Oleh : Agus Mualif Rohadi, Penulis
Jika Prabowo – Gibran menang pilpres, dilihat dari dinamika para pemegang saham kekuatan dalam proses membentuk koalisi Prabowo – Gibran (baca Jkw), akan memunculkan dua Sais kuda penarik kereta kabinet pemerintahan.
Meskipun Jkw mengalahkan Prabowo dalam Pilpres 2019, namun Prabowo tetaplah ketua partai yang besar. Meskipun Prabowo bergabung dalam kabinet Jkw dan Prabowo sering memberikan puja-puji pada Jkw, namun Prabowo bukanlah orang yang telah ditundukkan Jkw.
Mereka berdua saling menghormati, dan karena kondisi dinamika politik mereka sekarang bersimbiosis untuk melanjutkan kekuasan yang mereka peroleh dan mereka nikmati.
Meskipun untuk bersimbiosis itu mereka sepakat perlu terlebih dahulu mengambil jalan mengangkangi konstitusi yang dilakukan dengan melanggar etik dan kepatutan publik.
Cacat etika politik dan cacat moral kepatutan publik dalam pelanggaran pelaksanaan prosedur konstitusi yang menghasilkan produk haram demokrasi yang dapat mengguncang sendi-sendi demokrasi namun menjadi bantal empuk tempat duduk Jkw. Nanti akan terlupakan karena hilang dalam hingar bingar kampanye pilpres.
Ada pihak yang jadi kurban dan tersakiti tetapi hal itu memang sulit dihindari karena hanya merupakan konsekuensi dari upaya membuat simbiosis kekuatan untuk melanjutkan kekuasaan.
Namun Jkw tidak mungkin hanya mengandalkan Gibran jika menang dalam kontestasi pilpres nanti, karena pemegang hak prerogatif adalah Prabowo.
Oleh karena itu, Jkw menjadikan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI. Partai sekoci yang sejak awal memang disiapkan untuk menjadi kelanjutan pijakan politik Jkw, yang dibuat ketika menjadi presiden pada periode pertama. Suatu perencanaan terukur yang membuktikan kepiawaian politik Jkw.
Jkw akan membesarkan PSI. Jika PSI berhasil masuk parlemen, maka akan muncul 2 (Dua) Sais dalam kereta Kabinet Prabowo Gibran, yaitu Prabowo dan Jkw. Namun jika Jkw tidak berhasil membawa PSI masuk parlemen, maka Prabowo akan menjadi the real President. Jkw pasti mengerti jika ditinggalkan dan dia hanya akan menitipkan Gibran sebagai harga jasanya ikut cawe cawe.
Dua sais dalam kereta kuda kekuasaan kabinet, bukanlah hal baru dalam pengalaman pemerintahan RI. Sebelumnya pernah terjadi pada masa Pemerintahan SBY – JK.
TERKAIT :
- Ganjar – Mahfud, Jika Menang Akan Memunculkan Pemerintahan Yang Rumit
- Agus Mualif: KTT Gabungan Negara Negara Teluk dan OKI Dan Masa Depan Palestina
Saat itu masyarakat Indonesia malah menikmati dinamika dua sais yang sama sama aktif dalam memainkan peranannya. Hasilnya secara umum lebih baik dibanding dengan masa pemerintahan periode kedua SBY yang menjadi sais tunggal kuda kekuasaan. Bahkan lebih baik dari pada dua periode pemerintahan Jkw yang menyimpan konflik dalam sekam dengan Megawati.
Tetapi Gibran bukanlah Jk yang sarat pengalaman, cerdik dan mempunyai basis kekuatan politik cukup untuk berdiri sama tegak dengan SBY. Gibran hanyalah media transfer Jkw. Sedang Jkw sendiri basis kekuatan politiknya segera terjun bebas usai gelaran pilpres. Prabowo juga bukan SBY yang cukup kalem dan sabar memperhatikan tingkah lincah Jk. Prabowo dikenal sebagai orang yang emosional temperamental dengan perkataan dan tingkah yang meletup-letup, jdar jder. Akankah Gibran bisa sukses dengan perannya?
Didalam kereta kabinet mereka juga ada Golkar yang para elitnya sarat pengalaman dalam memainkan peran kekuasaan pemerintahan. Golkar terkenal sebagai partai oportunis yang pandai memanfaatkan situasi pemerintahan. Elit Golkar dikenal lincah dalam bermanufer kekiri dan kekanan meliuk-liuk diantara para pemegang saham kekuasaan. Dengan kepandaiannya itu Golkar bisa ikut menjadi penentu arah bagi dua sais pemegang tali kendali kuda kekuasaan.
Bisa dibayangkan, masa lima tahun dua sais dalam kabinet Prabowo – Gibran adalah periode kabinet yang bisa dipenuhi dinamika intrik dengan bentuk kamuflase senyum bibir menor lisptick yang meluncurkan kata-kata manis bercampur letupan omongan sporadis mengagetkan yang setiap saat dapat memunculkan kejutan resufle kabinet, yang membuat para punggawa terjebak perubahan arah politik para pemangku kekuasaan.
Para punggawa itu bisa menjadi tumbal politik dan menjadi penghias pintu terali besi penjara karena nasib sial tertimpa palu godam kekuasaan.
Sing ati-ati yo le, duwit sing kowe simpen ning brangkas, rekening, deposit box lan sing kowe titipno nang dulur utowo liyan iku iso malati kanggo awakmu mergo dadi jalaran nggrantese uripmu. Yen awakmu iso nolak gebyare duwit haram, iku luwih apik.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

“Purbayanomics” (3), Tata Kelola Keuangan Negara: Terobosan Purbaya

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Habil Marati: Jokowi Mana Ijasah Aslimu?

Misteri Pesta Sabu Perangkat Desa Yang Sunyi di Ngawi: Rizky Diam Membisu Saat Dikonfirmasi

“Purbayanomics” (2): Pemberontakan Ala Purbaya: Rekonstruksi Ekonomi Nasional

“Purbayanomics” (1): Purbaya Hanyalah Berdrakor?




No Responses