Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
@Rosyid College of Arts
Istilah sustainable development yang diterjemahkan kemudian sebagai pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yg lahir sekitar tahun 1970an setelah para pemimpin politik dan kampus mulai menyadari dampak2 negatif dari eksploitasi besar-besaran pada berbagai sumber2 daya alam terutama migas dan batubara dalam rangka mentenagai banyak kegiatan manusia setelah revolusi industri 150 tahun sebelumnya. Penemuan mesin uap oleh James Watt membuat manusia makin tidak tergantung pada alam. Lalu penemuan listrik membuat eksploitasi sumber2 energi primer seperti migas, dan batubara serta nuklir menjadi semakin tak terkendali. Meadows dkk peneliti MIT memberi laporan kepada the Club of Rome bahwa pembangunan dengan model seperti itu unsustainable karena akan membutuhkan 4 bumi untuk menopangnya.
Kritik atas model pembangunan yg terobsesi pertumbuhan tinggi berbasis migas dan nuklir itu telah dilakukan oleh Schumacher dalam Small is Beautiful, dan Illich dalam Deschooling Socieity. Jika Schumacher menganjurkan model pembanguan berskala kecil, Illich menganjurkan agar konsumsi manusia dibatasi, terutama konsumsi energinya. Illich mengatakan bahwa konsumsi energi sampai jumlah tertentu masih menyehatkan, namun jika sudah mulai berlebihan justru akan merusak. Seperti gula darah dan sekolah. Sekolah disorot olen Illich karena sekolah mengajarkan budaya konsumerisme saat belajar harus dibeli di sekolah, padahal belajar bisa dilakukan di mana saja, terutama di rumah. Industrialisasi besar2an menyebabkan manusia makin kesulitan untuk membedakan antara needs and wants, antara sekolah dan belajar, antara bungkus dan isinya.
Model dinamika sistem yg dibangun Meadows et.al di MIT yg disebut the world model itu menunjukkan bahwa menjelang akhir tahun 1990an, konsumsi energi dunia sudah melampaui kapasitas bumi untuk mendukungnya, sehingga mulai terjadi perubahan iklim dan pemanasan global. Perlu dilakukan antisipasi berupa respons global yg terkoordinasi agar baik perubahan iklim maupun pemanasan global itu tidak terjadi. Namun terbukti, bahwa AS sebagai emitor CO2 terbesar dunia menolak kesepakatan global ini. Konsumsi energi perkapita AS kini telah mencapai 10kL pertahun, Eropa dan Jepang sekitar 7kL sementara Indonesia baru sekitar 1,5 kL. Negara2 yg mendaku dengan congkak sebagai negara maju itu adalah negara2 yg mengidap energy obese. Mereka menjadi rakus energi yang melumpuhkan mereka sendiri.
Tidak banyak orang yg menyadari bahwa energy obesity ini lah yang menyebabkan penurunan kinerja ekonomi dan sosial negara2 maju itu yg manifestasinya diakui oleh Emanuel Todd dalam The Defeat of The West. Kegendutan energi ini juga merupakan gejala menonjol dalam sebuah full-fledged capitalistic economy yg kini telah merambah Indonesia selama 10 tahun rezim Jokowi berkuasa. Dampaknya adalah korporatokrasi yaitu perselingkuhan elite partai politik dengan para taipan oligarch yng memonopoli secara radikal semua sumberdaya ekonomi (terutama lahan) dan politik. Korporatokrasi, atau demokrasi mbelgedhes ini adalah bukti kegagalan kaum reformis yg telah berhasil mengganti UUD1945 dengan UUD2002.
China yg pada 30 tahun silam masih relatif langsing- energi berhasil tumbuh dan bangkit menjadi kekuatan ekonomi baru. Mengadopsi state-capitalism, China telah berhasil menjadi a new power house bahkan a new and naughty kid on the bloc yg berani menantang perundung besar semacam AS. Walaupun kini China juga mengalami banyak masalah, namun China berhasil membangun inovasi seperti Belt and Road Initiatives yg kemudian melahirkan BRICS. Kini Indonesia sudah menjadi anggota BRICS. Indonesia di bawah Prabowo memiliki kesempatan untuk memimpin ASEAN dalam rangka mengimbangi China agar tidak menjadi sekedar satelit China.
Ke depan, pembangunan nasional berkelanjutan mensyaratkan paling tidak 5 hal berikut. 1) pendidikan sebagai proses belajar merdeka, dibebaskan dari dominasi persekolahan, lebih memerankan keluarga dan masyarakatbuntuk memperluas kesempatan belajar cakap, sehat dan produktif 2) birokrasi yg meritokratik, kompeten dan bebas KKN, 3) pasar yg terbuka dan adil, 4) investasi yg memandirikan berbasis potensi2 agro-maritim yg melimpah, dan 5) pasokan energi baru dan terbarukan yg cukup. Untuk negara kepulauan seperti Indonesia, ada syarat 6) pemerintahan maritim yang efektif.
PSN Jokowian sebagai produk full-fledged capitalism perlu dicermati Presiden Prabowo agar tidak memperburuk kesenjangan pendapatan maupun spasial yg saat ini makin mengkhawatirkan. Setiap bentang alam darat maupun laut di kepulauan seluas Eropa bercirikan Nusantara ini mengandung keragaman hayati, budaya, adat dan kapasitas teknologi. Dibutuhkan model PSN yg mengadopsi keragaman ini dengan membangun proses2 bottom-up berbasis komunitas lokal untuk mengimbangi pendekatan teknokratik dan top down PSN pada umumnya. Dengan demikian, resiko2 konsekuensi negatif yg tidak dikehendaki bisa dikenali, dan dimitigasi sehingga investasi besar itu bisa memberi manfaat bersama dalam jangka panjang.
Gunung Anyar. Surabaya. 16 Januari 2025
EDITOR: REYNA
Related Posts

Ach. Sayuti: Soeharto Layak Sebagai Pahlawan Nasional Berkat Jasa Besarnya Dalam Fondasi Pembangunan Bangsa

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah

Pak Harto Diantara Fakta Dan Fitnah

Surat Rahasia Bank Dunia: “Indonesia Dilarang Membangun Kilang Minyak Sendiri”

Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Mengaku Ditekan 2 Tokoh (PY) dan (HR) Untuk Memperhatikan Perusahaan Riza Chalid

Prabowo Melawan Akal Sehat atas Dugaan Ijazah Palsu Jokowi dan Kereta Cepat Whoosh

Pangan, Energi dan Air

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

NKRI Sesungguhnya Telah Bubar



No Responses