Diskusi Kajian Politik Merah Putih: Presiden Prabowo Terlihat Makin Bodoh

Diskusi Kajian Politik Merah Putih: Presiden Prabowo Terlihat Makin Bodoh
Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

JAKARTA – Suasana Sabtu malam di sebuah diskusi politik tampak hangat dan penuh tawa. Mahasiswa semester awal yang tergabung dalam Kajian Politik Merah Putih kembali berkumpul membedah tema yang cukup sensitif: “Mengenali Gerak-Gerik Kepemimpinan Presiden Prabowo”, Sabtu (8/11/2025).

Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Sutoyo Abadi, menjelaskan bahwa forum ini merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar berdiskusi secara bebas namun tetap berbasis literatur. “Kami ingin mahasiswa tidak asal berpendapat, tapi memahami akar sosiologis dan historis dari dinamika politik Indonesia,” ujarnya.

Dalam forum itu, Sutoyo mengutip teori klasik Robert K. Merton tentang strain theory, yang menyebut bahwa “deviasi sosial muncul ketika ada ketegangan antara tujuan sosial dan sarana yang tersedia untuk mencapainya”. Ia menegaskan bahwa ketimpangan dan ketidakadilan struktural pascareformasi membuat rakyat kian kehilangan arah terhadap cita-cita luhur UUD 1945 yang asli.

“Paska amandemen UUD 2002, arah penyelenggaraan negara justru semakin menjauh dari amanat Pembukaan UUD 1945. Negara ini kian dikendalikan oligarki, bukan lagi kedaulatan rakyat,” tegas Sutoyo.

Diskusi semakin panas ketika muncul pembahasan tentang “Trilogi Pribumisme” — gagasan yang disebut sebagai dasar moral untuk menegakkan kembali Bonum Publicum (kemakmuran bersama), dengan tiga prinsip:

1. Pribumi Pendiri Negara,

2. Pribumi Pemilik Negara, dan

3. Pribumi Penguasa Negara.

Sutoyo menilai bahwa semangat ini telah dihina dan diinjak-injak oleh para elite yang justru memuja hedonisme dan mengabaikan akar sejarah bangsa.

“Ketika ketidakadilan menjadi hukum, maka perlawanan rakyat adalah bentuk tertinggi dari moralitas,” kutipnya dari Bertolt Brecht.

Ia pun mengingatkan bahwa sejarah dunia telah berulang kali menunjukkan akibat dari pengkhianatan terhadap kedaulatan rakyat: dari bubarnya Uni Soviet, runtuhnya Tembok Berlin, hingga tumbangnya rezim apartheid di Afrika Selatan.

Sutoyo menuding para penyelenggara negara kini tengah “menyulam topeng baru” dengan pemberian gelar dan bintang jasa kepada mereka yang justru menghancurkan idealisme bangsa.

“Musim berburu pasti tiba,” ucapnya, mengutip kisah tragis Presiden Rumania Nicolae Ceausescu yang berakhir dieksekusi rakyatnya sendiri.

Salah satu peserta diskusi bahkan sempat melontarkan komentar spontan:

“Presiden Prabowo seperti tampak semakin bodoh ya,” katanya — yang langsung disambut tawa panjang peserta lain.

Meski santai, diskusi ditutup dengan pernyataan keras yang menggema di ruangan:

“Rebut kembali Bung Kemerdekaan! Jangan biarkan para pengkhianat dan penjual kedaulatan negara menguasai negeri ini. Pribumi adalah Pendiri Negara, Pemilik Negara, dan Penguasa Negara.”

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K