Dr. Rismon Tampil Tanpa Beban, Prof. Kuntjoro Penuh Beban

Dr. Rismon Tampil Tanpa Beban, Prof. Kuntjoro Penuh Beban
SUTOYO ABADI

Oleh: Sutoyo Abad

 

Kehadiran pikiran : memainkan peran penting dalam perang, di mana segalanya tidak terduga, sebab hal itu bukan apa – apa selain kapasitas yang di tingkatkan untuk menanggani hal yang tidak terduga. Kita mengagumi kehadiran pikiran dalam suatu perdebatan, karena kita mengagumi cara berpikir yang cepat ketika menghadapi bahaya. … Ungkapan kehadiran pikiran secara tepat menggambarkan kecepatan dan kesegaran bantuan yang diberikan oleh daya intelektual ( On War, Carl Von Clausewitz, 1780 -1831 )

Dalam program Rosi di Kompas TV dengan tema ‘Reputasi UGM dan Isu Ijazah Palsu’, telah berlangsung dialog antara Prof. Kuntjoro dengan DR  Rismon Sianipar, dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu (2/8/2025).

Diskusi di awali bahwa mantan Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) 2018-2021, Prof Koentjoro, berani menjamin bahwa ijazah Joko Widodo (Jokowi) asli.

Alasan Koentjoro merasa  memiliki data dari dosen-dosen dan teman-teman eks Presiden RI ke-7 tersebut semasa kuliah.

Bahkan dengan percaya diri tanpa tameng kehati – hatian mengatakan : “Saya melihat itu asli dan sekali lagi karena itu bukan hanya dari data, saya punya sejarahnya, datanya, dari dosen-dosennya, pernyataannya dia kuliah di sana, dari teman-temannya ada yang menyatakan seperti itu, kurang apalagi,” kata Koentjoro di depan Ahli Digital Forensik, Rismon Sianipar.

Koentjoro juga menegaskan bahwa dirinya merupakan seorang guru besar yang harus memegang teguh kebenaran. Profesor boleh salah, tapi tidak boleh berbohong.

Pertanyaan beruntun diarahkan

Koentjoro dengan mempertanyakan, apa sebenarnya tujuan Rismon dan kawan-kawan yang sampai saat ini masih terus mempermasalahkan keaslian ijazah Jokowi itu.

Terpaan pertanyaannya terkesan akan mengunci Rismon, kalau  memang mencintai UGM, seharusnya memberikan masukkan dengan cara yang benar kepada UGM dan stop mempersoalkan ijazah Jokowi tersebut.

Rismon Sianipar, tampak lebih tenang dan santai merespon awal diskusi, merasakan Prof. Kuntjoro langsung tampak emosional. Dengan tetap menghormati sebagai Profesor senior dan sesama alumni UGM

Dengan basis disiplin ilmunya, keyakinan data yang dimiliki jauh lebih lengkap dibandingkan data yang dimiliki Prof. Kuntjoro, tidak ragu sesekali bersifat agresif terkendali ketika harus mematahkan argumentasi Prof. Kontjoro.

Prof. Kuntjoro yang dikenal sebagai Guru Besar yang di percaya intelektual dan kejujurannya, kali ini nampak berbeda penuh emosional dan terkesan ada beban dalam menyampaikan kebenaran tentang informasi  keaslian ijazah palsu Jokowi, dengan data yang terbatas menggurui dan terkesan memaksa orang lain untuk percaya bahwa Ijazah Jokowi asli.

Mengaku memiliki data lengkap tetapi tidak bisa menyampaikan secara jelas dan tuntas apa yang diketahuinya. Bahkan pada detik-detik terakhir  berdiskusi setelah terdesak pertanyaan “Apakah melihat dan tahu pada skripsi Jokowi ada tanda tangan pengesahannya”.

Dengan angkat dua jempol, dengan terus memutar jawabannya, akhirnya mengatakan “saya tidak mengetahui”

Sering kali momen – momen pada saat mereka ragu itulah yang menghancurkan mereka. Saat yang bersamaan nyali menciut.

Tiba tiba muncul statemen terkesan asal – asalaan, berspekulasi, Prof. Koentjoro merasa khawatir justru Rismon, Roy Suryo dkk dimanfaatkan sebagai panggung politik pihak-pihak tertentu. Bahkan terkesan menuduh bahwa Rismon dkk, dalam kendali orkestrasi kekuatan dari luar.

Wajar beberapa netizen yang mencermati diskusi tersebut bergumam _”data Bung Rismon valid, tertata dengan baik dan layak di percaya, dengan penampilan emosi yang stabil dalam berdiskusi.

Rismon tampil lebih kuat dan lebih sanggup mengendalikan emosinya karena disiplin dengan keahlian dan ketangguhan sebagai ahli forensik.

Keadaan membalikkan kesan Prof Kuntjoro tampil emosional dan penuh beban dan sangat nampak beliau sendiri, dugaan kuat yang terorkestrasi kekuatan dari luar. Bahkan ada kesan tampilan Prof. Kuntjoro seperti Buzer.

Perlu di ketahui : Kehidupan manusia lebih mungkin menjadi sia – sia lewat pemikiran daripada lewat luka mengaga (Thomas Hardy, 1840 – 1928)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K