi persoalan kebangsaan, sejak merdeka. Selalu ada friksi dari yang punya cap jempol di sana. Sudah terjadi negeri ini mengalami lima kali periodesasi UUD. Dari UUD ’45, UUD RIS, UUDS dan kembali ke UUD 45.
Dan sekarang menjadi UUD yang oleh para cerdik cendekia lebih layak disebut palsu. Pagar itu telah roboh, oleh manusia yang tidak merasakan susahnya iuran mendirikan republik. Kita sendiri yang membuatnya rapuh. Perang Proxy telah mencapai jantung pertahanan dan mereka yang menang. Ya….itu sebagian sebab akibat KAMI ada.
Engkau lahir bukan menjadi bayi yang perlu ditimang. Ibarat kembang, para pendiri yang kemudian menjadi Presidium sudah tidak lagi wangi. Mereka sadar, separo jalan umurnya sepertinya sudah terlampaui, maka yang diinginkan adalah kebaikan yang bisa diwariskan kepada anak-cucu seperti yang dicita-citakan generasi pejuang. Cuma itu..! Lalu kenapa ada yang tersengat seolah ada bisa mematikan yang digendongnya. Sehingga dipersekusi ketika hendak berziarah ke TMP, yang menghalangi belum tentu pernah menghirup bau mesiu musuh.
Sesuai namanya KOALISI AKSI MENYELAMATKAN INDONESIA, adalah aksi moral. Kalau sudah baik gak perlu ngintip ada apa disana. Toh Kami bukan kumpulan orang buta huruf, dia paham mana yang baik dan mana yang buruk. Berbeda kalau merasa baik, berarti tidak baik maka perlu aksi. KAMI bukanlah bunga rampai yang tersusun indah dipandang mata, bukan pajangan untuk dipamerkan diruang tamu. Tapi dia adalah pelukis sejarah yang ditulis diatas kertas putih dengan tinta tebal.
Warnanya bisa saja merah atau hitam tergantung pantulan fatamorgana yang ada didepannya tempat dimana orang berlalu-lalang. Ada yang berjalan tegak ada pula yang menunduk. Ada yang berjalan perlahan mengatur langkah agar terlihat berwibawa, atau terburu- buru karena mau menyemir sepatu tuannya.
Memang dunia ini hanya ada dua pilihan, mengumbar hawa nafsu atau menahan hawa nafsu. Semua akan kembali sesuai jangkauan tangan dan telapak kaki, tidak akan salah alamat. Namun ditengah hiruk pikukya kehidupan, selalu ada orang yang hanya senang kalau orang lain bertepuk tangan untuknya. Atau seperti yang ditulis oleh seorang filsuf abad ke 13 :…ketika seseorang diuntungkan secara ekonomi dan politik dalam sistem kekuasaan, maka dia lupa logika bernegara….Ya ….begitulah kehidupan amtenar kota yang tidak pernah merasakan enaknya madang beras oplosan.
Kembali ke KAMI. Anda lahir dijaman yang pas dan sesuai dengan yang di perjuangkan, diabad benturan peradaban Reog melawan Barongasi. Akan ada yang menang dan tersungkur. Kita menunggu Kami menjadi penyelamat anak cucu, berjuang bersama kita…. Kembali ke UUD ’45. Pesan untuk KAMI : jangan berhenti tangan mendayung, nanti arus membawamu hanyut… (*)
EDITOR: REYNA
Related Posts

Air minum di Teheran bisa kering dalam dua minggu, kata pejabat Iran

Perintah Menyerang Atas Dasar Agama

Forum Bhayangkara Indonesia DPC Ngawi Layangkan Somasi ke Camat Kwadungan Soal Pengisian Calon Sekdes Desa Tirak

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Study Tour ke Jogja Diduga Buat Ajang Bisnis, Kepala SMAN 1 Patianrowo Nganjuk Diduga Langgar Hukum

Dari Api Surabaya ke Api Perubahan: Anies Baswedan dan Gerakan Mencerdaskan Bangsa

Sudah Bayar 200 Juta, Tidak Lulus Seleksi Calon Perangkat Desa Tirak, Uang Ditagih

Dari Api Surabaya ke Api Perubahan: Anies Baswedan dan Gerakan Mencerdaskan Bangsa

Warna-Warni Quote


No Responses